chapter 4 Apakah Ini Bir Palsu?
by Olive
16:03,Oct 28,2023
Tiga puluh menit kemudian, Lenny datang untuk menjemput Zein.
Dia menyelenggarakan jamuan makan malam dan menyuruh Zein untuk ikut bersamanya.
"Memangnya kamu tidak merasa malu mengajakku ke perjamuan malam?" tanya Zein di dalam mobil dengan penasaran.
Lenny tetap fokus menyetir. "Tidak! Lambat laun berita ini pasti menyebar, dari pada aku harus menanggung malu, lebih baik aku mengatakannya sendiri dengan jujur!"
"Sepertinya kamu bersikeras menikah denganku?" tanya Zein.
"Mau bagaimana lagi, aku dipaksa." Lenny bahkan tidak sudi menoleh ke arah Zein. "Kita cuma dipaksa menikah. Aku mengajakmu ke perjamuan malam ini agar kamu tahu kalau kita ini tidak selevel!"
Zein terdiam dan setelah itu berkata, "Apa aku boleh turun sekarang juga?"
"Kalau mentalmu selemah itu, jangan pernah bertemu dengan orang lain lagi! Lebih baik kamu mengurung diri saja di kamar!"
Zein terkejut.
Benar juga!
Jika berita tentang pernikahan dirinya dan Lenny tersebar, pasti orang-orang akan mengangapnya tidak tahu diri.
Zein berpikir, memang benar jika ada beberapa hal yang tidak bisa disembunyikan.
Cepat atau lambat, dia harus sudah menyiapkan diri untuk hal seperti ini, bukan?
Apa di perjamuan nanti, teman-teman Lenny akan menghinanya?
Zein lebih memilih untuk diam daripada harus dirundung gelisah.
Tidak berselang lama, keduanya sampai di sebuah bar elit.
Mereka memasuki ruang pribadi, ada dua laki-laki dan dua wanita duduk di dalamnya yang semuanya terlihat seumuran dengan Lenny.
"Lenny, ayo duduk!"
Begitu melihat Lenny, seorang laki-laki bernama Yulius Sun langsung mempersilakan Lenny duduk di sebelahnya dengan ramah.
Tiga orang lainnya juga menyapa Lenny dengan akrab.
Mereka sama sekali tidak melirik Zein.
Lenny tidak duduk di sebelah Yulius, melainkan duduk di sebelah sahabatnya, Wella Chen.
Yulius merasa agak kecewa.
Lenny lantas memperkenalkan mereka pada Zein.
Zein hanya mengangguk dan tidak berbicara.
Yulius menatap Lenny dengan penuh rasa cinta. "Lenny, aku tahu kamu sedang bersedih. Kali ini aku sengaja membawa dua botol Musini kualitas terbaik untukmu. Jangan khawatir, aku akan selalu berada di sisimu."
"Aku sendiri yang akan berada di samping istriku, kamu tidak perlu repot-repot menjaga istriku." Zein langsung mengaku siapa dirinya yang sebenarnya.
Mereka memang pasangan palsu, tapi secara hukum, mereka adalah pasangan yang sah.
Tentu saja Zein tidak terima jika ada laki-laki lain yang ingin memberi perhatian lebih pada Lenny.
"Siapa istri yang kamu maksud itu?"
Lenny memelototi Zein dan berkata, "Hei, kamu harus sadar diri! Jangan membuatku malu!"
"Kamu pikir kamu pantas untuk Lenny? Aku akan segera memberitahumu apa itu perbedaan status sosial!" Yulius meremehkan Zein dan bertanya, "Apa kamu tahu ini bir jenis apa?"
Zein mengambil botol dari tangan Yulius dan melihat huruf asing yang tertulis di label botol itu.
Tiba-tiba serpihan ingatan di benaknya muncul.
Tapi meski dia sudah berusaha mengingatnya, pada akhirnya dia tetap saja tidak bisa mengingat nama bir itu.
"Aku tidak tahu," jawab Zein dengan putus asa.
"Namanya Musini," sahut Wella sambil tersenyum manis. "Sebotol bir ini harganya lebih dari 400 juta, mungkin setara dengan gajimu selama enam atau tujuh tahun ..."
"Apa kamu sudah mengerti sekarang?" Yulius melirik Zein dengan sinis, lalu bertepuk tangan dan berkata, "Lenny sudah datang, ayo kita mulai. Minum sebotol dulu saja!"
Sambil berbicara, Yulius mulai menuangkan bir untuk teman-temannya.
Dia bahkan menuangkan anggur untuk Zein, tentu saja Zein merasa terkejut.
Dia mengira Yulius akan memintanya untuk menuangkan anggur!
Mereka semua lantas mulai meminum bir berkualitas tinggi itu.
"Musini dengan kualitas terbaik memang beda!"
"Begitu masuk mulut, rasanya sedikit sepat, tapi lama-lama terasa semakin lembut. Setelah diminum, rasanya enak luar biasa, mulutku juga terasa harum."
"Aku rasa bir ini rasanya lebih enak daripada Lafite keluaran tahun 1982 ..."
Mereka memuji kualitas bir itu dan mulai mabuk.
Zein juga tergoda untuk mencobanya.
Minum saja, tidak usah menahan diri!
Zein lantas meneguk bir di gelasnya.
Tapi ekspresinya langsung berubah saat bir itu sudah masuk ke kerongkongannya.
Bir ini... terasa biasa saja, tidak seperti yang mereka katakan!
"Bagaimana rasanya? Apa kamu belum pernah meminum anggur semahal ini?"
Yulius menatap Zein dengan angkuh.
Zein mengerutkan alisnya dan bertanya, "Apa ini bir palsu?"
Ingatan yang baru saja muncul di benaknya seakan memberitahu padanya bahwa ada yang salah dengan rasa bir itu.
Bir palsu katanya?
Lenny dan teman-temannya pun langsung tertawa setelah mendengar pertanyaan Zein.
"Memangnya kamu tahu rasa Musini?"
"Kalau kamu belum pernah meminumnya, katakan saja dengan jujur! Jangan menuduh Yulius membawa bir palsu!"
"Benar! Kamu cuma satpam, wajar saja kalau orang sepertimu tidak paham dengan Musini ..."
Zein yang hanya pernah meminum bir seharga 200 ribu itu berani mengatakan bahwa Musini kualitas terbaik yang dibawa oleh Yulius tu adalah bir palsu?
Dia pikir, mereka semua tidak bisa membedakan mana bir asli dan palsu?
"Dasar orang rendahan."
Yulius menggelengkan kepalanya dan tersenyum, lalu dengan angkuh berkata, "Bagi orang-orang kelas bawah yang hanya mampu meminum anggur merah oplosan, Musini kualitas terbaik yang kubawa ini memang tidak ada bedanya dengan bir palsu! Inilah perbedaan seseorang yang berasal dari kelas atas dan kelas bawah!"
Ketiga orang lainnya langsung mengangguk.
Lenny melirik Zein dan berkata, "Sekarang kamu sadar kalau kita ini tidak selevel, 'kan?"
"Tapi itu memang bir palsu!" Zein masih bersikeras.
Lenny memandang Zein dengan jijik.
Sudah bodoh, sok tahu, merasa paling benar pula!
"Kamu pikir ini bir palsu karena rasanya agak sepat, 'kan?"
Yulius menyesap birnya dengan anggun dan memandang Zein dengan ekspresi menyindir. "Ini namanya asam tanat, apa kamu mengerti? Rasa sepat ini membuktikan bahwa bir ini asli dan tidak dicampur dengan bir jenis lain!"
"Yulius, percuma kamu menjelaskan hal semacam itu pada orang rendahan yang tidak tahu apa-apa." Lenny menggelengkan kepalanya.
"Benar juga." Yulius mengangguk, menggelengkan kepalanya dan tertawa. "Ayam kampung tetaplah ayam kampung! Meskipun ayam kampung terbang ke sarang burung phoenix, ayam kampung tetap saja ayam kampung!"
Zein marah dan berkata, "Aku memang ayam kampung, tapi aku dilamar oleh phoenix. Bagaimana denganmu? Apa kamu yang mengaku-ngaku sebagai phoenix bisa menikah dengan phoenix?"
Dasar lancang! Bukankah Zein bermaksud untuk mengatakan bahwa Yulis tidak layak untuk Lenny?
Senyuman di wajah Yulius langsung menghilang.
"Hei, kamu belum sadar diri juga rupanya!"
Yulius menatap Zein dengan arogan, kemudian berkata, "Jika bukan karena Lenny, orang sepertimu bahkan tidak berhak untuk berbicara denganku! Aku bisa membunuhmu dengan mudah kalau aku mau!"
"Oh, ya? Semudah itu? Apa benar?" Zein menatap Yulius dengan sinis.
Memangnya Zein takut dengan gertakan orang-orang sombong itu?!
Mungkin saat ini Zein belum bisa menaklukkan Sylvia, apa dia tidak bisa mengalahkan Yulius?
Setelah membatalkan perjodohan di depan publik dan membuat masalah, bukankah Sylvia masih berutang budi padanya?
Yulius nyaris memukul Zein, tapi Lenny segera menghentikannya dan berkata, "Yulius, jangan hiraukan dia."
"Benar, kamu tidak perlu menanggapi orang rendahan seperti dia," bujuk Wella.
Dua orang lainnya juga mengangguk setuju.
Setelah dibujuk oleh teman-temannya, Yulius pun mengurungkan niatnya untuk menyerang Zein.
Lenny memelototi Zein dan menatap Yulius, kemudian dengan ragu bertanya, "Julius, aku dengar ayahmu cukup akrab dengan tuan besar keempat Keluarga Bai. Apa itu benar?"
Yulius mengangguk dan berkata dengan bangga. "Tentu saja benar."
Mata Wella dan yang lainnya langsung berbinar setelah mendengar kata-kata Yulius.
"Yulius, kalau begitu kenapa kamu tidak memberitahuku lebih awal!"
"Yulius, kamu terlalu rendah hati."
"Kamu bisa membantuku saat aku sedang ada masalah, 'kan ..."
Satu per satu dari mereka menyanjung Yulius dan melontarkan komentar sinis tentang Zein.
Leonard Bai, dikenal juga sebagai tuan besar keempat Keluarga Bai.
Meskipun beliau terkenal rendah hati, tapi beliau adalah sosok yang terkenal di Kota Jayana.
Bahkan tiga keluarga besar kaya di Kota Jayana masih menaruh hormat pada Leonard Bai.
Siapa pun yang berani menyinggungnya, orang itu pasti akan celaka!
Ada rumor yang beredar bahwa Leonard sebenarnya gangster dari negara lain, tapi karena dia ingin bertaubat, dia lantas memutuskan untuk pindah ke Kota Jayana.
"Dasar penjilat!"
Zein melirik mereka dengan sinis.
Dia juga bisa meremehkan para anak orang kaya itu!
Wella merasa tidak terima, dia mendengus dan berkata, "Kalau kamu mempunyai kekuasaan seperti Yulius, aku pasti akan berbuat baik padamu!"
Dua orang lainnya juga mengangguk, mereka memuji Yulius dengan bangga.
"Jangan hiraukan dia! Dia hanya ingin mencari perhatian!"
Lenny menggelengkan kepala pada temannya dan berkata pada Yulis. "Kalau begitu bisakah kamu meminta ayahmu membantuku mengundang Felix Bai untuk makan malam? Aku ingin meminta maaf padanya secara langsung ..."
Dia menyelenggarakan jamuan makan malam dan menyuruh Zein untuk ikut bersamanya.
"Memangnya kamu tidak merasa malu mengajakku ke perjamuan malam?" tanya Zein di dalam mobil dengan penasaran.
Lenny tetap fokus menyetir. "Tidak! Lambat laun berita ini pasti menyebar, dari pada aku harus menanggung malu, lebih baik aku mengatakannya sendiri dengan jujur!"
"Sepertinya kamu bersikeras menikah denganku?" tanya Zein.
"Mau bagaimana lagi, aku dipaksa." Lenny bahkan tidak sudi menoleh ke arah Zein. "Kita cuma dipaksa menikah. Aku mengajakmu ke perjamuan malam ini agar kamu tahu kalau kita ini tidak selevel!"
Zein terdiam dan setelah itu berkata, "Apa aku boleh turun sekarang juga?"
"Kalau mentalmu selemah itu, jangan pernah bertemu dengan orang lain lagi! Lebih baik kamu mengurung diri saja di kamar!"
Zein terkejut.
Benar juga!
Jika berita tentang pernikahan dirinya dan Lenny tersebar, pasti orang-orang akan mengangapnya tidak tahu diri.
Zein berpikir, memang benar jika ada beberapa hal yang tidak bisa disembunyikan.
Cepat atau lambat, dia harus sudah menyiapkan diri untuk hal seperti ini, bukan?
Apa di perjamuan nanti, teman-teman Lenny akan menghinanya?
Zein lebih memilih untuk diam daripada harus dirundung gelisah.
Tidak berselang lama, keduanya sampai di sebuah bar elit.
Mereka memasuki ruang pribadi, ada dua laki-laki dan dua wanita duduk di dalamnya yang semuanya terlihat seumuran dengan Lenny.
"Lenny, ayo duduk!"
Begitu melihat Lenny, seorang laki-laki bernama Yulius Sun langsung mempersilakan Lenny duduk di sebelahnya dengan ramah.
Tiga orang lainnya juga menyapa Lenny dengan akrab.
Mereka sama sekali tidak melirik Zein.
Lenny tidak duduk di sebelah Yulius, melainkan duduk di sebelah sahabatnya, Wella Chen.
Yulius merasa agak kecewa.
Lenny lantas memperkenalkan mereka pada Zein.
Zein hanya mengangguk dan tidak berbicara.
Yulius menatap Lenny dengan penuh rasa cinta. "Lenny, aku tahu kamu sedang bersedih. Kali ini aku sengaja membawa dua botol Musini kualitas terbaik untukmu. Jangan khawatir, aku akan selalu berada di sisimu."
"Aku sendiri yang akan berada di samping istriku, kamu tidak perlu repot-repot menjaga istriku." Zein langsung mengaku siapa dirinya yang sebenarnya.
Mereka memang pasangan palsu, tapi secara hukum, mereka adalah pasangan yang sah.
Tentu saja Zein tidak terima jika ada laki-laki lain yang ingin memberi perhatian lebih pada Lenny.
"Siapa istri yang kamu maksud itu?"
Lenny memelototi Zein dan berkata, "Hei, kamu harus sadar diri! Jangan membuatku malu!"
"Kamu pikir kamu pantas untuk Lenny? Aku akan segera memberitahumu apa itu perbedaan status sosial!" Yulius meremehkan Zein dan bertanya, "Apa kamu tahu ini bir jenis apa?"
Zein mengambil botol dari tangan Yulius dan melihat huruf asing yang tertulis di label botol itu.
Tiba-tiba serpihan ingatan di benaknya muncul.
Tapi meski dia sudah berusaha mengingatnya, pada akhirnya dia tetap saja tidak bisa mengingat nama bir itu.
"Aku tidak tahu," jawab Zein dengan putus asa.
"Namanya Musini," sahut Wella sambil tersenyum manis. "Sebotol bir ini harganya lebih dari 400 juta, mungkin setara dengan gajimu selama enam atau tujuh tahun ..."
"Apa kamu sudah mengerti sekarang?" Yulius melirik Zein dengan sinis, lalu bertepuk tangan dan berkata, "Lenny sudah datang, ayo kita mulai. Minum sebotol dulu saja!"
Sambil berbicara, Yulius mulai menuangkan bir untuk teman-temannya.
Dia bahkan menuangkan anggur untuk Zein, tentu saja Zein merasa terkejut.
Dia mengira Yulius akan memintanya untuk menuangkan anggur!
Mereka semua lantas mulai meminum bir berkualitas tinggi itu.
"Musini dengan kualitas terbaik memang beda!"
"Begitu masuk mulut, rasanya sedikit sepat, tapi lama-lama terasa semakin lembut. Setelah diminum, rasanya enak luar biasa, mulutku juga terasa harum."
"Aku rasa bir ini rasanya lebih enak daripada Lafite keluaran tahun 1982 ..."
Mereka memuji kualitas bir itu dan mulai mabuk.
Zein juga tergoda untuk mencobanya.
Minum saja, tidak usah menahan diri!
Zein lantas meneguk bir di gelasnya.
Tapi ekspresinya langsung berubah saat bir itu sudah masuk ke kerongkongannya.
Bir ini... terasa biasa saja, tidak seperti yang mereka katakan!
"Bagaimana rasanya? Apa kamu belum pernah meminum anggur semahal ini?"
Yulius menatap Zein dengan angkuh.
Zein mengerutkan alisnya dan bertanya, "Apa ini bir palsu?"
Ingatan yang baru saja muncul di benaknya seakan memberitahu padanya bahwa ada yang salah dengan rasa bir itu.
Bir palsu katanya?
Lenny dan teman-temannya pun langsung tertawa setelah mendengar pertanyaan Zein.
"Memangnya kamu tahu rasa Musini?"
"Kalau kamu belum pernah meminumnya, katakan saja dengan jujur! Jangan menuduh Yulius membawa bir palsu!"
"Benar! Kamu cuma satpam, wajar saja kalau orang sepertimu tidak paham dengan Musini ..."
Zein yang hanya pernah meminum bir seharga 200 ribu itu berani mengatakan bahwa Musini kualitas terbaik yang dibawa oleh Yulius tu adalah bir palsu?
Dia pikir, mereka semua tidak bisa membedakan mana bir asli dan palsu?
"Dasar orang rendahan."
Yulius menggelengkan kepalanya dan tersenyum, lalu dengan angkuh berkata, "Bagi orang-orang kelas bawah yang hanya mampu meminum anggur merah oplosan, Musini kualitas terbaik yang kubawa ini memang tidak ada bedanya dengan bir palsu! Inilah perbedaan seseorang yang berasal dari kelas atas dan kelas bawah!"
Ketiga orang lainnya langsung mengangguk.
Lenny melirik Zein dan berkata, "Sekarang kamu sadar kalau kita ini tidak selevel, 'kan?"
"Tapi itu memang bir palsu!" Zein masih bersikeras.
Lenny memandang Zein dengan jijik.
Sudah bodoh, sok tahu, merasa paling benar pula!
"Kamu pikir ini bir palsu karena rasanya agak sepat, 'kan?"
Yulius menyesap birnya dengan anggun dan memandang Zein dengan ekspresi menyindir. "Ini namanya asam tanat, apa kamu mengerti? Rasa sepat ini membuktikan bahwa bir ini asli dan tidak dicampur dengan bir jenis lain!"
"Yulius, percuma kamu menjelaskan hal semacam itu pada orang rendahan yang tidak tahu apa-apa." Lenny menggelengkan kepalanya.
"Benar juga." Yulius mengangguk, menggelengkan kepalanya dan tertawa. "Ayam kampung tetaplah ayam kampung! Meskipun ayam kampung terbang ke sarang burung phoenix, ayam kampung tetap saja ayam kampung!"
Zein marah dan berkata, "Aku memang ayam kampung, tapi aku dilamar oleh phoenix. Bagaimana denganmu? Apa kamu yang mengaku-ngaku sebagai phoenix bisa menikah dengan phoenix?"
Dasar lancang! Bukankah Zein bermaksud untuk mengatakan bahwa Yulis tidak layak untuk Lenny?
Senyuman di wajah Yulius langsung menghilang.
"Hei, kamu belum sadar diri juga rupanya!"
Yulius menatap Zein dengan arogan, kemudian berkata, "Jika bukan karena Lenny, orang sepertimu bahkan tidak berhak untuk berbicara denganku! Aku bisa membunuhmu dengan mudah kalau aku mau!"
"Oh, ya? Semudah itu? Apa benar?" Zein menatap Yulius dengan sinis.
Memangnya Zein takut dengan gertakan orang-orang sombong itu?!
Mungkin saat ini Zein belum bisa menaklukkan Sylvia, apa dia tidak bisa mengalahkan Yulius?
Setelah membatalkan perjodohan di depan publik dan membuat masalah, bukankah Sylvia masih berutang budi padanya?
Yulius nyaris memukul Zein, tapi Lenny segera menghentikannya dan berkata, "Yulius, jangan hiraukan dia."
"Benar, kamu tidak perlu menanggapi orang rendahan seperti dia," bujuk Wella.
Dua orang lainnya juga mengangguk setuju.
Setelah dibujuk oleh teman-temannya, Yulius pun mengurungkan niatnya untuk menyerang Zein.
Lenny memelototi Zein dan menatap Yulius, kemudian dengan ragu bertanya, "Julius, aku dengar ayahmu cukup akrab dengan tuan besar keempat Keluarga Bai. Apa itu benar?"
Yulius mengangguk dan berkata dengan bangga. "Tentu saja benar."
Mata Wella dan yang lainnya langsung berbinar setelah mendengar kata-kata Yulius.
"Yulius, kalau begitu kenapa kamu tidak memberitahuku lebih awal!"
"Yulius, kamu terlalu rendah hati."
"Kamu bisa membantuku saat aku sedang ada masalah, 'kan ..."
Satu per satu dari mereka menyanjung Yulius dan melontarkan komentar sinis tentang Zein.
Leonard Bai, dikenal juga sebagai tuan besar keempat Keluarga Bai.
Meskipun beliau terkenal rendah hati, tapi beliau adalah sosok yang terkenal di Kota Jayana.
Bahkan tiga keluarga besar kaya di Kota Jayana masih menaruh hormat pada Leonard Bai.
Siapa pun yang berani menyinggungnya, orang itu pasti akan celaka!
Ada rumor yang beredar bahwa Leonard sebenarnya gangster dari negara lain, tapi karena dia ingin bertaubat, dia lantas memutuskan untuk pindah ke Kota Jayana.
"Dasar penjilat!"
Zein melirik mereka dengan sinis.
Dia juga bisa meremehkan para anak orang kaya itu!
Wella merasa tidak terima, dia mendengus dan berkata, "Kalau kamu mempunyai kekuasaan seperti Yulius, aku pasti akan berbuat baik padamu!"
Dua orang lainnya juga mengangguk, mereka memuji Yulius dengan bangga.
"Jangan hiraukan dia! Dia hanya ingin mencari perhatian!"
Lenny menggelengkan kepala pada temannya dan berkata pada Yulis. "Kalau begitu bisakah kamu meminta ayahmu membantuku mengundang Felix Bai untuk makan malam? Aku ingin meminta maaf padanya secara langsung ..."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved