chapter 6 Menggertak

by Olive 16:03,Oct 28,2023
Wajah Lenny memucat saat melihat pecahan botol yang berserakan di lantai, air matanya sampai mengalir karena ketakutan.

Saat ini dia memakai rok pendek, dia akan kesakitan kalau harus berlutut.

Saat Lenny tidak tahu harus berbuat apa, Meliy tiba-tiba membuka pintu ruangan mereka setelah mendengar keributan.

"Apa yang terjadi? Apa yang membuatmu marah, Tuan Felix?" tanya Melily sambil tersenyum ramah.

"Aku ke sini atas bujukanmu, tapi wanita itu malah memberiku bir palsu!" seru Felix sambil menunjuk ke arah Lenny.

Bir palsu?

Meily mengerutkan dahinya dan mencicipi bir itu.

Tidak berapa lama, dia menundukkan wajahnya.

Lenny sangat ketakutan dan melirik Meily agar pemilik itu membantunya.

"Masalah ini harus kalian selesaikan sendiri!"

Meily menyayangkan kejadian itu, dia lantas menepuk bahu Felix dan berkata, "Tuan Felix, kamu sudah tahu peraturan di bar ini! Lakukan saja apa yang kamu mau!"

Setelah itu Meily langsung berdiri dan meninggalkan ruangan itu.

Dia sudah membujuk Felix untuk menemui Lenny dan teman-temannya, tapi mereka malah membuat masalah.

Kalau sudah begini, siapa yang salah?

Felix menjadi semakin gusar, wajahnya sampai berkedut.

Dia sudah tidak sabar untuk memberi pelajaran pada Lenny!

Tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa!

Boleh saja berkelahi, tapi tidak boleh sampai merenggut nyawa!

Ini adalah aturan di bar itu.

Ditambah lagi Lenny bukan wanita sembarangan.

Ayahnya, Leonard Bai sudah sering mengingatkannya untuk tidak membuat masalah dengan Lenny.

"Lenny Su, aku menunggumu di luar! Jangan sampai anak buahku menyeretmu keluar dengan paksa!"

Felix melirik Lenny dengan ekspresi galak dan berjalan keluar dengan marah.

Lenny panik dan meminta bantuan kepada Yulius. "Yulius, segera hubungi ayahmu! Bantu aku!"

Sekarang, Lenny hanya bisa meminta bantuan pada ayah Yulius.

Jantung Yulius berdetak hebat, sekarang dia benar-benar ketakutan, bagaimana mungkin dia bisa menolong Lenny!

Tapi dia masih saja tidak mau jujur bahwa sebenarnya ayahnya tidak akrab dengan Felix atau Leonard.

Bir palsu yang dibawanya itu sudah membuatnya malu.

Jika orang lain tahu bahwa sebenarnya ayahnya tidak akrab dengan Felix, mungkin dia akan kehilangan teman-temannya.

"Aku akan menelepon Ayah sekarang juga."

Yulius pun keluar dari ruangan sambil membawa ponselnya dan berpura-pura meminta bantuan, tapi sebenarnya dia tidak menelepon siapa pun.

Tidak berselang lama, Yulius kembali ke ruangan itu denngan wajah pasrah. Dia berkata, "Ayahku tidak mengangkat teleponnya ..."

Jawaban Yulius membuat Lenny putus asa. Tanpa disadari, air matanya menetes.

Yulius sempat merasa ragu, tak lama kemudian dia berbisik pada Lenny. "Kalau begitu, kamu tidak punya pilihan lain selain menuruti perintahnya. Setelah itu aku akan mengantarmu ke rumah sakit."

"Yulius! Enteng sekali mulutmu itu!" Wella yang mendengarnya langsung marah.

"Memangnya apa yang bisa kita lakukan? Apa kamu pikir, aku melakukan ini dengan senang hati?"

Yulius memelototi Wella. "Kamu juga tahu 'kan kalau Tuan Felix benar-benar marah sekarang. Kalau kita membiarkannya, pasti dia akan semakin marah dan akan memperlakukan Lenny dengan lebih buruk lagi ..."

Jika harus mmebuat Felix menunggu lama, pasti mereka semua juga akan kena imbasnya.

"Apa yang dikatakan Yulius benar!"

"Benar! Lenny, lakukan saja apa yang diminta Tuan Felix!"

Dua teman Lenny yang lainnya juga ikut membujuk.

"Hei, apa kalian masih punya hati?"

Wella sangat marah dan memelototi mereka semua, dia tidak mau sahabatnya itu sampai terluka.

"Ada apa denganmu? Bukankah kita melakukannya demi kebaikan Lenny?"

"Benar! Berani berbuat berani bertanggungjawab!"

"Kalau kamu merasa kasihan pada Lenny, kenapa tidak kamu saja yang berlutut?"

Mereka langsung membela diri.

Wella yang mendengarnya menjadi sangat marah sampai menghentakkan kakinya.

"Berhentilah berdebat! Aku akan berlutut!"

Lenny berteriak sambil menangis, dia berjalan keluar dengan gemetaran.

Wella yang melihatnya pun langsung melangkah maju dan memapah sahabatnya itu.

Zein merasa geram.

Dia sudah mengatakan dari awal bahwa itu anggur palsu, tapi tidak ada yang percaya!

Jika ada masalah, kenapa diantara mereka semua tidak ada yang mau membantu Lenny?

Zein tidak habis pikir, dia pun lantas mengambil keputusan.

Dia akan memberi pelajaran pada si Yulius idiot itu!

Jika tidak berhasil, Zein akan menolong Lenny dengan caranya sendiri!

Perusahaan sudah melatih para satpam dengan beberapa keterampilan dasar dalam bergulat dan bertarung setiap tahunnya. Dia merasa bahwa kemampuan bela dirinya cukup bagus, ketahanan fisiknya juga bagus. Zein berharap dia bisa menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin untuk membela Lenny!

Dia tidak bisa membiarkan Lenny berlutut di atas pecahan botol!

"Jangan takut. Begitu Tuan Felix tidak marah lagi, aku akan membawamu ke rumah sakit secepat mungkin ..."

Yulius mencoba menghibur Lenny.

Felix sudah menunggu mereka di luar bersama anak buahnya.

Jelas sekali Felix tidak mau kalau sampai mereka mencoba melarikan diri.

Lantai di depan mereka sudah dipenuhi pecahan botol.

"Kesalahan apa yang dilakukan Lenny Su pada Tuan Felix?"

"Aku mendengar bahwa Lenny Su menuangkan bir palsu unuk meminta maaf pada Tuan Felix!"

"Astaga! Lenny Su sudah bosan hidup rupanya?! Beraninya menggunakan bir palsu untuk meminta maaf kepada Tuan Felix?"

"Dia sudah mencoreng wajah Tuan Felix!"

Para penonton mulai berdebat sambil melihat ke arah lutut Lenny.

Kakinya begitu indah, wanita secantik itu pasti bisa membuat laki-laki betah!

Sayang sekali kaki seindah itu harus terkena goresan dari pecahan botol!

"Berlutut!"

Begitu Lenny datang, Felix langsung memberinya perintah.

Kaki Lenny langsung lemas, dia bahkan tidak bisa berdiri dengan stabil.

Dia bahkan sudah bisa membayangkan rasa sakitnya.

"Tunggu dulu!"

Zein menghentikan Felix, dia lantas menunjuk Yulius dan berkata, "Dia sendiri yang mengatakan bahwa dialah yang membawa bir palsu itu. Masalah ini tidak ada hubungannya dengan kami! Seharusnya, dialah yang harus berlutut!"

"Kamu pikir kamu siapa? Apa kamu berhak mengajariku?" Felix memarahi Zein dengan ekspresi dingin.

"Tuan Felix, dia hanya satpam yang bekerja di perusahaan milik Keluarga Su." Yulius memperkeruh keadaan.

"Begitu rupanya! Keluarga Su memang luar biasa! Bahkan satpam rendahan saja berani mengajariku!" Felix menjadi semakin marah, dia menunjuk ke arah Zein dan berteriak pada para anak buahnya.

"Suruh dia berlutut di atas pecahan botol itu sampai subuh!"

Yulius yang mendengarnya langsung gembira.

Si Zein idiot itu masih saja berani melawan seorang Felix Bai?!

Memangnya dia pikir Felix gampang dibujuk?

Ha ha ha, ini salahnya sendiri! Zein memang pantas mendapatkan hukuman dari Felix!

Setelah menerima perintah Felix, anak buahnya langsung berjalan ke arah Zein.

Zein tidak menyangka kalau Felix akan melakukan hal yang tidak rasional.

Sekarang, yang bisa dia lakukan hanya menerima dengan lapang dada!

Anak buah Felix bersiap menyerang Zein. Dia tiba-tiba menendang para anak buah Felix dengan sekuat tenaga.

Kekuatan tendangannya begitu kuat sampai membuat para anak buah Felix terpental dan jatuh dengan keras di atas pecahan botol.

"Aaarrrggghhh!!!"

Mereka merasa kesakitan dan berteriak seperti suara babi yang hendak dibunuh.

Waw!

Tendangan Zein tidak hanya membuat bingung penonton.

Zein sendiri juga merasa bingung.

Sejak kapan dirinya menjadi begitu kuat?

Apakah yang tadi itu suara ledakan?

Tepat pada saat Zein tercengang, lima sampai enam anak buah Felix yang tersisa mendekati Zein dengan marah dan mengepungnya dengan penuh dendam.

Pada saat inilah para penonton akhirnya menyadari sesuatu.

"Apa dia sudah gila? Seorang satpam sepertinya berani memukul anak buah Tuan Felix?"

"Aku dengar, anak buah Tuan Felix sudah banyak membunuh orang!"

"Tuan Felix pasti sangat marah, cepat habisi pemuda tidak tahu diri itu!"

"Mundur dan menyerah saja, jangan sampai mengorbankan nyawamu ..."

Semua orang melangkah mundur.

Sementara itu Yulius berbahagia di atas penderitaan orang lain.

Felix sudah sangat marah dan sekarang dia menjadi semakin marah karena tingkah sok pahlawan Zein.

Seorang satpam rendahan berani memukuli anak buahnya di depan banyak orang!

Kalau hari ini Felix tidak memberi pelajaran pada Zein, harga dirinya pasti akan tercoreng!

Mata Felix berkilat, dia berteriak, "Pertama, pukul pemuda tidak tahu diri itu dengan brutal! Buka pakaiannya dan lemparkan dia ke serpihan botol itu!"

Anak buah Felix langsung menuruti perintah tuannya, mereka segera mengangkat tinju dan menghantamkannya ke arah Zein.

Pada saat darurat seperti ini, naluri Zein kembali muncul.

Buk!!!

Bak!!!

Dia memukul anak buah Felix yang tersisa itu dengan bertubi-tubi, bahkan semua pukulannya tepat sasaran dan berhasil mengenai bagian vital musuh.

Seluruh proses itu berlangsung dengan sangat cepat.

Sebelum ada yang sempat bereaksi, semua anak buah Felix jatuh ke lantai dan meringis kesakitan.

Mereka semua terdiam...

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

1175