Bab 10
by Ritasilvia
23:04,Aug 06,2023
"Hallo," ucap Prisla.
"Nona muda, keluarlah aku menunggumu didepan." Ucap sopir suruhan Hardian.
"Tidak mau, kamu siapa? Kenapa menyuruhku keluar?" Cinta takut akan diculik karena tidak mengetahui no baru yang menghubungi ponselnya itu.
"Aku Yudi, sopir yang menjemput Nona,"
"Mas sopir yang dikatakan Tuan Hardian itu ya?, Bisa jemput Prisla sampai ketempat ini ngak, karena Prisla ngak tau jalan keluar nya." Ucap Prisla berterus terang.
"Baiklah Nona muda,"
Sampai dirumah, Prisla langsung membersihkan tubuhnya dan mengganti dengan piyama tidur, Karena mersa begitu capek dan lelah, mengingat hampir seharian ini dia menghabiskan waktu bersama Hardian, Prisla langsung menghempaskan tubuhnya diranjang empuk. sambil memainkan ponsel baru tersebut, tidak begitu lama Prisla langsung tertidur dia lupa dengan poin kontrak pernikahan mereka, jika Prisla hanya boleh tidur di sofa untuk menghindari kontak fisik diantara mereka.
Hardian langsung pulang kerumah, setelah meeting dadakan itu selesai, dia mengayunkan langkah kakinya menuju lantai dua kamar mereka, Ceklek..., Pintu terbuka lebar.
Hardian merasa kesal saat melihat Prisla tertidur pulas memeluk guling dan selimut nya, segera dia menarik kesal selimut itu hingga jatuh kelantai.
"Hey kucing, siapa yang menyuruh mu meniduri ranjang dan memakai Selimutku," ucap Hardian.
Prisla yang masih teramat ngantuk, mencoba mengumpulkan kesadaran, sambil terus menguap, dan mengucek matanya.
"Tuan Anda sudah pulang, maafya aku ketiduran." Balas Prisla.
"Cepat pindah ke sofa, dan bawa sekalian selimut dan bantal itu, aku tidak mau tercium ilermu nanti." Hardian madih kesal menganti pakaian dan mengambil selimut dan bantal baru.
Sementara Prisla kesusahan menyeret langkah kakinya, sehingga dia langsung ambruk sebelum mencapai sofa, sambil tertidur begitu saja dilantai memeluk bantal dan selimut nya.
"Ha...ha...lucu sekali kamu kucing," Hardian tertawa sambil berjalan dan berjongkok menatap wajah polos Prisla.
Tanpa sadar, kedua tangan Hardian terangkat dan menarik tubuh Prisla kedalam gendongannya, lalu menidurkan nya disofa.
Paginya Prisla kembali terbangun dan merasa perutnya sangat lapar, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan Prisla, setiap bangun pagi dia akan merasa lapar.
"Tahan Prisla, tahan lah rasa laparmu ini." Gumam nya sambil meraba-raba perutnya yang rata. Dia tidak mau turun kebawah takut bertemu dengan ibu mertuanya kembali.
"Sebaiknya aku pencet tombol ini, karena pelayan rumah ini pernah mengingatkan jika butuh sesuatu aku bisa memencet ini." Bergumam sendiri, namun dia Bingung harus memencet tombol berwarna apa, karena terdapat tiga tombol dengan masing-masing warna nya. Merwah , kuning, hijau.
"Aku pencet yang mana ya, karena warna ini seperti yang ada dilampu merah saja." Merasa lucu.
"Coba warna merah saja, ini bertanda api. Yang artinya akan terhubung langsung kedapur." Guman Prisla sambil terus memencet tombol merah berkali-kali yang terhubung langsung dengan keamanan rumah.
"Gawat, tombol merah dikamar Tuan muda Hardian menyala. Ini tanda bahaya yang menunjukkan jika dikatakan itu sedang kebakaran atau konslet arus listrik." Ucap mereka panik. Begitu juga kedua orang tua Hardian, mereka semua menuju arah kamar Hardian membawa tabung pemadam api.
"Tok...tok....Cepat buka pintu nya," terdengar suara ribut-ribut diluar, membuat tidur Hardian terganggu, dengan kesal dia membuka pintu. sementra Prisla madih berdiri didepan dinding yang terpasang tombol.
Ceklek... pintu terbuka, langsung Hardian mendapatkan serangan semprot gas pemadam api.
"Stoooop hentikan," tetiak Hardian membuat semua terhenti.
"Apa yang kalian lakukan," tetiak Hardian emosi, membuat semua diam.
"Hardian, kami semua panik saat melihat tombol merah dari kamarnya terus-menerus menyala." Ucap Mama kesal melirik Prisla yang ketakutan
Prisla langsung terduduk dilantai, begitu menyadari kesalahannya. Dia benar-benar malu dan bingung harus menjelaskan apa.
"Itulah Mama melarang mu menikahi gadis kampung ini, lihatlah hasilnya." Ucap Mama kesal sambil kembali kebawah diikuti yang lainya.
"Kucing kesini kamu, dan jelaskan padaku apa tujuan mu memencet tombol itu." Hardian memberi kode dengan bahasa jemarinya agar Prisla mendekat.
"Maaf Tuan aku tidak paham Fungsi tombol itu, dan menyangka juga gambar api itu terhubung kedapur. Karena aku lapar tapi tidak berani turun kebawah." Ucap Prisla mengakui kesalahannya.
Hardian merasa bersalah, Melihat Prisla seperti itu karena takut bertemu dengan Mama yang selalu mengomeli nya.
"Baiklah mulai besok, jika kamu butuh sesuatu langsung hubungi no pelayan, karena aku akan menyediakan seorang pelayan wanita khusus untuk melayani dirimu saja." Terang Hardian.
***
Setelah mengikuti proses belajar dihari pertama nya, pulangnya Prisla dijemput langsung oleh Hardian dan mengajak kucing kecilnya jalan-jalan menikmati indahnya sore.
Hardian membelokkan mobilnya kesebuah Restoran tepi pantai, akhirnya Hardian memutuskan untuk makan. sedari tadi dia merasa cacing-cacing yang ada diperutnya pada demo, dia yakin Prisla pasti juga merasakan hal yang sama.
Hardian sudah tidak merasa cangung lagi mengajak Prisla, dia dengan santainya mendengar ocehan Prisla dan sikap nya yang terkesan kampungan itu justru membuat Hardian merasa terhibur. Mereka berjalan santai memasuki sebuah Restoran Mewah. Restoran ini juga tempat favorit nya bersama Milka. tapi sikap Hardian sekarang seolah tidak mengingatkan nya pada masa lalunya.
"Kucing kecilku kamu mau pesan apa ?" ucap Hardian.
Prisla bingung dan masih membolak-balik buku menu ditangan nya, semua makanan ini aneh dan asing dan belum satupun dari menu yang tertulis di sana pernah dimakanya.
"Tuan disini ada nasi soto ayam nggak ??" tanya Prisla ragu karena tidak tertera di buku menu. Hardian hanya tersenyum dan memanggil pelayan. dan membisikkan sesuatu.
"Hanya itu tuan?" tanya Pelayan Restoran.
Hardian mengangguk " Untuk minumnya samakan saja dengan pesanan ku" ucap Hardian.
Selesai makan, Hardian mengantarkan Prisla pulang, sementara dia kembali keperusahaan nya untuk lembur mengingat jika sebentar lagi akan diadakan audit bulanan.
Selesai makan, Hardian mengantarkan Prisla pulang, sementara dia kembali keperusahaan nya untuk lembur mengingat jika sebentar lagi akan diadakan audit bulanan.
Sesampainya dikamar, Prisla menyalakan TV berukuran besar itu. menonton acara humor kesukaan nya . tanpa sadar dia terlelap cukup lama disofa dengan TV yang masih menyala. Prisla mengerjapkan matanya berkali-kali karna silau cahaya lampu kamar. segera dia berdiri dan melihat sekeliling dan terpana melihat ranjang tidur Hardian.
"Kosong, jam berapa sekarang ?"
Prisla melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam " kenapa Tuan Hardian belum pulang juga ?"
Prisla membersihkan tubuhnnya dan berganti pakaian, melanjutkan sholat Isa. yang sudah terlewati waktu nya dan memanjatkan doa dengan khusyuk untuk kedua orang tuanya, Prisla melipat mukena kembali, karena dia ingin melanjutkan tidurnya. mengambil selimut dan bantal berjalan ke sofa, namun rasa kantuk nya telah hilang.
"Lebih baik aku lanjutkan menonton televisi " dia tidak menyadari pintu kamar telah terbuka.
"Nona muda, keluarlah aku menunggumu didepan." Ucap sopir suruhan Hardian.
"Tidak mau, kamu siapa? Kenapa menyuruhku keluar?" Cinta takut akan diculik karena tidak mengetahui no baru yang menghubungi ponselnya itu.
"Aku Yudi, sopir yang menjemput Nona,"
"Mas sopir yang dikatakan Tuan Hardian itu ya?, Bisa jemput Prisla sampai ketempat ini ngak, karena Prisla ngak tau jalan keluar nya." Ucap Prisla berterus terang.
"Baiklah Nona muda,"
Sampai dirumah, Prisla langsung membersihkan tubuhnya dan mengganti dengan piyama tidur, Karena mersa begitu capek dan lelah, mengingat hampir seharian ini dia menghabiskan waktu bersama Hardian, Prisla langsung menghempaskan tubuhnya diranjang empuk. sambil memainkan ponsel baru tersebut, tidak begitu lama Prisla langsung tertidur dia lupa dengan poin kontrak pernikahan mereka, jika Prisla hanya boleh tidur di sofa untuk menghindari kontak fisik diantara mereka.
Hardian langsung pulang kerumah, setelah meeting dadakan itu selesai, dia mengayunkan langkah kakinya menuju lantai dua kamar mereka, Ceklek..., Pintu terbuka lebar.
Hardian merasa kesal saat melihat Prisla tertidur pulas memeluk guling dan selimut nya, segera dia menarik kesal selimut itu hingga jatuh kelantai.
"Hey kucing, siapa yang menyuruh mu meniduri ranjang dan memakai Selimutku," ucap Hardian.
Prisla yang masih teramat ngantuk, mencoba mengumpulkan kesadaran, sambil terus menguap, dan mengucek matanya.
"Tuan Anda sudah pulang, maafya aku ketiduran." Balas Prisla.
"Cepat pindah ke sofa, dan bawa sekalian selimut dan bantal itu, aku tidak mau tercium ilermu nanti." Hardian madih kesal menganti pakaian dan mengambil selimut dan bantal baru.
Sementara Prisla kesusahan menyeret langkah kakinya, sehingga dia langsung ambruk sebelum mencapai sofa, sambil tertidur begitu saja dilantai memeluk bantal dan selimut nya.
"Ha...ha...lucu sekali kamu kucing," Hardian tertawa sambil berjalan dan berjongkok menatap wajah polos Prisla.
Tanpa sadar, kedua tangan Hardian terangkat dan menarik tubuh Prisla kedalam gendongannya, lalu menidurkan nya disofa.
Paginya Prisla kembali terbangun dan merasa perutnya sangat lapar, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan Prisla, setiap bangun pagi dia akan merasa lapar.
"Tahan Prisla, tahan lah rasa laparmu ini." Gumam nya sambil meraba-raba perutnya yang rata. Dia tidak mau turun kebawah takut bertemu dengan ibu mertuanya kembali.
"Sebaiknya aku pencet tombol ini, karena pelayan rumah ini pernah mengingatkan jika butuh sesuatu aku bisa memencet ini." Bergumam sendiri, namun dia Bingung harus memencet tombol berwarna apa, karena terdapat tiga tombol dengan masing-masing warna nya. Merwah , kuning, hijau.
"Aku pencet yang mana ya, karena warna ini seperti yang ada dilampu merah saja." Merasa lucu.
"Coba warna merah saja, ini bertanda api. Yang artinya akan terhubung langsung kedapur." Guman Prisla sambil terus memencet tombol merah berkali-kali yang terhubung langsung dengan keamanan rumah.
"Gawat, tombol merah dikamar Tuan muda Hardian menyala. Ini tanda bahaya yang menunjukkan jika dikatakan itu sedang kebakaran atau konslet arus listrik." Ucap mereka panik. Begitu juga kedua orang tua Hardian, mereka semua menuju arah kamar Hardian membawa tabung pemadam api.
"Tok...tok....Cepat buka pintu nya," terdengar suara ribut-ribut diluar, membuat tidur Hardian terganggu, dengan kesal dia membuka pintu. sementra Prisla madih berdiri didepan dinding yang terpasang tombol.
Ceklek... pintu terbuka, langsung Hardian mendapatkan serangan semprot gas pemadam api.
"Stoooop hentikan," tetiak Hardian membuat semua terhenti.
"Apa yang kalian lakukan," tetiak Hardian emosi, membuat semua diam.
"Hardian, kami semua panik saat melihat tombol merah dari kamarnya terus-menerus menyala." Ucap Mama kesal melirik Prisla yang ketakutan
Prisla langsung terduduk dilantai, begitu menyadari kesalahannya. Dia benar-benar malu dan bingung harus menjelaskan apa.
"Itulah Mama melarang mu menikahi gadis kampung ini, lihatlah hasilnya." Ucap Mama kesal sambil kembali kebawah diikuti yang lainya.
"Kucing kesini kamu, dan jelaskan padaku apa tujuan mu memencet tombol itu." Hardian memberi kode dengan bahasa jemarinya agar Prisla mendekat.
"Maaf Tuan aku tidak paham Fungsi tombol itu, dan menyangka juga gambar api itu terhubung kedapur. Karena aku lapar tapi tidak berani turun kebawah." Ucap Prisla mengakui kesalahannya.
Hardian merasa bersalah, Melihat Prisla seperti itu karena takut bertemu dengan Mama yang selalu mengomeli nya.
"Baiklah mulai besok, jika kamu butuh sesuatu langsung hubungi no pelayan, karena aku akan menyediakan seorang pelayan wanita khusus untuk melayani dirimu saja." Terang Hardian.
***
Setelah mengikuti proses belajar dihari pertama nya, pulangnya Prisla dijemput langsung oleh Hardian dan mengajak kucing kecilnya jalan-jalan menikmati indahnya sore.
Hardian membelokkan mobilnya kesebuah Restoran tepi pantai, akhirnya Hardian memutuskan untuk makan. sedari tadi dia merasa cacing-cacing yang ada diperutnya pada demo, dia yakin Prisla pasti juga merasakan hal yang sama.
Hardian sudah tidak merasa cangung lagi mengajak Prisla, dia dengan santainya mendengar ocehan Prisla dan sikap nya yang terkesan kampungan itu justru membuat Hardian merasa terhibur. Mereka berjalan santai memasuki sebuah Restoran Mewah. Restoran ini juga tempat favorit nya bersama Milka. tapi sikap Hardian sekarang seolah tidak mengingatkan nya pada masa lalunya.
"Kucing kecilku kamu mau pesan apa ?" ucap Hardian.
Prisla bingung dan masih membolak-balik buku menu ditangan nya, semua makanan ini aneh dan asing dan belum satupun dari menu yang tertulis di sana pernah dimakanya.
"Tuan disini ada nasi soto ayam nggak ??" tanya Prisla ragu karena tidak tertera di buku menu. Hardian hanya tersenyum dan memanggil pelayan. dan membisikkan sesuatu.
"Hanya itu tuan?" tanya Pelayan Restoran.
Hardian mengangguk " Untuk minumnya samakan saja dengan pesanan ku" ucap Hardian.
Selesai makan, Hardian mengantarkan Prisla pulang, sementara dia kembali keperusahaan nya untuk lembur mengingat jika sebentar lagi akan diadakan audit bulanan.
Selesai makan, Hardian mengantarkan Prisla pulang, sementara dia kembali keperusahaan nya untuk lembur mengingat jika sebentar lagi akan diadakan audit bulanan.
Sesampainya dikamar, Prisla menyalakan TV berukuran besar itu. menonton acara humor kesukaan nya . tanpa sadar dia terlelap cukup lama disofa dengan TV yang masih menyala. Prisla mengerjapkan matanya berkali-kali karna silau cahaya lampu kamar. segera dia berdiri dan melihat sekeliling dan terpana melihat ranjang tidur Hardian.
"Kosong, jam berapa sekarang ?"
Prisla melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam " kenapa Tuan Hardian belum pulang juga ?"
Prisla membersihkan tubuhnnya dan berganti pakaian, melanjutkan sholat Isa. yang sudah terlewati waktu nya dan memanjatkan doa dengan khusyuk untuk kedua orang tuanya, Prisla melipat mukena kembali, karena dia ingin melanjutkan tidurnya. mengambil selimut dan bantal berjalan ke sofa, namun rasa kantuk nya telah hilang.
"Lebih baik aku lanjutkan menonton televisi " dia tidak menyadari pintu kamar telah terbuka.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved