chapter 7 Air Susu Dibalas Dengan Air Tuba
by Olive
16:03,Oct 28,2023
Semua orang tercengang melihatnya.
Ada juga beberapa orang yang menggosok mata mereka dengan kuat.
Mereka seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.
Zein bisa mengalahkan beberapa orang dengan sekali tendangan?
Bukannya para anak buah Keluarga Bai itu terkenal sangat kejam?
Kenapa mereka bahkan tidak bisa mengalahkan seorang satpam?
Kepala Zein terasa berdengung.
Bela diri dasar yang dia pelajari saat pelatihan satpam itu ternyata bisa sehebat ini?
Atau mungkin para anak buah Keluarga Bai itu terlalu lemah?
Melihat para anak buahnya tergeletak di lantai, Felix tidak bisa membendung amarahnya lagi.
Semua anak buahnya berhasil dikalahkan oleh seorang satpam rendahan?
Jika hari ini dirinya tidak bisa membalikkan kedaan, dia tidak akan berani menunjukkan wajahnya di depan publik lagi.
Pikiran Felix sudah dipenuhi amarah.
"Rasakan ini!"
Dengan diselimuti amarah, Felix mengambil botol bir kosong dan menghantamkannya ke kepala Zein.
Zein yang masih merasa bingung itu langsung menendang Felix tanpa berpikir panjang.
Buk!!!
Felix ditendang dan terpental sampai beberapa meter. Dia lantas jatuh dan berseru kesakitan.
Penonton kembali heboh.
Satpam itu tidak hanya memukuli anak buah Felix, tapi juga memukuli Felix di depan banyak orang?
Dia benar-benar cari mati!
Pemuda itu pasti akan segera menemui ajalnya!
"Keluarga Su! Lihat saja pembalasanku nanti!"
Felix terbaring di lantai sambil mengumpat.
Lenny benar-benar panik, dia berkata dengan terbata-bata sambil menangis. "Tuan Felix, kami... kami benar-benar tidak bermaksud melakukan ini ..."
"Kita pergi saja! Untuk apa kamu menjelaskan sesuatu pada orang yang sudah kehilangan akal sehatnya?"
Zein menyeret Lenny yang panik itu dan pergi.
Meski ingatannya masih disegel, tapi sifat aslinya masih melekat.
Tidak ada gunanya berlama-lama di tempat itu lagi!
Jika tidak berhasil, Zein bisa meminta bantuan pada Sylvia Song!
Zein dan Lenny sudah pergi, Yulius dan yang lainnya juga langsung melarikan diri.
Hanya mereka yang berada di sana!
Jika mereka tidak melarikan diri, Felix akan melampiaskan kemarahannya pada mereka!
"Hei, kita semua dalam masalah besar sekarang! Kenapa kamu malah mengajakku kabur?!"
Begitu masuk ke mobil, Lenny menatap Zein dengan murka.
Lagi-lagi Felix dipermalukan.
Ini namanya menambah minyak ke dalam api yang sedang berkobar!
Lenny Su tidak hanya gagal meminta maaf, tapi juga sudah membuatnya marah sampai ke ubun-ubun.
Ekspresi Zein terlihat tak berdaya, dia berkata, "Memangnya aku melakukan ini semua demi siapa?"
Sebenarnya Zein juga merasa tertekan. Bahkan sangat tertekan!
Jika bukan karena demi menyelamatkan Lenny, bagaimana mungkin dia melawan seorang Felix Bai!
Terlebih lagi, dirinya sudah berulang kali mengingatkan Lenny dan yang lainnya bahwa itu adalah bir palsu.
Sekarang Lenny malah menyalahkan dirinya?!
Apa yang dilakukan Lenny sudah membuatnya tidak habis pikir!
Lenny terdiam, terdiam sangat lama. Setelah itu dia menyalakan mobilnya dengan gemetaran.
Sepanjang perjalanan, mereka hanya bisa terdiam.
Sesampai di rumah, Zein mengikuti Lenny. Dia melihat Selly yang menatapnya dengan ekspresi tidak bersahabat.
"Pergi!"
Selly menunjuk ke pintu dengan marah. "Jangan kotori lantai rumah kami dengan kaki kotormu itu!"
Selagi berbicara, Selly mengambil cangkir teh di depannya dan melemparkannya ke arah Zein.
Zein menghindar dengan cepat.
Cangkir teh itu jatuh dan pecah.
"Apa yang kamu lakukan?!"
Martin segera meraih tangan istrinya dan berkata, "Ayahlah yang bersikeras menikahkan Lenny dengan Zein, kenapa kamu begitu marah padanya?"
Martin memang bijaksana.
Zein setuju untuk menikah dengan Lenny demi membuat Charles senang.
"Siapa lagi yang harus kumarahi kalau bukan dia!"
Saat Selly melampiaskan amarahnya, dia memperhatikan Lenny yang terlihat menyedihkan. Dia segera menghentikan amarahnya dan bergegas menuju putrinya itu. "Lenny, ada apa denganmu? Bagaimana ini bisa terjadi? Apa satpam rendahan itu melakukan sesuatu padamu?" "
Saat Lenny hendak menjelaskan semua yang terjadi, Selly menatap Zein dengan tatapan ingin membunuh.
Lenny menceritakan apa yang terjadi sambil menangis.
Setelah mendengar penjelasan Lenny, Selly langsung ketakutan, wajahnya menjadi pucat.
"Dasar pembawa sial!"
"Kenapa kamu tidak mati saja? Untuk apa pembawa sial sepertimu hidup di dunia ini?!" umpat Selly dengan marah.
"Apa ini salah Zein? Bukankah seharusnya kita menyalahkan Yulius yang sudah membawa bir palsu?" Martin memelototi istrinya dengan marah. "Tanpa bantuan Zein, aku tidak tahu apa Lenny bisa kembali ke rumah ini dengan selamat!"
"Siapa juga yang membutuhkan bantuannya?”
Selly tidak mendengarkan dan berteriak pada Zein sambil menangis kesal. "Segera kembali ke bar itu dan bersujud pada Tuan Muda Bai untuk meminta maaf! Kamu harus mendapatkan maaf darinya meskipun harus mengorbankan kepalamu!"
Felix awalnya memang tidak mau berdamai dengan Keluarga Su.
Sekarang, rasanya semakin mustahil untuk berdamai.
Bahkan Felix sampai mengancam keluarga mereka!
Felix bukan orang sembarangan!
Bahkan tiga keluarga besar di kota ini tidak berani berbuat macam-macam pada Felix!
Zein hanya bisa terdiam.
Setelah terdiam beberapa saat, Zein menatap Lenny dan berkata, "Kita lihat dulu apakah ayah Yulius bisa membantumu. Jika tidak, aku akan meminta bantuan seseorang."
Masalah ini bukan hanya berdampak pada Keluarga Su, tapi juga berdampak pada dirinya sendiri.
Felix pasti tidak akan membiarkannya begitu saja!
Zein pasti akan menyelesaikan masalah ini dengan caranya sendiri!
Jika ayah Yulius tidak bisa melakukannya, maka Zein harus menyelesaikannya sendiri!
Bukankah Sylvia mengatakan bahwa dia berhutang budi padanya?
Zein akan menjadikan Sylvia sebagai kartu truf-nya!
Seorang jenderal seperti Sylvia seharusnya bisa menepati janjinya, bukan?
"Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh pecundang sepertimu?"
"Pergilah dan biarkan Tuan Felix memukulimu sampai mati, dengan begitu masalah ini bisa terselesaikan ..."
Selly menunjuk Zein dan memarahinya lagi.
Zein ingin mengumpat Selly, tapi dia menahannya. Kali ini dia benar-benar merasa sakit hati. Dia lantas berbalik badan dan pergi dari kediaman Keluarga Su.
Martin segera berdiri dan mengejar. "Zein, suasana hati istriku sedang buruk, aku harap kamu tidak terlalu menanggapinya. Aku tahu kamu sudah mencoba menyelamatkan Lenny. Kami sangat berterima kasih padamu!"
Zein mengangguk dan tersenyum, tapi itu tidak membuatnya berhenti. Dia malah mempercepat langkahnya.
Martin ingin menghentikannya, tapi pada akhirnya dia menyerah.
Sebaiknya dia membiarkan Zein pergi. Jika tidak, mereka pasti akan bertengkar...
Di malam hari, Zein berjalan ke asrama perusahaan seorang diri. Dia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum pahit.
Sial, kenapa masalah selalu datang menimpanya!
Jika Zein sudah tahu sejak awal, dia pasti akan menolaknya.
Sekarang, dia bahkan belum sempat menanyakan tentang masa lalunya pada Charles.
Satu-satunya hal yang bisa menghiburnya saat ini adalah sikap baik Martin kepadanya.
Zein berjalan menuju pasar malam di sekitar asramanya sambil terus mengingat kebaikan Martin.
Ada banyak keributan di bar tadi, dia bahkan tidak sempat makan sama sekali.
Setelah kenyang, Zein kembali ke asramanya.
Jadwal piket malam pasti sudah selesai, Zein tidak perlu terburu-buru.
Di tengah jalan, perut Zein tiba-tiba sakit.
Sial!
Ini pasti karena dia sudah meminum bir palsu!
Ini semua gara-gara Yulius si bajingan itu!
Zein mengumpat Yulius. Dia melihat sekeliling dan melihat lokasi konstruksi yang belum selesai. Dia kemudian berkacak pinggang dan berlari menuju tempat itu.
Saat memasuki lokasi itu, dia langsung melepas celananya dan berjongkok. Tidak lama setelahnya, seonggok kotoran cair keluar dari pantatnya.
Setelah buang hajat, Zein kembali mengumpat Yulius beserta para leluhurnya.
Setelah berjongkok lebih dari 10 menit, Zein akhirnya selesai buang hajat.
Saat hendak pergi, tiba-tiba dia mendengar suara perkelahian.
Suara perkelahian itu terdengar semakin jelas.
Di tengah redupnya lampu jalanan, Zein melihat dua sosok sedang bertarung.
Mereka bergerak dengan gesit, persis seperti adegan film laga.
Zein merasa sedikit bingung.
Pemandangan seperti itu...
Sepertinya sudah tidak asing?
Saat Zein bingung, salah satu orang yang terlibat dalam pertarungan sengit itu menyadari keberadaannya.
Dengan satu gerakan, dia merobohkan lawannya dan segera berlari menuju Zein.
"Gawat!"
Sylvia merasa ada yang tidak beres, dia dengan cepat berteriak pada orang yang tiba-tiba datang itu. "Cepat lari!"
Dia tahu bahwa Dwolf ingin menyandera orang itu!
Mendengar teriakan Sylvia, Zein akhirnya tersadar dari lamunannya.
Ketika Zein hendak melarikan diri, Dwolf sudah dekat dengannya.
Saat Dwolf mengulurkan tangannya, dia dapat melihat wajah targetnya itu dengan jelas.
Jedeeer!!!
Suara petir tiba-tiba terdengar di benak Dwolf.
Dwolf tertegun, seakan ada petir yang menyambarnya.
Dia tetap tidak bergerak dan terus mengulurkan tangannya untuk meraih Zein.
Tapi entah kenapa ekspresinya malah terlihat ketakutan...
Ada juga beberapa orang yang menggosok mata mereka dengan kuat.
Mereka seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.
Zein bisa mengalahkan beberapa orang dengan sekali tendangan?
Bukannya para anak buah Keluarga Bai itu terkenal sangat kejam?
Kenapa mereka bahkan tidak bisa mengalahkan seorang satpam?
Kepala Zein terasa berdengung.
Bela diri dasar yang dia pelajari saat pelatihan satpam itu ternyata bisa sehebat ini?
Atau mungkin para anak buah Keluarga Bai itu terlalu lemah?
Melihat para anak buahnya tergeletak di lantai, Felix tidak bisa membendung amarahnya lagi.
Semua anak buahnya berhasil dikalahkan oleh seorang satpam rendahan?
Jika hari ini dirinya tidak bisa membalikkan kedaan, dia tidak akan berani menunjukkan wajahnya di depan publik lagi.
Pikiran Felix sudah dipenuhi amarah.
"Rasakan ini!"
Dengan diselimuti amarah, Felix mengambil botol bir kosong dan menghantamkannya ke kepala Zein.
Zein yang masih merasa bingung itu langsung menendang Felix tanpa berpikir panjang.
Buk!!!
Felix ditendang dan terpental sampai beberapa meter. Dia lantas jatuh dan berseru kesakitan.
Penonton kembali heboh.
Satpam itu tidak hanya memukuli anak buah Felix, tapi juga memukuli Felix di depan banyak orang?
Dia benar-benar cari mati!
Pemuda itu pasti akan segera menemui ajalnya!
"Keluarga Su! Lihat saja pembalasanku nanti!"
Felix terbaring di lantai sambil mengumpat.
Lenny benar-benar panik, dia berkata dengan terbata-bata sambil menangis. "Tuan Felix, kami... kami benar-benar tidak bermaksud melakukan ini ..."
"Kita pergi saja! Untuk apa kamu menjelaskan sesuatu pada orang yang sudah kehilangan akal sehatnya?"
Zein menyeret Lenny yang panik itu dan pergi.
Meski ingatannya masih disegel, tapi sifat aslinya masih melekat.
Tidak ada gunanya berlama-lama di tempat itu lagi!
Jika tidak berhasil, Zein bisa meminta bantuan pada Sylvia Song!
Zein dan Lenny sudah pergi, Yulius dan yang lainnya juga langsung melarikan diri.
Hanya mereka yang berada di sana!
Jika mereka tidak melarikan diri, Felix akan melampiaskan kemarahannya pada mereka!
"Hei, kita semua dalam masalah besar sekarang! Kenapa kamu malah mengajakku kabur?!"
Begitu masuk ke mobil, Lenny menatap Zein dengan murka.
Lagi-lagi Felix dipermalukan.
Ini namanya menambah minyak ke dalam api yang sedang berkobar!
Lenny Su tidak hanya gagal meminta maaf, tapi juga sudah membuatnya marah sampai ke ubun-ubun.
Ekspresi Zein terlihat tak berdaya, dia berkata, "Memangnya aku melakukan ini semua demi siapa?"
Sebenarnya Zein juga merasa tertekan. Bahkan sangat tertekan!
Jika bukan karena demi menyelamatkan Lenny, bagaimana mungkin dia melawan seorang Felix Bai!
Terlebih lagi, dirinya sudah berulang kali mengingatkan Lenny dan yang lainnya bahwa itu adalah bir palsu.
Sekarang Lenny malah menyalahkan dirinya?!
Apa yang dilakukan Lenny sudah membuatnya tidak habis pikir!
Lenny terdiam, terdiam sangat lama. Setelah itu dia menyalakan mobilnya dengan gemetaran.
Sepanjang perjalanan, mereka hanya bisa terdiam.
Sesampai di rumah, Zein mengikuti Lenny. Dia melihat Selly yang menatapnya dengan ekspresi tidak bersahabat.
"Pergi!"
Selly menunjuk ke pintu dengan marah. "Jangan kotori lantai rumah kami dengan kaki kotormu itu!"
Selagi berbicara, Selly mengambil cangkir teh di depannya dan melemparkannya ke arah Zein.
Zein menghindar dengan cepat.
Cangkir teh itu jatuh dan pecah.
"Apa yang kamu lakukan?!"
Martin segera meraih tangan istrinya dan berkata, "Ayahlah yang bersikeras menikahkan Lenny dengan Zein, kenapa kamu begitu marah padanya?"
Martin memang bijaksana.
Zein setuju untuk menikah dengan Lenny demi membuat Charles senang.
"Siapa lagi yang harus kumarahi kalau bukan dia!"
Saat Selly melampiaskan amarahnya, dia memperhatikan Lenny yang terlihat menyedihkan. Dia segera menghentikan amarahnya dan bergegas menuju putrinya itu. "Lenny, ada apa denganmu? Bagaimana ini bisa terjadi? Apa satpam rendahan itu melakukan sesuatu padamu?" "
Saat Lenny hendak menjelaskan semua yang terjadi, Selly menatap Zein dengan tatapan ingin membunuh.
Lenny menceritakan apa yang terjadi sambil menangis.
Setelah mendengar penjelasan Lenny, Selly langsung ketakutan, wajahnya menjadi pucat.
"Dasar pembawa sial!"
"Kenapa kamu tidak mati saja? Untuk apa pembawa sial sepertimu hidup di dunia ini?!" umpat Selly dengan marah.
"Apa ini salah Zein? Bukankah seharusnya kita menyalahkan Yulius yang sudah membawa bir palsu?" Martin memelototi istrinya dengan marah. "Tanpa bantuan Zein, aku tidak tahu apa Lenny bisa kembali ke rumah ini dengan selamat!"
"Siapa juga yang membutuhkan bantuannya?”
Selly tidak mendengarkan dan berteriak pada Zein sambil menangis kesal. "Segera kembali ke bar itu dan bersujud pada Tuan Muda Bai untuk meminta maaf! Kamu harus mendapatkan maaf darinya meskipun harus mengorbankan kepalamu!"
Felix awalnya memang tidak mau berdamai dengan Keluarga Su.
Sekarang, rasanya semakin mustahil untuk berdamai.
Bahkan Felix sampai mengancam keluarga mereka!
Felix bukan orang sembarangan!
Bahkan tiga keluarga besar di kota ini tidak berani berbuat macam-macam pada Felix!
Zein hanya bisa terdiam.
Setelah terdiam beberapa saat, Zein menatap Lenny dan berkata, "Kita lihat dulu apakah ayah Yulius bisa membantumu. Jika tidak, aku akan meminta bantuan seseorang."
Masalah ini bukan hanya berdampak pada Keluarga Su, tapi juga berdampak pada dirinya sendiri.
Felix pasti tidak akan membiarkannya begitu saja!
Zein pasti akan menyelesaikan masalah ini dengan caranya sendiri!
Jika ayah Yulius tidak bisa melakukannya, maka Zein harus menyelesaikannya sendiri!
Bukankah Sylvia mengatakan bahwa dia berhutang budi padanya?
Zein akan menjadikan Sylvia sebagai kartu truf-nya!
Seorang jenderal seperti Sylvia seharusnya bisa menepati janjinya, bukan?
"Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh pecundang sepertimu?"
"Pergilah dan biarkan Tuan Felix memukulimu sampai mati, dengan begitu masalah ini bisa terselesaikan ..."
Selly menunjuk Zein dan memarahinya lagi.
Zein ingin mengumpat Selly, tapi dia menahannya. Kali ini dia benar-benar merasa sakit hati. Dia lantas berbalik badan dan pergi dari kediaman Keluarga Su.
Martin segera berdiri dan mengejar. "Zein, suasana hati istriku sedang buruk, aku harap kamu tidak terlalu menanggapinya. Aku tahu kamu sudah mencoba menyelamatkan Lenny. Kami sangat berterima kasih padamu!"
Zein mengangguk dan tersenyum, tapi itu tidak membuatnya berhenti. Dia malah mempercepat langkahnya.
Martin ingin menghentikannya, tapi pada akhirnya dia menyerah.
Sebaiknya dia membiarkan Zein pergi. Jika tidak, mereka pasti akan bertengkar...
Di malam hari, Zein berjalan ke asrama perusahaan seorang diri. Dia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum pahit.
Sial, kenapa masalah selalu datang menimpanya!
Jika Zein sudah tahu sejak awal, dia pasti akan menolaknya.
Sekarang, dia bahkan belum sempat menanyakan tentang masa lalunya pada Charles.
Satu-satunya hal yang bisa menghiburnya saat ini adalah sikap baik Martin kepadanya.
Zein berjalan menuju pasar malam di sekitar asramanya sambil terus mengingat kebaikan Martin.
Ada banyak keributan di bar tadi, dia bahkan tidak sempat makan sama sekali.
Setelah kenyang, Zein kembali ke asramanya.
Jadwal piket malam pasti sudah selesai, Zein tidak perlu terburu-buru.
Di tengah jalan, perut Zein tiba-tiba sakit.
Sial!
Ini pasti karena dia sudah meminum bir palsu!
Ini semua gara-gara Yulius si bajingan itu!
Zein mengumpat Yulius. Dia melihat sekeliling dan melihat lokasi konstruksi yang belum selesai. Dia kemudian berkacak pinggang dan berlari menuju tempat itu.
Saat memasuki lokasi itu, dia langsung melepas celananya dan berjongkok. Tidak lama setelahnya, seonggok kotoran cair keluar dari pantatnya.
Setelah buang hajat, Zein kembali mengumpat Yulius beserta para leluhurnya.
Setelah berjongkok lebih dari 10 menit, Zein akhirnya selesai buang hajat.
Saat hendak pergi, tiba-tiba dia mendengar suara perkelahian.
Suara perkelahian itu terdengar semakin jelas.
Di tengah redupnya lampu jalanan, Zein melihat dua sosok sedang bertarung.
Mereka bergerak dengan gesit, persis seperti adegan film laga.
Zein merasa sedikit bingung.
Pemandangan seperti itu...
Sepertinya sudah tidak asing?
Saat Zein bingung, salah satu orang yang terlibat dalam pertarungan sengit itu menyadari keberadaannya.
Dengan satu gerakan, dia merobohkan lawannya dan segera berlari menuju Zein.
"Gawat!"
Sylvia merasa ada yang tidak beres, dia dengan cepat berteriak pada orang yang tiba-tiba datang itu. "Cepat lari!"
Dia tahu bahwa Dwolf ingin menyandera orang itu!
Mendengar teriakan Sylvia, Zein akhirnya tersadar dari lamunannya.
Ketika Zein hendak melarikan diri, Dwolf sudah dekat dengannya.
Saat Dwolf mengulurkan tangannya, dia dapat melihat wajah targetnya itu dengan jelas.
Jedeeer!!!
Suara petir tiba-tiba terdengar di benak Dwolf.
Dwolf tertegun, seakan ada petir yang menyambarnya.
Dia tetap tidak bergerak dan terus mengulurkan tangannya untuk meraih Zein.
Tapi entah kenapa ekspresinya malah terlihat ketakutan...
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved