Bab 6 Berpura-pura

by Ryoum_Ei 10:29,Aug 18,2023
Seminggu sudah sejak kejadian kematiannya John yang membuat karyawan dan semua orang kaget dengan kenyataan yang ada. Alexander telah kembali tiga hari yang lalu dan menyelesaikan kontraknya dengan baik bersama Felix. Kini saat berada di rumah, ayah mertua dan keluarga Libason juga tengah memberondong dirinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa dikatakan menyudutkan dirinya.
“Tapi, bagaimana kalian tidak tahu kejadian itu bahkan saat kalian melakukan pekerjaan yang sama.” Victoria mengungkapkan lagi pertanyaannya yang sudah Alexander jawab untuk kesekian kalinya.
Semua orang juga memperhatikan Alexander yang membuat pria itu semakin tersudut dengan pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan.
“Kami melakukan perjalan secara terpisah dan aku yang tertinggal. Tuan John dan lainnya lebih dahulu berangkat ke tujuan sebab aku masih memiliki pekerjaan sebelumnya. Bagaimana aku bisa tahu jika tuan John mengalami kecelakaan di depanku? Kita bahkan menggunakan jalan yang berbeda.”
Kimbeerly mengelus lengan suaminya pelan sekedar menenangkan Alexander yang terus diberondong pertanyaan oleh kedua orang tua juga sepupunya. “Ibu … sudahlah. Alexander benar-benar tidak tahu kejadian yang sesungguhnya dan aku percaya dia sendiri tidak mau terjadi seperti ini bahkan saat tuan John adalah rekan kerjanya. Lagipula semua sudah berlalu dan polisi menemukan botol minuman yang sudah kosong di dashboard mobil tuan John. Mungkin saja dia tengah mabuk saat mengendarai mobil dan terjadilah kecelakaan.”
Jeremy menatap Alexander dan tidak menemukan gelagat aneh dari menantunya itu. Alexander pria yang cerdas, tetapi untuk ini tidak mungkin ia berbohong bukan? Bahkan saat semua orang melakukan bela sungkawa ke rumah John, Alexander memilih meneruskan kontrak perusahaan dan baru kembali setelahnya. Jeremy dibuat penasaran dengan Alexander yang memilih melanjutkan kontraknya dan mengabaikan rekan kerja yang bekerja dengannya, tetapi ia tidak bisa berbuat banyak untuk saat ini.
“Lalu bagaimana dengan kontrak yang kau tangani bersama Felix?”
Alexander mengalihkan pandangannya ke arah Edward yang berada tidak jauh dari posisi duduk Kimbeerly. Ia menampakkan senyum dengan anggukan penuh keyakinan. “Aku berhasil mendapatkannya setelah melakukan banding beberapa kali. Klien ini cukup sulit ditangani hingga aku baru kembali.”
Edward menganguk mengerti karena dia sendiri juga tahu bagaimana menangani klien yang terus saja tidak percaya dengan kemampuan si pengajak kerja sama. Edward menatap Jeremy yang terlihat berpikir. Kakaknya itu terlihat jelas sedang menaruh curiga kepada menantunya sendiri, dan Alexander yang seolah tidak gentar dengan posisinya yang tersudut saat ini. Edward akui Alexander memang pria yang selalu santai dalam menghadapi berbagai hal.
“Dan Eroik kembali sendirian untuk mengurus masalah tuan John,” lanjut Alexander yang membuat mereka semua menoleh ke arah pria itu.
Alexander menampakkan senyuman tipis setelah melihat raut wajah tidak terduga dari semua orang, termasuk Kimbeerly yang ada di sampingnya. Mereka semua tidak percaya dengan kemampuan memimpin Alexander.
“Aku tidak bisa egois dan tak memikirkan keadaan tuan John yang mengalami kecelakaan saat aku baru saja sampai di tempat tujuan. Karena kontrak ini juga sangat penting dan telah membuat semua orang bekerja keras sebelumnya, aku tak bisa abai juga dengan hanya memikirkan masalah kematian tuan John yang mendadak. Jadi kami bertiga memutuskan untuk membagi tugas. Felix bersamaku melanjutkan kontrak kerja sama dan Eroik yang memilih kembali untuk mengurus segala masalah yang ada.”
Jeremy tersenyum mendengar ungkapan Alexander. Pria itu sejak tadi hanya bicara tentang kontrak dan Felix tanpa mengikut sertakan keberadaan Eroik, jadi Jeremy berpikir bahwa Alexander benar-benar tidak peduli kepada salah satunya. Namun saat ini Jeremy kembali bisa percaya dengan Alexander bahwa menantunya memang bisa diandalkan. Alexander dengan setiap kata dan tindakan yang mampu membuat orang mengerti pemikirannya.
“Seharusnya kau katakan sejak awal agar kami tidak menaruh curiga padamu.”
Alexander menatap Jeremy yang juga tengah menatapnya. Ia menampakkan senyuman tipis. “Jadi kalian curiga padaku tentang pekerjaan atau karena mengabaikan berita kematian tuan John?”
Semua orang terdiam, termasuk Jeremy yang sempat bicara sebelumnya. Alexander terlihat tidak takut sama sekali atau bahkan merasa khawatir. Edward melihat sendiri bagaimana pria itu mengungkapkan kata-kata yang begitu tersusun untuk memutuskan lawan bicara. Sangat pandai.
“Mereka tidak tahu, Al. Maafkanlah.”
Alexander tersenyum sinis dalam hati mendengar Kimbeerly yang berusaha menutupi kesalahan keluarganya. Ia menampakkan senyum tipis dan mengangguk setelahnya. “Tak apa. Lagipula aku juga bersalah karena tidak memberi penjelasan sebelumnya. Ini hanya kesalahpahaman. Aku sendiri minta maaf karena membuat semua orang khawatir.”
Dering telepon terdengar yang membuat semua orang menoleh ke sumber suara. Itu ponsel Alexander yang berada di saku. “Maaf aku harus menjawab telepon,” pamitnya yang segera disetujui oleh semua orang dengan wajah menahan malu sebab tertangkap basah bahwa mereka tengah curiga kepada Alexander.
Alexander beranjak pergi setelahnya. Sorot mata elangnya begitu tajam dengan otaknya yang kembali merencanakan hal lain. Senyuman miring tersungging dengan tubuhnya yang semakin lama semakin menjauh dari keberadaan semua keluarga Libason. Sungguh menjengkelkan sekali mereka.
Sementara itu, Jeremy dan Edward saling pandang dengan isyarat masing-masing. Mereka ikut beranjak pergi disusul oleh Victoria yang juga akan ikut kembali pulang. Membiarkan kimbeerly mengantar kepergian mereka dibatas teras lalu kembali masuk ke dalam rumah setelah melihat keluarganya memasuki mobil.
“Kau butuh apa? Katakanlah.”
Kimbeerly yang baru saja masuk ke kamar samar-samar mendengar suara Alexander yang sedang bertelepon dengan seseorang. Pria itu berada di balkon kamar dengan tubuh menghadap ke bagian depan rumah. Kimbeerly mendekat dan ikut melihat ke bawah bertepatan saat itu juga Alexander menoleh ke arahnya.
Alexander memutuskan sambungan teleponnya dan tersenyum menyambut Kimbeerly. “Sejak kapan kau berada di sana?”
“Baru saja. Tapi, kenapa kau mematikan panggilanmu? Aku tak akan mendengarkan.” Kimbeerly berujar dengan memperhatikan satu tangan Alexander yang berada di saku setelah mengembalikan ponselnya.
Alexander menggeleng. “Hanya teman yang mengajak pergi tetapi aku telah menolaknya karena lelah setelah perjalanan kemarin”
Kimbeerly mengangguk mengerti. Ia mengambil kedua tangan Alexander untuk digenggam. “Al … tentang pembicaraan kita tadi, ku harap kau tidak tersinggung dengan ucapan keluargaku. Mereka memang tidak akan paham jika tidak dijelaskan dengan detail.”
Alexander tersenyum dan mendekap tubuh kimbeerly. “Tak apa. Aku juga harusnya hati-hati dengan apa yang aku putuskan agar tidak membuat orang lain menaruh curiga dan khawatir padaku.”
Kimbeerly menatap Alexander. “Aku akan selalu percaya padamu apapun keadaan yang kau hadapi.”
Alexander mengangguk dan kembali mendekap erat tubuh Kimbeerly. Mata elang itu menatap jalanan di sana yang sudah sepi dengan pikirannya yang bermain. Keluarga libason … Alexander harus lebih berhati-hati dengan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Ia tak mau membuat semua rencananya sia-sia karena keteledoran yang tak ia perhatikan saat melaksanakan rencana.
“Kau memang yang terbaik, Kimbeerly.”
Kimbeerly tersenyum menanggapi ungkapan Alexander yang terlihat letih. Ia melepaskan diri dan menatap Alexander lekat. “Apapun yang terjadi aku akan selalu berada dipihak suamiku. Kita akan melaluinya kesulitan dan kesenangan bersama-sama sampai akhir hayat. Ku harap kita tak memiliki masalah apapun sampai nanti.”
Alexander tersenyum dan kembali memeluk Kimbeerly. Harapan yang begitu baik, pikirnya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

40