Bab 4 Pemilik Rumah Seksi

by Tudi Tabuti 22:25,Jun 20,2023
“Harga net, 100 ribu rupiah.” Melihat bahwa Alve tidak benar-benar berminat pada Patung Giok Emerald Buddha, lelaki tua lusuh itu tidak meminta harga yang tinggi.

"40 ribu, atau skip saja."

Alve sendiri adalah orang kerja, dia sangat pandai menawar. Meskipun dia sangat menginginkan Patung Giok Emerald Buddha yang aneh ini, dia berpura-pura tidak berminat.

"Oke, Buddha memililih seseorang yang ditakdirkan, aku jugamau tutup warung. 40 ya sudahlah, anggep aja lagi bantu kamu."

Lelaki tua lusuh itu menghela nafas, mengeluarkan tali merah, mengikat Patung Giok Emerald Buddha, menyerahkannya kepada Alve.

Alve membayar uang, mengikatkan Patung Emerald Buddha di lehernya, berjalan keluar dari jalan Antique.

Patung Giok Emerald Buddha yang tidak mencolok ini tampaknya sangat ajaib, setelah Alve memakai Giok Emerald Buddha, mabuknya berangsur-angsur mereda dan dia menjadi lebih sadar, langkahnya tidak sempoyongan seperti sebelumnya.

Tentu saja, dia sendiri tidak menyadarinya.

...

Alve, yang biasanya hemat, naik taksi dan kembali ke komplek Durian tempat dia menyewa apartemen, dia tidak sabar untuk mempelajari Patung Giok Emerald Buddha yang tersenyum ini.

Komplek Durian ada di pusat kota, kondisi di dalamnya tidak buruk, tapi di kota ini setiap jengkal tanahnya mahal, sebuah rumah seluas 50 meter persegi dengan satu kamar tidur dan satu ruang tamu seharga 5 juta rupiah sebulan.

Gajinya hanya 10 juta sebulan, belum termasuk sewa dan berbagai pengeluaran, hidupnya sangat ketat, hanya mampu beli makan dan pakaian, dia sudah bekerja selama tiga tahun, tabungan Cuma 10 juta, ini juga karena orang tuanya sudah tidak ada, jika dia ingin membantu orang tua, dia mungkin tidak akan bisa menabung beberapa juta sekalipun. Jika dia tidak bekerja selama satu atau dua bulan, dia akan kelaparan.

Inilah sebabnya dia menelan amarahnya di perusahaan. Risiko berganti pekerjaan terlalu tinggi, jika tidak, dia sudah tidak akan bisa menahan amarah terhadap Pimpinan Tim Gorman dan resign. Dia juga bukan manusia yang lumpuh, apalagi dia masih muda.

Setelah memasuki kamarnya, dia tidak sabar untuk mengambil Giok Emerald Buddha dari lehernya dan mengamatinya dengan hati-hati.

Tapi dia menatap tajam untuk waktu yang lama, Giok Emerald Buddha tidak muncul sesuatu yang aneh, masih tergeletak dengan tenang di telapak tangannya.

"Mungkinkah mataku dibutakan oleh minum alkohol tadi, bagaimana Patung Giok Emerald Buddha ini bisa tersenyum dan berkedip? Aku berharap mengubah nasibku, menjadi gila, lalu berhalusinasi?"

Setelah satu jam, Alve menyerah sepenuhnya, sedikit kesal karena dia sudah salah menghabiskan 40 ribu.

Dok dok dok!

Saat ini, terdengar ketukan tergesa-gesa di pintu di luar rumah.

“Siapa itu?” Alve memakai Patung Emerald Buddha di lehernya dan bangkit untuk membuka pintu.

"Ini aku." Suara wanita yang serak datang dari luar pintu.

"Kak Sumarisi, kamu ya, kenapa kamu malam begini cari aku? Apakah kamu lagi mau curhat?" Alve membuka pintu dan menyapa seorang wanita cantik sambil tersenyum.

Meskipun dia si paling sial, dia jarang menunjukkan wajah sedih, dia juga biasanya sangat optimis, jika tidak, mengingat apa yang terjadi padanya, dia pasti sudah lama melompat dari gedung.

Wanita cantik ini berusia sekitar 27-28 tahun, mengenakan kaos tipis, hot pants, sandal, dengan rambut sedikit keriting terurai.

Dia tinggi dan ramping, dengan payudara kencang, menekan kaosnya sedemikian rupa sehingga rasanya seperti akan sobek, kedua pahanya bahkan lebih mulus, tanpa stoking, tapi warnanya putih menyilaukan, yang benar-benar kualitas terbaik.

Wanita dewasa dan seksi ini adalah pemilik apartemen sewaan Alve, namanya Tatia Sumarisi.

Alve sudah tinggal di sini selama tiga tahun, sangat akrab dengan pemilik rumah yang dewasa dan cantik ini, jadi tidak ada salahnya kalau bercanda mesum.

"Curhat matamu. Kalau mau rayu, rayu gadis muda polos. Jangan rayu kakak. Kakak kesini mau memberitahumu sesuatu."

Tatia menatap datar ke arah Alve dan berkata, meskipun wanita ini seksi dan sudah dewasa, dia masih seorang wanita, jika dia bicara dengan sembarangan, itu bukan sifat seorang wanita.

“Kakak, kamu datang malam sekali, cewek dan cowok single, ya jelas aja aku mikir yang aneh-aneh.” Alve melirik Tatia dengan tatapan mata nakal.

Tatia memang sudah cantik tanpa riasan, dia terlihat sangat menggoda, selama tiga tahun Alve tidak punya pacar, Tatia terkadang menjadi objek fantasinya, dia juga mencoba banyak cara agar bisa mendekati pemilik rumah ini, tapi Tatia tidak pernah memberinya kesempatan untuk dekat.

"Kamu tidak di sini siang hari, kalau aku tidak cari kamu pas malam kapan lagi, berhenti omong kosong, Alve, aku cari kamu bukan bawa kabar baik, sekarang harga barang naik, sewa harus naik, rumah yang kamu tinggali sekarang, mulai bulan ini sebulan 6 juta."

Tatia tidak terlalu peduli dengan Alve yang memandangnya dengan nafsu, berkata langsung: "Jika kamu mau menyewa, aku bisa terus kasih kamu. Lagi pula, kamu pelanggan tetap. Jika kamu tidak mau, yaudah pindah. Sudah ada orang yang bersedia membayar 6 juta sebulan."

Setelah mendengar kata-kata Tatia, Alve tersentak.

Gaji bulanannya hanya 10 juta, jika sewanya 6 juta, dia tidak akan bisa hidup, jadi dia meminta maaf dan berkata sambil tersenyum: "Kakak, aku juga sudah tinggal bersama kamu selama tiga tahun, aku tidak pernah menunggak uang sewa, atau gini aja, kasih aku 5 juta sebulan, nanti kalau ada uang kedepannya aku pasti kasih lebih ke kamu."

Ketika dia meminta maaf sambil tertawa, Alve merasa tidak nyaman, pada saat yang sama dia memaki lelaki tua lusuh yang menjual Patung Giok Emerald Buddha di dalam hatinya: "Appan Buddha memilih orang yang ditakdirka, mana ada Giok Emerald Buddha ini mampu menekan kejahatan dan mengubah nasib. Baru saja pulang sudah kena sial begini, bahkan lebih sial dari sebelumnya, babi semuaaaaaa!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

71