Bab 10 Bersamamu
by Ryoum_Ei
10:33,Aug 18,2023
“Ini honeymoon pertama setelah beberapa bulan menikah. Kenapa kau terlihat tidak nyaman, Alexander?”
Ya … ini pertama kalinya mereka melakukan honeymoon setelah beberapa menikah sebab Alexander tidka punya waktu dan sibuk bekerja. Mereka sudah berada di sini beberapa menit yang lalu dan hanya menikmati suasana pantai tanpa saling bicara. Tempat yang begitu indah tetapi terasa sunyi bagi Alexander. Pria itu bahkan tidak merasa bahagia sedikitpun dan terus menerus memikirkan rencana demi rencana yang akan ia lakukan dilain waktu.
Alexander menatap kimbeerly yang menampakkan wajah sedihnya. Pria itu tersenyum tipis dan menggelengkan kepala pelan. Ia meraih tubuh Kimbeerly agar mendekat untuk ia peluk. “Jangan salah menafsirkan raut wajahku, Baby. Aku bahagia karena setelah ini harusnya kau mengandung anakku. Bukankah begitu?”
Kimbeerly menahan senyumnya karena merasa malu dengan ungkapan Alexander yang tidak berusaha menyembunyikan kata-katanya. Pria itu semakin mendekap tubuhnya dan sesekali melayangkan kecupan dibibirnya. Hanya karena ucapan sepele dari Alexander sudah membuatnya bahagia, Kimbeerly tidak pernah menuntut banyak hal dari Alexander sebab pria itu juga tipikal pria yang cukup cuek dan perhatian dalam satu waktu. Termasuk apa yang ia lihat saat ini, Alexander yang sebelumnya hanya diam saja kini mampu membuat hatinya berdebar dengan senyum yang terus merekah.
“Lalu … kau mau anak berjenis kelamin laki-laki atau perempuan?”
Alexander berpikir sebentar. “Aku hanya berharap anakku lahir dan tumbuh dengan baik apapun jenis kelaminnya. Mau dia perempuan atau lelaki asal dia mampu membuatmu bahagia aku juga ikut senang.”
Kimbeerly tersenyum dan mengangguk menanggapi ungkapan tulus Alexander. “Harapan yang sederhana.”
Alexander tersenyum tipis. Sebab dia merasa tak pernah bahagia sejak kecil, maka dari itu Alexander hanya berharap agar anaknya kelak tidak merasakan apa yang ia rasakan sebab itu sangat sulit dilalui. “Tidak perlu banyak berharap jika harapan kecil saja sudah mampu membuatmu bahagia.”
Kimbeerly kembali mengangguk. Alexander selalu benar dengan kata-kata yang diucapkan. Kimbeerly sangat bersyukur bisa menemukan pria sebaik dan cerdas seperti Alexander. Tidak banyak bicara dan selalu membuktikan dengan tindakan. Hal itu semakin membuat pesona yang dimiliki Alexander bertambah dimata Kimbeerly.
Kimbeerly melepaskan diri yang membuat Alexander mengernyitkan keningnya. “Kau mau kemana?”
“Bermain,” jawab Kimbeerly seraya menarik tangan Alexander agar mengikuti dirinya menuju pantai.
Alexander geleng-geleng kepala dan mengikuti Kimbeerly begitu saja. Memperhatikan wanita itu dalam diam dan segala tingkah kimbeerly yang terkadang membuatnya tersenyum. Wanita yang begitu cantik sedang bersamanya tetapi Alexander semain merasa bersalah jika mengingat tujuan dirinya yang sebenarnya. Kimbeerly wanita yang baik dan ia membalas dengan begitu buruk.
Jika saja pertemuan kita tanpa adanya masalah dengan keluargamu, aku tidak akan terus menerus mengabaikanmu, Kimbeerly. Batin Alexander.
“Alexander lihatlah!”
Alexander melihat Kimbeerly yang semakin mendekat ke laut dengan ombak yang cukup besar. Pria itu segera mendekat dan bermain dengan Kimbeerly. “Hati-hati, sayang.”
Kimbeerly begitu bahagia akhirnya bisa menghabiskan waktu dengan Alexander yang ia cintai. Pria itu begitu sibuk bekerja setelah masuk ke perusahaan dan hampir tidak punya waktu untuk Kimbeerly, maka dari itu Kimbeerly merasa bersyukur dengan hari ini. Ia bisa leluasa menebarkan tawa bahagia dengan Alexander yang selalu menemani dirinya.
Mereka terus bermain dan tertawa dengan hal sederhana. Seolah begitu menikmati hari ini dengan rasa bahagia meski hal itu sebenarnya tida pernah terpikirkan oleh Alexander. Alexander hanya berusaha agar tidak terlalu menampakkan diri bahwa sebenarnya dia memiliki maksud lain kepada Kimbeerly. Menikahi dan meluangkan waktu untuk Kimbeerly, semua itu hanyalah jalan kecil yang Alexander gunakan untuk menutupi siapa dirinya sebenarnya.
“Sudah cukup. Aku lelah, Alexander.”
“Hanya sampai sini? Tidak menyenangkan sama sekali,” komentar Alexander setelah bermain kejar-kejaran dengan Kimbeerly yang kini terduduk di pasir dengan sebagin tubuhnya yang sudah kotor karena pasir.
Kimbeerly berusaha mengatur napasnya karena lelah berlari dan juga pasir pantai yang terkena air laut sungguh membuat setiap langkahnya terasa berat. Alexander yang melihat Kimbeerly begitu kelelahan ikut mendudukkan diri di pasir. Menatap wanita itu dalam diam dan tersenyum tipis.
“Wanita yang begitu cantik sedang bersamaku,” gumamnya yang lantas membuat Kimbeerly malu hingga kedua pipinya terasa panas.
“Jangan katakan hal-hal seperti itu lagi. Aku malu,” ujar Kimbeerly seraya menagkup wajahnya dengan kedua tangan.
Alexander terkekeh. Ia menyelipkan anak rambut Kimbeerly yang berantakan karena angin hingga membuat Kimbeerly membuka wajahnya yang tertutup oleh kedua tangan. Wanita itu terdiam dengan Alexander yang mulai mendekatkan diri. Sebuah kecupan tepat dibibir membuat kedua insan itu saling terdiam dan memandang, lalu tersenyum sebelum akhirnya kembali melayangkan kecupan yang mulai berganti dengan ciuman dalam.
Alexander melepaskan diri setelah membuat Kimbeerly cukup tersiksa dengan ulahnya. Ibu jarinya menghapus pinggir bibir Kimbeerly yang basah lalu menampakka senyuman miring. “Cantik,” pujinya.
Kimbeerly menahan senyumnya dan merasakan wajahnya memanas. Hanya satu kata tetapi mampu membuatnya tidak berkutik. Alexander sungguh pria yang mampu membuat hati kimbeerly merasa tak tenang setiap saat.
“Kau tidak sedang kepanasan bukan?”
Kimbeerly memegangi wajahnya karena takut Alexander menangkap wajahnya yang bersemu, sedangkan Alexander tersenyum. “Mari kembali. Hari semakin panas dan aku tidak mau kau demam karena bermain air saat tengah hari.”
Kimbeerly mengangguk dan mulai beranjak dari duduknya dengan Alexander yang membantunya. Baru saja akan melangkah, tubuh Kimbeerly diangkat Alexander dalam gendongannya. Membuat Kimbeerly malu dan menyembunyikan wajahnya di depan dada Alexander yang terbuka. Sedangkan Alexander tersneyum kecil dan mengalihkan pandangannya ke depan. Berjalan santai untuk menuju penginapan dengan tubuh kecil Kimbeerly digendongannya.
“Aku bahagia.”
“Itu memang tujuanku.”
Lagi-lagi Kimbeerly harus menahan senyumnya hanya karena ucapan Alexander. “Apa yang kau lakukan jika aku bersedih?”
“Membiarkanmu.”
“Kau tidak perhatian.”
“Air mata hanya akan keluar sebentar tetapi hati butuh waktu untuk tenang dan setelah membiarkanmu tenang aku akan meminta maaf.”
“Jika itu bukan salahmu?”
“Tetap saja aku harus meminta maaf agar kau merasa lega dan tidak memikirkan hal-hal buruk lagi.”
Kimbeerly tersenyum. Ia mengangguk mengerti dengan ucapan Alexander meski pria itu juga mengatakannya seperti tidak berniat sama sekali. Kimbeerly tetap mencintai Alexander apa adanya dan tidak mempermasalahkan bagiaman sifat Alexander yang menurut Kimbeerly sedikit berubah setelah pernikahan. Kimbeerly begitu menyukai Alexander sampai tidak bisa berhenti.
“Jangan terus tersenyum seperti itu. Gigimu akan terasa kering.”
“Alexander!”
“Apa?”
“Kau memalukan.”
“Aku mengatakan sejujurnya.”
“Sudahlah. Turunkan aku. Aku tidak mau bicara denganmu lagi.”
“Maka diam saja kalau begitu.”
Kimbeerly menghembuskan napasnya. Alexander tidak akan terbantahkan jika sudah berdebat seperti ini. Baiklah, lupakan saja. Kimbeerly merasa tidak perlu lagi bicara karena pada akhirnya dirinya juga yang akan terdiam karena tidak mampu membalas ucapan Alexander.
Ya … ini pertama kalinya mereka melakukan honeymoon setelah beberapa menikah sebab Alexander tidka punya waktu dan sibuk bekerja. Mereka sudah berada di sini beberapa menit yang lalu dan hanya menikmati suasana pantai tanpa saling bicara. Tempat yang begitu indah tetapi terasa sunyi bagi Alexander. Pria itu bahkan tidak merasa bahagia sedikitpun dan terus menerus memikirkan rencana demi rencana yang akan ia lakukan dilain waktu.
Alexander menatap kimbeerly yang menampakkan wajah sedihnya. Pria itu tersenyum tipis dan menggelengkan kepala pelan. Ia meraih tubuh Kimbeerly agar mendekat untuk ia peluk. “Jangan salah menafsirkan raut wajahku, Baby. Aku bahagia karena setelah ini harusnya kau mengandung anakku. Bukankah begitu?”
Kimbeerly menahan senyumnya karena merasa malu dengan ungkapan Alexander yang tidak berusaha menyembunyikan kata-katanya. Pria itu semakin mendekap tubuhnya dan sesekali melayangkan kecupan dibibirnya. Hanya karena ucapan sepele dari Alexander sudah membuatnya bahagia, Kimbeerly tidak pernah menuntut banyak hal dari Alexander sebab pria itu juga tipikal pria yang cukup cuek dan perhatian dalam satu waktu. Termasuk apa yang ia lihat saat ini, Alexander yang sebelumnya hanya diam saja kini mampu membuat hatinya berdebar dengan senyum yang terus merekah.
“Lalu … kau mau anak berjenis kelamin laki-laki atau perempuan?”
Alexander berpikir sebentar. “Aku hanya berharap anakku lahir dan tumbuh dengan baik apapun jenis kelaminnya. Mau dia perempuan atau lelaki asal dia mampu membuatmu bahagia aku juga ikut senang.”
Kimbeerly tersenyum dan mengangguk menanggapi ungkapan tulus Alexander. “Harapan yang sederhana.”
Alexander tersenyum tipis. Sebab dia merasa tak pernah bahagia sejak kecil, maka dari itu Alexander hanya berharap agar anaknya kelak tidak merasakan apa yang ia rasakan sebab itu sangat sulit dilalui. “Tidak perlu banyak berharap jika harapan kecil saja sudah mampu membuatmu bahagia.”
Kimbeerly kembali mengangguk. Alexander selalu benar dengan kata-kata yang diucapkan. Kimbeerly sangat bersyukur bisa menemukan pria sebaik dan cerdas seperti Alexander. Tidak banyak bicara dan selalu membuktikan dengan tindakan. Hal itu semakin membuat pesona yang dimiliki Alexander bertambah dimata Kimbeerly.
Kimbeerly melepaskan diri yang membuat Alexander mengernyitkan keningnya. “Kau mau kemana?”
“Bermain,” jawab Kimbeerly seraya menarik tangan Alexander agar mengikuti dirinya menuju pantai.
Alexander geleng-geleng kepala dan mengikuti Kimbeerly begitu saja. Memperhatikan wanita itu dalam diam dan segala tingkah kimbeerly yang terkadang membuatnya tersenyum. Wanita yang begitu cantik sedang bersamanya tetapi Alexander semain merasa bersalah jika mengingat tujuan dirinya yang sebenarnya. Kimbeerly wanita yang baik dan ia membalas dengan begitu buruk.
Jika saja pertemuan kita tanpa adanya masalah dengan keluargamu, aku tidak akan terus menerus mengabaikanmu, Kimbeerly. Batin Alexander.
“Alexander lihatlah!”
Alexander melihat Kimbeerly yang semakin mendekat ke laut dengan ombak yang cukup besar. Pria itu segera mendekat dan bermain dengan Kimbeerly. “Hati-hati, sayang.”
Kimbeerly begitu bahagia akhirnya bisa menghabiskan waktu dengan Alexander yang ia cintai. Pria itu begitu sibuk bekerja setelah masuk ke perusahaan dan hampir tidak punya waktu untuk Kimbeerly, maka dari itu Kimbeerly merasa bersyukur dengan hari ini. Ia bisa leluasa menebarkan tawa bahagia dengan Alexander yang selalu menemani dirinya.
Mereka terus bermain dan tertawa dengan hal sederhana. Seolah begitu menikmati hari ini dengan rasa bahagia meski hal itu sebenarnya tida pernah terpikirkan oleh Alexander. Alexander hanya berusaha agar tidak terlalu menampakkan diri bahwa sebenarnya dia memiliki maksud lain kepada Kimbeerly. Menikahi dan meluangkan waktu untuk Kimbeerly, semua itu hanyalah jalan kecil yang Alexander gunakan untuk menutupi siapa dirinya sebenarnya.
“Sudah cukup. Aku lelah, Alexander.”
“Hanya sampai sini? Tidak menyenangkan sama sekali,” komentar Alexander setelah bermain kejar-kejaran dengan Kimbeerly yang kini terduduk di pasir dengan sebagin tubuhnya yang sudah kotor karena pasir.
Kimbeerly berusaha mengatur napasnya karena lelah berlari dan juga pasir pantai yang terkena air laut sungguh membuat setiap langkahnya terasa berat. Alexander yang melihat Kimbeerly begitu kelelahan ikut mendudukkan diri di pasir. Menatap wanita itu dalam diam dan tersenyum tipis.
“Wanita yang begitu cantik sedang bersamaku,” gumamnya yang lantas membuat Kimbeerly malu hingga kedua pipinya terasa panas.
“Jangan katakan hal-hal seperti itu lagi. Aku malu,” ujar Kimbeerly seraya menagkup wajahnya dengan kedua tangan.
Alexander terkekeh. Ia menyelipkan anak rambut Kimbeerly yang berantakan karena angin hingga membuat Kimbeerly membuka wajahnya yang tertutup oleh kedua tangan. Wanita itu terdiam dengan Alexander yang mulai mendekatkan diri. Sebuah kecupan tepat dibibir membuat kedua insan itu saling terdiam dan memandang, lalu tersenyum sebelum akhirnya kembali melayangkan kecupan yang mulai berganti dengan ciuman dalam.
Alexander melepaskan diri setelah membuat Kimbeerly cukup tersiksa dengan ulahnya. Ibu jarinya menghapus pinggir bibir Kimbeerly yang basah lalu menampakka senyuman miring. “Cantik,” pujinya.
Kimbeerly menahan senyumnya dan merasakan wajahnya memanas. Hanya satu kata tetapi mampu membuatnya tidak berkutik. Alexander sungguh pria yang mampu membuat hati kimbeerly merasa tak tenang setiap saat.
“Kau tidak sedang kepanasan bukan?”
Kimbeerly memegangi wajahnya karena takut Alexander menangkap wajahnya yang bersemu, sedangkan Alexander tersenyum. “Mari kembali. Hari semakin panas dan aku tidak mau kau demam karena bermain air saat tengah hari.”
Kimbeerly mengangguk dan mulai beranjak dari duduknya dengan Alexander yang membantunya. Baru saja akan melangkah, tubuh Kimbeerly diangkat Alexander dalam gendongannya. Membuat Kimbeerly malu dan menyembunyikan wajahnya di depan dada Alexander yang terbuka. Sedangkan Alexander tersneyum kecil dan mengalihkan pandangannya ke depan. Berjalan santai untuk menuju penginapan dengan tubuh kecil Kimbeerly digendongannya.
“Aku bahagia.”
“Itu memang tujuanku.”
Lagi-lagi Kimbeerly harus menahan senyumnya hanya karena ucapan Alexander. “Apa yang kau lakukan jika aku bersedih?”
“Membiarkanmu.”
“Kau tidak perhatian.”
“Air mata hanya akan keluar sebentar tetapi hati butuh waktu untuk tenang dan setelah membiarkanmu tenang aku akan meminta maaf.”
“Jika itu bukan salahmu?”
“Tetap saja aku harus meminta maaf agar kau merasa lega dan tidak memikirkan hal-hal buruk lagi.”
Kimbeerly tersenyum. Ia mengangguk mengerti dengan ucapan Alexander meski pria itu juga mengatakannya seperti tidak berniat sama sekali. Kimbeerly tetap mencintai Alexander apa adanya dan tidak mempermasalahkan bagiaman sifat Alexander yang menurut Kimbeerly sedikit berubah setelah pernikahan. Kimbeerly begitu menyukai Alexander sampai tidak bisa berhenti.
“Jangan terus tersenyum seperti itu. Gigimu akan terasa kering.”
“Alexander!”
“Apa?”
“Kau memalukan.”
“Aku mengatakan sejujurnya.”
“Sudahlah. Turunkan aku. Aku tidak mau bicara denganmu lagi.”
“Maka diam saja kalau begitu.”
Kimbeerly menghembuskan napasnya. Alexander tidak akan terbantahkan jika sudah berdebat seperti ini. Baiklah, lupakan saja. Kimbeerly merasa tidak perlu lagi bicara karena pada akhirnya dirinya juga yang akan terdiam karena tidak mampu membalas ucapan Alexander.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved