chapter 8 Tidak Punya Banyak Pilihan

by Olive 16:03,Oct 28,2023
Meski kejadian itu sudah terjadi sekitar lima sampai enam tahun lalu, Dwolf masih belum bisa melupakan kejadian itu.

Laki-laki yang dikenal sebagai Iblis dari Timur itu adalah momok bagi banyak petarung di Barat.

Orang itulah yang berhasil masuk ke markas Assassin of God dan membantai semua petarung di tempat itu seorang diri dengan brutal tanpa terluka sedikit pun!

Di tempat kejadian, jangankan mayat yang utuh, satu lengan yang tersisa pun tidak ada!

Waktu itu Dwolf masih belum terlalu kuat, bahkan dia tidak layak untuk mati di tangan Zein, karena itulah dia berusaha untuk tetap bertahan hidup dan melatih kemampuan bela dirinya.

Setelah bertahun-tahun, siapa sangka Dwolf malah "menyerahkan" dirinya pada Zein.

Bahkan dengan bodohnya berpikir untuk menjadikan Zein sebagai sandera?

Dwolf merasa sangat ketakutan. Dia bahkan tidak memikirkan Sylvia yang akan segera membunuhnya.

Bum!!!

Sylvia memukulkan telapak tangannya, Dwolf itu bahkan tidak sempat mengelak dan langsung mati di tempat karena kehabisan darah.

Setelah berhasil membunuh Dwolf, Sylvia merasa beban di pundaknya langsung menghilang dan akhirnya menyadari bahwa orang yang diincar Dwolf tadi adalah Zein.

Sylvia langsung marah dan berteriak, "Apa kamu tidak punya kerjaan sampai ikut campur dalam pertarungan berbahaya ini?"

"Aku ..." Zein tersadar dan berkata, "Aku baru saja buang air besar. Kalau kamu tidak percaya, aku akan mengajakmu melihat kotoran yang baru saja aku keluarkan ..."

"Kamu!"

Wajah Sylvia menjadi kaku, dia berteriak, "Enyahlah dari hadapanku!"

Zein bahkan menyuruhnya untuk melihat kotorannya?

Kenapa dia tidak mati saja?!

Zein tertegun menatap mayat itu di tanah, kemudian berkata, "Orang ini ..."

Rasanya Zein pernah melihatnya di suatu tempat.

"Bukan urusanmu! Cepat pergi!"

Sylvia mengibaskan tangannya dengan kesal sambil mengarahkan tinjunya pada Zein.

Zein tahu bahwa dia tidak bisa melawan wanita galak itu, dia hanya bisa mengumpat dalam hati dan pergi dengan kesal.

Tidak lama kemudian, Zein tiba-tiba berhenti. Dia kembali pada Sylvia dan berkata, "Apa kamu bersungguh-sungguh saat mengatakan bahwa kamu berutang budi padaku?"

"Jaga mulutmu!"

Sylvia mendengus dan dengan sombong berkata, "Seorang jenderal tidak pernah mengingkari janjinya!"

"Oke!"

Zein merasa lega, dia lantas berbalik badan dan pergi.

Untunglah dia masih mau menepati janjinya.

Dia tidak perlu takut lagi dengan ancama Keluarga Bai.

Sehebat-hebatnya Keluarga Bai, apa mereka masih bisa melawan Sylvia Song?

Sylvia merasa Zein adalah orang aneh yang tidak bisa ditebak. Tidak lama kemudian, dia lantas menelepon seseorang.

Sekitar 10 menit kemudian, mobil milik prajurit keamanan, Spark melaju ke arah mereka.

Saat melihat mayat Dwolf, Spark terkejut dan berjalan dengan terburu-buru, kemudian berkata, "Selamat! Jenderal telah berhasil membunuh Dwolf!"

Dwolf adalah pembunuh berdarah dingin dari luar negeri yang terkenal karena kekejamannya.

Enam bulan lalu, salah satu dari tujuh jenderal Selatan berperang melawan Dwolf, namun sayangnya jenderal itu kalah. Dia juga mendapat kerugian gara-gara Dwolf.

Sylvia menggelengkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum pahit. "Bukan aku yang membunuhnya."

"Hah?" Spark kebingungan.

"Lebih tepatnya, aku hanya memanfaatkan kesempatan untuk membunuhnya."

Sylvia menjelaskan dengan semangat. "Aku tidak bisa membunuh Dwolf dengan mudah, ada seseorang yang tiba-tiba datang dan menghentikannya sampai membuatnya tidak bisa bergerak. Aku langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang Dwolf!"

Sylvia memang selalu membanggakan dirinya sendiri.

Kalau bukan karena bantuan seseorang yang tidak dia ketahui itu, Sylvia tidak akan mau berjuang sampai titik darah penghabisan.

Dia sangat marah pada Zein sampai tidak sempat memikirkan tentang orang misterius yang sudah membantunya tersebut.

Sambil menunggu Spark datang, Sylvia sudah mendapatkan jawaban mengapa Dwolf tertegun dan tidak berkutik.

Pada saat sekarat, Dwolf hanya berdiri dan tidak bergerak, seperti ada seseorang yang sudah membuatnya tertekan secara batin.

Saat Sylvia menyerang, Dwolf sudah tidak bisa menghindar.

Sylvia melihat sekitar tapi tetap saja dia tidak dapat menemukan bayangan petarung kuat yang sudah menolongnya itu.

"Siapa orang itu? Apa dia bisa menekan Dwolf sampai membuatnya tidak bisa bergerak?"

Spark terkejut dan memandang Sylvia dengan tidak percaya.

Sylvia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Orang itu tidak menampakkan wajahnya, tapi kekuatannya sungguh sangat menakutkan. Sepertinya kekuatannya jauh lebih kuat dari empat raja perang!"

Mendengar kata-kata Sylvia, Spark merinding dan berkata, "Aku tidak menyangka ada orang sekuat itu di Kota Jayana!"

"Benar!"

Sylvia mengangguk dan berkata, "Segera selidiki motif penyelinapan Dwolf sampai tuntas!"

Sebenarnya Sylvia juga bertemu dengan Dwolf secara tidak sengaja, karena tidak mau ada banyak orang yang melihatnya, dia lantas mengikutinya sampai ke sini secara diam-diam.

Dwolf menyelinap ke Kota Jayana, dia pasti mempunyai motif tersembunyi!

"Siap!" Spark menerima perintah tersebut, kemudian dengan penuh penyesalan berkata, "Akan lebih baik kalau seandainya kita bisa menangkapnya hidup-hidup."

"Aku juga berpikir seperti itu!" keluh Sylvia.

Sylvia menjadi marah bercampur kesal setelah membicarakan tentang masalah ini.

Jika dia tidak khawatir Dwolf akan langsung membunuh Zein, dia tidak akan langsung membunuh penjahat itu.

Saat mengetahui hal itu, wajah Spark terlihat muram.

Setelah berpikir sejenak, Spark tiba-tiba terkejut dan bertanya, "Jangan-jangan Zein yang diam-diam menaklukkan Dwolf? Mungkinkah dia sebenarnya adalah seorang petarung hebat misterius seperti dalam cerita novel?"

"..."

Otot di wajah cantik Sylvia berkedut, dia menepuk kepala Spark. "Kalau kamu punya banyak waktu, sebaiknya kamu banyak berlatih daripada harus membuang waktumu dengan membaca novel laga bodoh seperti itu! Coba pikir, kalau si Zein itu memang hebat, kenapa dia terlihat ketakutan?"

"Benar juga ..." Spark mengusap kepalanya dan tersenyum kikuk.

Sylvia menatapnya dengan jengkel dan kemudian memberinya perintah. "Carikan aku tempat tinggal! Aku ingin tinggal di kota ini untuk sementara waktu."

Spark sedikit terkejut. "Serahkan saja padaku! Aku pasti akan melacak motif Dwolf sampai tuntas!"

Sylvia menggelengkan kepalanya dengan pelan, matanya berbinar.

"Aku juga ingin menemukan si petarung hebat misterius itu, mungkin orang itu bisa memberi keuntungan bagiku ..."

Spark segera menyetujuinya setelah mengetahui tujuan Sylvia.

Di saat yang sama, Zein kembali ke asramanya.

Sesampai di asrama, dia melihat Alfa yang menggantikannya berjaga.

Zein tiba-tiba merasa sungkan dan dengan cepat berkata, "Kak Alfa, biar aku saja yang berjaga, cepatlah pulang!"

"Tidak, aku tidak mau!" Alfa menghentikannya dan berkata dengan nada bicara iseng. "Sekarang ini kamu adalah menantu kesayangan Keluarga Su."

"Menantu kesayangan apanya?!"

"Kakak juga tahu 'kan kenapa mereka memintaku menjadi menantu mereka! Aku sekarang benar-benar menyesal," ungkap Zein dengan penuh penyesalan.

"Apa yang perlu kamu sesali?!" Alfa tertawa, menepuk bahu Zein dan berkata, "Tidak mudah menjadi menantu dari keluarga kaya raya! Mungkin kamu akan merasa kesulitan di awal, tapi aku yakin lama-lama kamu pasti akan terbiasa."

Zein menggelengkan kepalanya dan tersenyum pahit. "Aku tidak akan bisa menerimanya, lebih baik aku tetap menjadi satpam saja!"

Zein bersiap untuk menggantikan Alfa berjaga, tapi seniornya itu malah menolaknya.

"Tidak perlu! Ini sudah larut malam dan aku tidak punya mobil untuk pulang. Aku tidak mau buang-buang uang untuk naik taksi."

Alfa tersenyum dan berkata, "Jika kamu benar-benar kasihan padaku, bantu aku membeli obat tradisonal. Besok pagi aku harus berjaga, aku tidak punya waktu untuk mencari obat di apotek."

"Apa Kak Alfa sakit?" Zein bertanya dengan cemas. "Penyakit apa yang kamu derita?"

Alfa menggelengkan kepalanya, kemudian menambil botol tahan panas di atas meja dan berkata dengan emosional. "Sebagai seorang laki-laki paruh baya, aku tidak punya pilihan lain selain merendam wolfberry di dalam botol penghangat demi menjaga kesehatan ..."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

1175