Bab 8 Kejadian Serupa
by Ryoum_Ei
10:31,Aug 18,2023
“Mr. Robert ditabrak truk saat di jalan? Yang benar saja.”
“Pada kenyataannya memang begitu. Lalu siapa lagi yang hendak kau salahkan? Presdir kita yang sebelumnya dicurigai banyak orang karena keputusannya? Dia bahkan membawa kesuksesan untuk perusahaan ini tanpa mengabaikan tuan John yang meninggal saat itu.”
Pria itu terdiam karena tidak lagi berani curiga dengan siapapun setelah sebelumnya mengatakan pikirannya yang tertuju kepada presdir baru mereka. Pada kenyataannya, Mr. Lemos adalah pembawa kesuksesan untuk perusahaan mereka yang hampir terkena tipuan oleh beberapa orang yang bekerja sama dengan mereka. Ia belajar dari kejadian sebelumnya dan malu dengan apa yang ia ungkapkan waktu itu. Alexander yang ia pikir melakukan kesalahan kepada tuan John ternyata malah memutuskan hal besar untuk semua orang.
“Jangan sembarangan bicara apalagi mengungkapkan kecurigaan. Manusia tidak ada yang sempurna dan tidak luput dari kesalahan.”
“Aku tidak menaruh curiga dengan siapapun kecuali sopir truk itu.”
“Itu sama saja.”
Pria itu menghembuskan napas pelan dan kembali fokus dengan makanannya. Semua teman-temannya memang tidak pernah mau berkomentar apalagi jika msalaha perusahaan dan orang-orang penting di dalamnya. Katakan saja ia bodoh karena sudah lancang menaruh curiga kepada Alexander sebelumnya tanpa memikirkan dampak akhirnya.
Sedangkan di sebuah ruangan, Alexander sedang melihat tayang demi tayangan dari vidio yang diambil beberapa penyidik dari lokasi kejadian. Dimana vidio-vidio itu hanyalah berisi tentang tubuh terkapar Robert dan darah yang menggenang. Tidak ada tanda-tanda mencurigakan apalagi truk yang sudah tidak lagi ada. Alexander mencermati setiap bagian dan hanya menemukan satu kesimpulan, yakni Robert pantas mendapatkannya.
“Tuan … bagaimana? Apakah ada yang mengganjal?”
Alexander menoleh ke arah sumber suara. Ia berpikir sejenak dengan beberapa ppasang mata yang juga tengah menatapnya. Ya … semua orang-orang penting tengah berkumpul di ruangan rapat setelah mendapatkan kabar bahwa salah satu rekan kerja mereka telah mati karena tertabrak truk kemarin malam.
“Tidak ada yang mengganjal. Ini murni kecelakaan . Lagipula tidak ada CCTV jalanan untuk lebih memastikan apa penyebab tuan Robert berada di tengah jalan seperti sedang kelelahan.”
Semua orang saling pandang untuk bertukar pendapat dengan Alexander. Memang tidak ada kamera jalanan yang bisa membantu menyelesaikan perkara kematian Robert yang juga tiba-tiba. Alexander yang sejak semalam berada di kantor tidak bisa dicurigai kembali, apalagi pria itu tidak sempat keluar karena berkas-berkas yang menumpuk.
“Lagipula kita bukan penyidik dan polisi yang berwenang untuk ikut dalam kejadian yang menimpa tuan Robert. Jadi, menurutku lebih baik tidak lagi rapat hanya untuk melihat detail apa yang terjadi dengan korban. Tugas kita sebagai rekan adalah mendoakan yang terbaik dan ikut berduka cita atas kepergiannya bukan malah memperkeruh suasana dengan ikut campur pekerjaan pihak lain.”
Edward. Pria itu menangkap gelagat aneh dengan ucapan Alexander yang terkesan tidak peduli dengan kejadian yang menerpa rekan kerja mereka. Pikiran Alexander lebih luas dan berlogika tetapi entah mengapa itu terasa seperti bentuk untuk menymbunyikan sesuatu bagi Edward. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tetapi wajah tenang Alexander membuat Edward semakin penasaran dengan suami dari keponakannya itu. Alexander seperti memiliki kotak harta karun yang begitu disembunyikan dengan berbagai teka-teki untuk membingungkan pencarinya.
“Benar kata, Alexander. Harusnya kita segera pergi ke rumah duka untuk menyampaikan rasa duka cita kita terhadap keluarga tuan Robert dan bukan melakukan rapat seperti ini yang tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan. Meski tuan Robert bekerja di sini tetapi sebagai rekan harusnya kita lebih mempertimbangkan untuk tidak melibatkan perusahaan dan memberikan perbedaan mana bentuk pertemanan dan mana pekerjaan. Sudah ada penyidik dan polisi yang bekerja dibidangnya dan kita hanya bisa menunggu hasilnya nanti.”
Semua orang tampak mengangguk menyetujui setelah Edward ikut berkomentar. Alexander yang mendengarnya ikut tersenyum tipis dan melirik pria itu dengan seksama. Tidak biasanya Edward membela dirinya apalagi dengan masalah sepele seperti ini. Alexander tahu bahwa ada sesuatu yang dicoba Edward tentang dirinya.
“Sebaiknya kita segera bubar untuk melakukan perjalanan ke rumah duka. Keluarga tuan Robert memberitahu bahwa tuan Robert akan dimakamkan hari ini juga setelah selesai diautopsi tadi pagi.”
Semua orang mulai beranjak setelah mendengar perintah Edward dan hanya menyisihkan Alexander dan Edward yang bersebalahaan kursi. Keduanya saling terdiam tanpa mau saling bertegur sapa atau sebatas mengatakan terimakasih. Alexander yang mulai beranjak da merapikan jasnya dan Edward yang tetap diam di kursinya.
“Bukankah ini kejadian yang hampri serupa dengan apa yang terjadi dengan tuan John, Alexander?”
Alexander tersenyum sinis setelah akhirnya Edward mengatakan pemikirannya. Ia menoleh dan melihat Edward yang menunggu akan jawabannya. Alexander tersenyum simpul menanggapi ucapan Edward.
“Ya. Sebuah kebetulan yang tidak bisa diduga.”
Edward tersenyum mendengar ucapan Alexander yang begitu tenang dan tidak takut apapun. Sejak awal kemunculan Alexander memang tidak pernah membuat Edward tenang dan selalu memiliki pemikiran buruk tentang keponakannya itu. Meski sudah Alexander coba mengabaikan pemikirannya tetapi hal itu percuma sebab pasti ada kejadian aneh yang akan membuatnya semakin merasa ada sesuatu yang disembunyikan Alexander dari semau orang dan entah apa itu.
Edward ikut beranjak. “Lalu, apa kau tidak merasa ada kejanggalan dalam dua kejadian ini? Apalagi setelah kau dicurigai banyak orang karena keputusanmu sebelumnya.”
Alexander menatap Edward. Pria itu benar-benar memiliki insting yang bagus untuk menunjuk dirinya sebagai pelaku. “Dan kau mencurigaiku sekarang meski sudah tahu bahwa aku berada di kantor sepanjang malam?”
Edward terdiam. Alexander menangkap betul pemikirannya dan bahkan dengan kejelasan yang ada. “Aku hanya ingin kau berhati-hati karena kejadian ini sudah dua kali terjadi, apalagi dengan jarak waktu yang berdekatan.”
Alexander mengangguk menanggapi ucapan khawatir Edward yang sebenarnya mengandung sebuah sindiran atau lebih kepada kecurigaan pria itu padanya. “Kau tak perlu khawatir. Aku akan menjaga diriku agar tidak lagi terkena rasa curiga dari semua orang. Kau juga hati-hati dengan tindakan dan ucapanmu sebab tidak semua manusia memiliki hati yang lembut dan baik.”
Alexander menampakkan senyum setelahnya, lalu pergi meninggalkan Edward yang diam dan memperhatikan kepergiannya. Mengabaikan pria yang berstatus sebagai saudara ayah mertuanya itu dengan rasa curiga yang melanda. Alexander tahu betul raut wajah Edward yang begitu ingin tahu tentang dirinya. Alexander tidak akan tinggal diam jika pria it uterus mengganggu urusannya.
Sedangkan Edward menghela napas pelan setelah melihat Alexander yang telah pergi. Ia tersenyum kecut mendengar kata terakhir Alexander yang mengingatkan dirinya untuk berhati-hati. Edward bisa melihat bahwa Alexander tersinggung dengan ucapan dan tindakannya yang menunjukkan kecurigaan pada pria itu. Sepertinya Edward memang terlalu banyak berpikir tentang Alexander hingga melupakan sikap menghargainya kepada orang lain.
“Kau bodoh, Ed,” gumamnya menyadarkan diri agar tidak terlalu jauh dari kenyataan yang ada.
“Pada kenyataannya memang begitu. Lalu siapa lagi yang hendak kau salahkan? Presdir kita yang sebelumnya dicurigai banyak orang karena keputusannya? Dia bahkan membawa kesuksesan untuk perusahaan ini tanpa mengabaikan tuan John yang meninggal saat itu.”
Pria itu terdiam karena tidak lagi berani curiga dengan siapapun setelah sebelumnya mengatakan pikirannya yang tertuju kepada presdir baru mereka. Pada kenyataannya, Mr. Lemos adalah pembawa kesuksesan untuk perusahaan mereka yang hampir terkena tipuan oleh beberapa orang yang bekerja sama dengan mereka. Ia belajar dari kejadian sebelumnya dan malu dengan apa yang ia ungkapkan waktu itu. Alexander yang ia pikir melakukan kesalahan kepada tuan John ternyata malah memutuskan hal besar untuk semua orang.
“Jangan sembarangan bicara apalagi mengungkapkan kecurigaan. Manusia tidak ada yang sempurna dan tidak luput dari kesalahan.”
“Aku tidak menaruh curiga dengan siapapun kecuali sopir truk itu.”
“Itu sama saja.”
Pria itu menghembuskan napas pelan dan kembali fokus dengan makanannya. Semua teman-temannya memang tidak pernah mau berkomentar apalagi jika msalaha perusahaan dan orang-orang penting di dalamnya. Katakan saja ia bodoh karena sudah lancang menaruh curiga kepada Alexander sebelumnya tanpa memikirkan dampak akhirnya.
Sedangkan di sebuah ruangan, Alexander sedang melihat tayang demi tayangan dari vidio yang diambil beberapa penyidik dari lokasi kejadian. Dimana vidio-vidio itu hanyalah berisi tentang tubuh terkapar Robert dan darah yang menggenang. Tidak ada tanda-tanda mencurigakan apalagi truk yang sudah tidak lagi ada. Alexander mencermati setiap bagian dan hanya menemukan satu kesimpulan, yakni Robert pantas mendapatkannya.
“Tuan … bagaimana? Apakah ada yang mengganjal?”
Alexander menoleh ke arah sumber suara. Ia berpikir sejenak dengan beberapa ppasang mata yang juga tengah menatapnya. Ya … semua orang-orang penting tengah berkumpul di ruangan rapat setelah mendapatkan kabar bahwa salah satu rekan kerja mereka telah mati karena tertabrak truk kemarin malam.
“Tidak ada yang mengganjal. Ini murni kecelakaan . Lagipula tidak ada CCTV jalanan untuk lebih memastikan apa penyebab tuan Robert berada di tengah jalan seperti sedang kelelahan.”
Semua orang saling pandang untuk bertukar pendapat dengan Alexander. Memang tidak ada kamera jalanan yang bisa membantu menyelesaikan perkara kematian Robert yang juga tiba-tiba. Alexander yang sejak semalam berada di kantor tidak bisa dicurigai kembali, apalagi pria itu tidak sempat keluar karena berkas-berkas yang menumpuk.
“Lagipula kita bukan penyidik dan polisi yang berwenang untuk ikut dalam kejadian yang menimpa tuan Robert. Jadi, menurutku lebih baik tidak lagi rapat hanya untuk melihat detail apa yang terjadi dengan korban. Tugas kita sebagai rekan adalah mendoakan yang terbaik dan ikut berduka cita atas kepergiannya bukan malah memperkeruh suasana dengan ikut campur pekerjaan pihak lain.”
Edward. Pria itu menangkap gelagat aneh dengan ucapan Alexander yang terkesan tidak peduli dengan kejadian yang menerpa rekan kerja mereka. Pikiran Alexander lebih luas dan berlogika tetapi entah mengapa itu terasa seperti bentuk untuk menymbunyikan sesuatu bagi Edward. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tetapi wajah tenang Alexander membuat Edward semakin penasaran dengan suami dari keponakannya itu. Alexander seperti memiliki kotak harta karun yang begitu disembunyikan dengan berbagai teka-teki untuk membingungkan pencarinya.
“Benar kata, Alexander. Harusnya kita segera pergi ke rumah duka untuk menyampaikan rasa duka cita kita terhadap keluarga tuan Robert dan bukan melakukan rapat seperti ini yang tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan. Meski tuan Robert bekerja di sini tetapi sebagai rekan harusnya kita lebih mempertimbangkan untuk tidak melibatkan perusahaan dan memberikan perbedaan mana bentuk pertemanan dan mana pekerjaan. Sudah ada penyidik dan polisi yang bekerja dibidangnya dan kita hanya bisa menunggu hasilnya nanti.”
Semua orang tampak mengangguk menyetujui setelah Edward ikut berkomentar. Alexander yang mendengarnya ikut tersenyum tipis dan melirik pria itu dengan seksama. Tidak biasanya Edward membela dirinya apalagi dengan masalah sepele seperti ini. Alexander tahu bahwa ada sesuatu yang dicoba Edward tentang dirinya.
“Sebaiknya kita segera bubar untuk melakukan perjalanan ke rumah duka. Keluarga tuan Robert memberitahu bahwa tuan Robert akan dimakamkan hari ini juga setelah selesai diautopsi tadi pagi.”
Semua orang mulai beranjak setelah mendengar perintah Edward dan hanya menyisihkan Alexander dan Edward yang bersebalahaan kursi. Keduanya saling terdiam tanpa mau saling bertegur sapa atau sebatas mengatakan terimakasih. Alexander yang mulai beranjak da merapikan jasnya dan Edward yang tetap diam di kursinya.
“Bukankah ini kejadian yang hampri serupa dengan apa yang terjadi dengan tuan John, Alexander?”
Alexander tersenyum sinis setelah akhirnya Edward mengatakan pemikirannya. Ia menoleh dan melihat Edward yang menunggu akan jawabannya. Alexander tersenyum simpul menanggapi ucapan Edward.
“Ya. Sebuah kebetulan yang tidak bisa diduga.”
Edward tersenyum mendengar ucapan Alexander yang begitu tenang dan tidak takut apapun. Sejak awal kemunculan Alexander memang tidak pernah membuat Edward tenang dan selalu memiliki pemikiran buruk tentang keponakannya itu. Meski sudah Alexander coba mengabaikan pemikirannya tetapi hal itu percuma sebab pasti ada kejadian aneh yang akan membuatnya semakin merasa ada sesuatu yang disembunyikan Alexander dari semau orang dan entah apa itu.
Edward ikut beranjak. “Lalu, apa kau tidak merasa ada kejanggalan dalam dua kejadian ini? Apalagi setelah kau dicurigai banyak orang karena keputusanmu sebelumnya.”
Alexander menatap Edward. Pria itu benar-benar memiliki insting yang bagus untuk menunjuk dirinya sebagai pelaku. “Dan kau mencurigaiku sekarang meski sudah tahu bahwa aku berada di kantor sepanjang malam?”
Edward terdiam. Alexander menangkap betul pemikirannya dan bahkan dengan kejelasan yang ada. “Aku hanya ingin kau berhati-hati karena kejadian ini sudah dua kali terjadi, apalagi dengan jarak waktu yang berdekatan.”
Alexander mengangguk menanggapi ucapan khawatir Edward yang sebenarnya mengandung sebuah sindiran atau lebih kepada kecurigaan pria itu padanya. “Kau tak perlu khawatir. Aku akan menjaga diriku agar tidak lagi terkena rasa curiga dari semua orang. Kau juga hati-hati dengan tindakan dan ucapanmu sebab tidak semua manusia memiliki hati yang lembut dan baik.”
Alexander menampakkan senyum setelahnya, lalu pergi meninggalkan Edward yang diam dan memperhatikan kepergiannya. Mengabaikan pria yang berstatus sebagai saudara ayah mertuanya itu dengan rasa curiga yang melanda. Alexander tahu betul raut wajah Edward yang begitu ingin tahu tentang dirinya. Alexander tidak akan tinggal diam jika pria it uterus mengganggu urusannya.
Sedangkan Edward menghela napas pelan setelah melihat Alexander yang telah pergi. Ia tersenyum kecut mendengar kata terakhir Alexander yang mengingatkan dirinya untuk berhati-hati. Edward bisa melihat bahwa Alexander tersinggung dengan ucapan dan tindakannya yang menunjukkan kecurigaan pada pria itu. Sepertinya Edward memang terlalu banyak berpikir tentang Alexander hingga melupakan sikap menghargainya kepada orang lain.
“Kau bodoh, Ed,” gumamnya menyadarkan diri agar tidak terlalu jauh dari kenyataan yang ada.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved