chapter 5 Berlutut!

by Olive 16:03,Oct 28,2023
Bisnis utama Keluarga Su berfokus pada angkutan jarak jauh domestik, mereka juga mengoperasikan showroom kelas atas.

Beberapa hari yang lalu, Felix Bai membeli mobil di showroom milik keluarga mereka, tapi tidak ada seorang pun yang mengenalinya. Hari itu Felix memakai pakaian yang membuatnya terlihat seperti orang miskin, selain itu dia juga sangat pilih-pilih saat melihat setiap mobil yang diincarnya. Akibatnya, beberapa karyawan merasa tidak sabar dan menuduhnya sebagai gelandangan yang berpura-pura membeli mobil, bahkan ada juga yang berteriak padanya.

Felix sangat marah sampai pada akhirnya dia menampar salah satu karyawan yang menghinanya.

Setelah itu, terjadi perkelahian diantara mereka.

Ada banyak orang yang berkerumun di showroom karena perkelahian itu, Felix juga merasa sangat dirugikan.

Felix sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, dia menyuruh anak buahnya untuk menghajar semua karyawan di sana dan bahkan mengancam akan menutup showroom tersebut.

Belum lama ini, showroom tersebut terus didatangi dan diganggu oleh anak buah Felix sampai membuatnya tidak bisa beroperasi lagi.

Lenny yang mengetahui hal itu langsung memecat beberapa karyawannya. Setelah itu dia menelepon Felix dan mengajaknya untuk bertemu agar dirinya bisa meminta maaf secara langsung sekaligus membahas masalah kerugian.

Tapi Felix tidak memedulikannya dan masih ngotot ingin menutup showroom milik Keluarga Su tersebut.

Lenny yang tidak berdaya itu pun mau tidak mau harus meminta bantuan ayah Yulius untuk membuat janji dengan Felix.

Yulius hanya bisa mengeluh dalam hati.

Sebenarnya dia hanya berpura-pura...

Bagaimana mungkin ayahnya bisa memiliki hubungan yang akrab dengan tuan besar keempat Keluarga Bai?!

Tapi nasi sudah menjadi bubur, dia sudah terlanjur berbohong. Kalau dia tidak bisa membantu Lenny, mau ditaruh di mana harga dirinya?

"Baiklah, aku akan mengatakannya pada ayahku malam ini juga!"

Yulius tetap mengedepankan gengsinya sambil mencari berbagai alasan untuk mengelak.

Tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu.

Seorang wanita dewasa nan mempesona masuk ke ruangan mereka sambil segelas anggur merah, kemudian dengan ramah berkata, "Aku Meily Feng, pemilik bar. Terima kasih telah datang ke bar kami. Aku ingin bersulang untuk kalian semua."

Pemilik bar datang untuk bersulang dengan mereka sebagai bentuk rasa hormat.

Setelah itu Meily masih menyempatkan diri untuk mengobrol dengan mereka.

Ini adalah tata krama yang umum digunakan di kalangan orang-orang kaya seperti mereka.

Dengan mengobrol, mereka dapat membangun hubungan yang lebih dekat.

Lenny masih mengkhawatirkan masalahnya dengan Felix, ekspresi gelisahnya tidak bisa disembunyikan.

Wella yang melihatnya pun langsung memeluk Lenny dan menghiburnya. "Jangan khawatir, ayah Yulius pasti bisa membantumu."

"Benar!"

Dua teman Lenny lainnya juga ikut mengangguk.

Meily yang mendengarnya pun segera bertanya, "Apa kamu mempunyai masalah dengan Tuan Muda Bai?"

Lenny mengangguk ringan dan bekata, "Ada sedikit kesalahpahaman waktu dia mengunjungi showroom keluarga kami, aku ingin meminta maaf padanya secara terbuka dan memberinya kompensasi."

Lenny menceritakan kejadian di showroomnya secara singkat.

"Oh, aku rasa aku bisa membantumu."

Meily tersenyum bangga dan berkata, "Kebetulan Tuan Muda Bai juga sedang berada di sini sekarang. Kalian tunggu sebentar, aku akan memintanya kemari dan mengobrol dengan kalian."

"Oh, ya? Syukurlah kalau begitu." Lenny terkejut bercampur senang.

"Tuhan sudah menolongku!" gumam Yulius dalam hati. Dia merasa sangat tertolong.

Meily mengangguk dan tersenyum ramah, dia lantas berdiri dan berkata, "Tunggu saja di sini.”

"Baik! Terima kasih banyak! Aku benar-benar sangat berterima kasih! Terima kasih!" ujar Lenny dengan sangat bersemangat. Dia bahkan mengucapkan terima kasih sampai berkali-kali.

"Tidak perlu sungkan." Meily tersenyum ramah dan keluar dari ruangan.

Lenny menghela napas lega.

Dia ingin bisa membalas kebaikan Meily di masa depan dan memperluas relasinya agar kelak orang-orang yang menjalin relasi dengannys itu bisa mendukung dan membantunya.

Saat ini Yulius juga bersiap untuk bersikap baik pada Felix.

Dengan begitu, dia tidak hanya bisa menjalin hubungan baik dengan Keluarga Bai, tapi juga membuat kebohongan yang dia katakan sebelumnya menjadi nyata.

Zein terdiam, lalu berkata pada Lenny. "Sebaiknya jangan menjamu Felix dengan bir ini, dia pasti tahu kalau ini bir palsu! Bisa-bisa dia malah bertambah marah!"

Zein memang masih mempunyai sedikit keraguan tentang keaslian bir itu, dia hanya merasa kalau bir itu tidak enak.

"Tutup mulutmu!"

Lenny memelototi Zein dengan marah. "Sebaiknya kamu diam saja saat Felix datang nanti!"

Zein hanya bisa pasrah dan diam.

Tidak lama kemudian, pintu pun dibuka.

Felix berdiri di depan pintu dengan ekspresi suram dan menatap Lenny dengan tatapan tidak bersahabat.

Lenny segera berdiri, dia merasa sangat gelisah.

"Tuan Muda Bai, silakan duduk."

Meily tersenyum ramah sambil menarik Felix yang enggan masuk, kemudian memintanya duduk di sebelah Lenny. "Baiklah, kalau begitu kalian bisa mengobrol. Aku harus menemui tamu yang lain."

Setelah berbicara, Meily tersenyum ramah dan segera meninggalkan ruangan.

Begitu Meily pergi, Yulius mengulurkan tangannya sambil tersenyum. "Selamat malam, Tuan Felix! Namaku Yulius Sun. Aku merasa sangat beruntung bertemu denganmu hari ini ..."

Felix menepis tangan Yulius dengan ekspresi galak. "Memangnya siapa yang peduli dengan namamu!"

Yulius merasa sedikit malu, dia kemudian memberi perintah pada Lenny. "Lenny, kenapa malah diam saja? Ayo tuangkan bir untuk Tuan Felix! Kita sudah beruntung dia mau datang ke ruangan kita."

Lenny segera tersadar dari lamunannya, dia segera mengambil botol dan bersiap menuangkan bir untuk Felix.

"Tuan Felix tidak perlu marah dengan kesalahan karyawan kami, aku harap Tuan bisa memaafkannya ..."

Yulius memegang gelas bir dan memberikannya pada Felix. "Waktu itu Lenny tidak tahu bahwa Tuan akan mengunjungi showroom milik Keluarga Su. Jika tidak, Lenny pasti akan menemuimu dan melayanimu dengan baik, memangnya di Kota Jayana ini siapa yang berani melawanmu ..."

"Benar!" Teman-teman Lenny juga mencoba membujuk Felix.

Sejujurnya, Yulius memang pandai berbasa-basi dan mengambil hati.

Pujian yang terus dikatakan oleh Yulius berhasil membuat Felix merasa nyaman, ekspresinya juga terlihat lebih lembut dari sebelumnya.

Yulius merasa senang dan mengedipkan matanya pada Lenny.

Lenny mengerti maksud Yulius dan dengan hati-hati mengambil segelas bir, kemudian berkata, "Bagaimanapun, ini salahku karena tidak bisa mengawasi karyawan kami dengan baik. Aku akan memberikan kompensasi yang tidak mengecewakan padamu! Aku akan bersulang denganmu terlebih dahulu dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh."

Yulius mengambil gelas bir dan memberikan gelas tersebut ke tangan Felix. "Sejujurnya, Musini ini benar-benar tidak layak untukmu, tapi ini adalah bir terbaik yang bisa kuberikan. Aku harap Tuan tidak merasa keberatan.... "

Felix hanya berkata "Hmm," lantas menerima gelas bir yang diberikan Yulius.

Lenny merasa gembira. "Tuan Felix, aku akan meminum bir ini untukmu."

Dia lantas meminum setengah bir yang dipegangnya dalam sekali teguk.

"Jika Keluarga Su tidak memberiku kompensasi yang memuaskan, masalah ini akan terus berlanjut!"

Felix menatap Lenny dengan tatapan memperingatkan dan kemudian meletakkan mulut gelas bir ke tepi mulutnya.

Saat bir itu masuk ke mulutnya, ekspresi Felix tiba-tiba berubah.

Lenny memperhatikan ekspresi Felix dan dengan cepat bertanya dengan hati-hati. "Tuan Felix, apakah bir ini tidak sesuai dengan seleramu?"

"Lancang sekali kalian memberiku bir murahan seperti ini!"

Felix sangat marah dan tiba-tiba menuangkan segelas bir di tangannya pada Lenny.

Zrasss!!!

Lenny yang masih merasa kebingungan itu tidak sempat menghindar, dia merasa sangat malu.

Kejadian itu langsung membuat semua orang panik.

Yulius terkejut dan mundur selangkah.

Lenny tercengang dan hanya bisa berdiri dengan pandangan kosong.

Felix tiba-tiba berdiri dan memandang Lenny dengan wajah dingin. "Lenny Su, menurutmu apa aku ini orang desa yang tidak bisa membedakan mana bir asli dan mana yang palsu?"

Felix sangat marah.

Waktu itu, karyawan di toko milik Keluarga Su menganggap dirinya sebagai orang kampung.

Apa Lenny juga menganggapnya sebagai orang kampung?

Apa dirinya benar-benar terlihat seperti orang kampung?

Setelah meminta maaf, beraninya Lenny memberikan bir palsu padanya?

Hal ini jelas merupakan penghinaan baginya!

Lenny tercengang.

Teman-temannya juga kebingungan.

Apa ini... memang bir palsu?

Tidak mungkin!

Apa mungkin Felix sebenarnya tidak mau menerima permintaan maaf Lenny dan sengaja mencari alasan untuk menjatuhkannya?

Lenny panik dan dengan gugup menjelaskan, "Tuan sudah salah paham. Bir ini dibawa langsung oleh Yulius, seharusnya bir ini ..."

"Persetan dengan semua itu!"

Felix sangat marah dan memelototi Lenny. "Lancang sekali kamu! Kamu pikir aku ini orang kampung yang tidak pernah minum Musini? Aku akan membuktikan kalau bir ini memang palsu!"

Setelah itu Felix langsung mengambil botol musini yang dibawa oleh Yulius itu dan mengeluarkan korek api untuk membakar labelnya.

Kemudian dia menyobek label itu tanpa sisa.

Setelah melihat hal itu, wajah Lenny dan teman-temannya menjadi pucat.

Mereka semua tahu bahwa label anggur merah kelas atas tersebut sudah diproses secara khusus untuk mencegah pemalsuan, tidak mungkin bisa dirobek begitu saja dengan mudah.

Prang!!!

Felix tiba-tiba membuang botol yang berada di tangannya itu ke lantai, kemudian menunjuk ke arah pecahan botol itu dan berteriak pada Lenny. "Berlutut sekarang juga!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

1175