Bab 16 Bertelanjang Dada
by Zeva Lavia
15:59,Nov 07,2022
Ketika Luna membuka matanya, tempat tidur di sebelahnya kosong dan sedikit hangat.
Ada suara air di kamar mandi, Luna melihat arlojinya, kemudian menguap dan bangun dari tempat tidur, mendorong pintu kamar mandi dan langsung masuk.
Di dalam kaca buram yang kabur, siluet tubuh yang ramping dan indah diproyeksikan di atasnya, Luna mulai merapikan dirinya sendiri.
Mendengar gerakan di luar, suara air di kamar mandi tiba-tiba berhenti, "Nona Salvator?" Suara Oscar yang sedikit bingung datang dari dalam, "Aku lagi mandi, kamu ..."
"Ga papa, kamu mandi aja."
Luna membungkuk untuk mencuci wajahnya, gerakannya tidak terpengaruh sama sekali. Suara air di kamar mandi kembali terdengar dan suara Oscar samar-samar keluar bercampur dengan suara air.
"Bisakah ambilin aku handuk?"
Luna melirik handuk mandi di luar pintu, membuka pintu sedikit dan mengantarnya masuk.
Uap air mengalir dari dalam, Luna sedikit menyipitkan matanya, lengan Oscar yang ramping menyembul keluar dari pintu, tidak meraih handuk mandi, tapi secara akurat meraih pergelangan tangan Luna.
"Ah, maaf, aku kira handuk."
Oscar dengan cepat melepaskan tangannya, tapi secara tidak sengaja, pintu kamar mandi terbuka.
Uap air yang kabur membungkus tubuh Oscar, rambut hitamnya yang basah berantakan, tubuhnya yang ramping sempurna terlihat sepenuhnya.
Seperti yang diharapkan, dia kurus di luar tapi dalamnya kekar.
Dengan fisik seperti itu, bagaimana dia bisa begitu lemah setelah dihisap beberapa kali?
"Nona Salvator?"
Wajah tampan Oscar memerah, dia maju selangkah, mengambil handuk mandi di tangan Luna, lalu melingkarkan di pinggangnya dengan malu-malu di depan mata wanita itu.
"...Jangan menatapku seperti itu."
Luna berbalik dengan cepat, tapi dia tidak malu, bagaimanapun, klan vampir berperilaku sangat berani dan pada berbagai kesempatan, mereka melihat banyak pantat telanjang.
"Apakah Nona Salvator udah terbiasa?"
Oscar dengan handuk mandi melilit pinggangnya berdiri di samping Luna, menyeka rambutnya dengan handuk di cermin, garis dada Oscar yang sedikit terangkat dan perut datar sedikit berotot tereskpos.
Luna bersenandung dan terus menjaga matanya sendiri, "Apakah kamu ada jadwal untuk keluar baru-baru ini? Kalau kamu perlu keluar, pastiin beritahu aku, aku akan ikut denganmu."
"Oke, aku akan bilang padamu sebelumnya."
Luna memandang dirinya sendiri di cermin, "Aku keluar dulu."
Melihat Luna akan pergi, tubuh Oscar yang masih basah oleh uap air tiba-tiba mendekati tubuhnya dan mencium keningnya dengan ringan, "Aku akan menunggumu pulang."
Oscar memandangnya dengan malu-malu, seperti istri muda pengantin baru, menunggu suaminya kembali ke rumah.
"Kamu ..." Luna sedikit mengernyit dan tiba-tiba menyadari sesuatu, dia tidak pernah bertanya pada Oscar tentang status hubungannya.
Jika Oscar memiliki pacar atau seseorang yang dia sukai, semua kesimpulan harus dibatalkan dan dipertimbangkan kembali.
Sebagai seorang vampir, Luna tidak berniat terlibat dalam perasaan rumit manusia.
Pembentukan kontrak darah bukanlah kemauan aktif mereka dan dia tidak seharusnya menanggungnya.
Oscar masih virgin, tapi bukan berarti dia tidak boleh punya perasaan.
"Kamu punya pacar?"
Luna bertanya langsung, "Atau, apakah ada seseornag yang kamu sukai."
Oscar tercengang, ekspresi malu-malunya barusan berangsur-angsur memudar dan tekanan rendah yang samar tampaknya menghantuinya.
Dia sudah bertindak begitu jelas, apakah wanita ini tidak menyadarinya sama sekali?
Kalau saja Luna bisa terjerat dengan metode manusia, dia tidak perlu repot-repot …
Ah, setelah semua usaha ini, itu sama sekali tidak berguna dalam kasusnya juga.
“Kalau ada, apa yang akan kamu lakukan Nona Salvator? Apakah kamu ga membutuhkanku lagi sebagai makananmu?” Oscar mengangkat sudut mulutnya dan meletakkan jari-jarinya ke handuk mandi di pinggangnya.
"Atau... maukah kamu mengambil inisiatif buat bantu aku mengejarnya?"
Luna sedikit mengernyit dan memikirkannya dengan serius, "Ya, kalau itu bisa buat kamu merasa baik dan tetap bugar, aku bisa membantumu."
Oscar melihat jawaban seriusnya dan sedikit menyipitkan matanya, jika Oscar langsung mengatakan bahwa dia menyukainya, Luna hanya akan melarikan diri kan?
Dia sudah membuatnya berlari sekali, tidak mungkin membuatnya berlari untuk kedua kalinya.
"Maaf mengecewakan Nona Salvator, tapi ga ada."
Luna menatapnya sedikit, "Beneran ga ada?"
"Iya." Oscar menatapnya sambil tersenyum, "Gimana dengan Nona Salvator, apakah ada seseorang yang kamu sukai?"
Luna yang baru saja akan keluar dihentikan oleh pertanyaan Oscar, dia berkata dengan dingin, "Bagi para vampir, terikat secara emosional adalah hal yang paling bodoh, itulah yang kalian sebagai manusia lakukan.”
Oscar tersenyum, "Apakah kamu takut ditinggalkan?"
Luna tercengang, menatap Oscar dengan tatapan aneh, Logan memberitahunya dengan jelas sejak hari pertama merawatnya.
Jangan terikat secara emosional dengan manusia, atau dia akan tertinggal.
Pada saat itu, Luna sama sekali tidak mengerti apa artinya dan Logan tidak memberikan penjelasan tambahan, hanya menyuruhnya untuk mengingat ini.
Hal itu teringat kuat di ingatannya selama puluhan tahun.
"Gimana kalau aku janji buat ga tinggalin Nona Salvator?"
“Aku ga percaya.” Luna mendorong pintu hingga terbuka, “...Aku juga ga menginginkannya.”
Wanita mungil itu berjalan keluar, Oscar mendengar suara pintu menutup di luar, kemudian melihat dirinya di cermin.
Tidak ada kekecewaan.
Di mata itu ada api tersembunyi yang membara.
Tidak menginginkannya?
Jari-jarinya yang ramping perlahan menyentuh cermin, Oscar tersenyum penuh semangat.
Aku akan membuatmu mengatakan bahwa kamu menginginkanku, kamu harus menjadi milikku!
Ketika tiba waktunya untuk pulang kerja, pesan teks Logan masuk tepat waktu, hanya 2 kata, “datang padaku”.
Luna melihat pesan teks dan ingin bertanya kepada pak tua itu apa yang ingin dia lakukan.
Pria tua itu selalu melakukan hal-hal dengan gaya seperti ini, dia tidak akan memberi tahu alasannya, dan tidak ada jawaban bahkan jika dia bertanya.
Luna dengan cepat kembali ke rumah Logan. Dia melihat ke pintu di sebelahnya, Oscar seharusnya sibuk dengan buku barunya saat ini.
Luna menarik napas dalam-dalam dan mendorong pintu Logan hingga terbuka.
Logan sedang duduk di sofa, musik lembut diputar dan dalam pelukannya, ada wanita yang terakhir kali dilihatnya.
Pada saat ini, matanya kabur, dia menempel di dada Logan seperti ular.
"Ini dia."
Logan duduk di sofa dengan punggung membelakanginya tanpa menoleh. Dengan isyarat, seorang pria bangkit dari depannya, bertelanjang dada dan berjalan menuju Luna.
"Apa yang kamu lakukan?"
Luna dengan cepat menyingkir, otot-otot di tubuh pria itu indah dan kuat, terutama suara detak jantungnya, kencang dan kuat.
"Ajari teman kecil ini bagaimana menggunakan giginya." Logan melihat ke belakang sedikit, darah mengalir di matanya, "Kamu begitu kasar, itu benar-benar membuatku malu."
"Kalau begitu, maka ga perlu baginya untuk ..." Pria itu mendekati Luna dengan obsesif, matanya linglung, seolah dia telah jatuh di kedalaman.
Logan tersenyum lembut, "Kalau pakai makananmu untuk berlatih, aku khawatir kamu ga bisa mengendalikannya."
Wanita dalam pelukannya merintih dengan lembut, kemudian seluruh tubuhnya berinisiatig untuk memanjat, tapi Logan mengulurkan tangan dan mendorongnya ke sofa.
"Kemarilah."
Logan berbicara, mengacu pada Luna yang berdiri di sana.
Luna dengan patuh melangkah maju, wanita yang berbaring di sofa berputar tanpa sadar, Logan tiba-tiba mengangkat salah satu kakinya dan menekan ujung jarinya yang dingin ke arah titik tertentu.
Wanita itu mengangkat lehernya dan memanggil sesuatu dengan samar.
Taring di mulut Logan terbuka, dia menggigit ke arah posisi pembuluh darah berdenyut.
Luna tampak tanpa ekspresi dan pria setengah telanjang itu membungkuk lagi saat ini.
Darah yang mengalir dari lukanya, sangat kontras dengan kulit putih wanita itu.
Logan mengangkat kepalanya, menatap Luna dengan mata berdarah, "Bukan hanya lehernya yang bisa digigit, ikuti saja cara yang baru aja kulakukan."
Tubuh pria itu membungkuk, Luna tanpa sadar ingin menolak. Suhu tubuhnya jauh lebih panas daripada Oscar. Suhu seperti itu membuatnya sangat tidak nyaman.
"Luna?"
Suara Logan sangat dingin, Luna tersentak kembali ke akal sehatnya dan taring di mulutnya terbuka.
"Dada, dekat jantung."
Suara Logan mengarahkan gerakan Luna, tangannya yang dingin gemetar, dia harus menyentuh tubuh pria itu.
"……Aku ga bisa!"
Dengan geraman rendah, dia dengan cepat mundur, Luna memeluk dirinya sendiri dan berjongkok di lantai, taringnya terbuka, tapi dia tidak memiliki keinginan sedikit pun untuk darah.
Logan mendorong wanita di lengannya menjauh, menatap Luna yang berjongkok dan gemetar, kemudian sedikit menyipitkan mata hitamnya.
Luna memeluk tubuhnya dengan erat dan membenamkan wajahnya di lututnya.
Pada saat ini, dia akhirnya menyadari.
Dia bisa menggunakan giginya, tapi hanya Oscar yang bisa menjadi objeknya.
Ada suara air di kamar mandi, Luna melihat arlojinya, kemudian menguap dan bangun dari tempat tidur, mendorong pintu kamar mandi dan langsung masuk.
Di dalam kaca buram yang kabur, siluet tubuh yang ramping dan indah diproyeksikan di atasnya, Luna mulai merapikan dirinya sendiri.
Mendengar gerakan di luar, suara air di kamar mandi tiba-tiba berhenti, "Nona Salvator?" Suara Oscar yang sedikit bingung datang dari dalam, "Aku lagi mandi, kamu ..."
"Ga papa, kamu mandi aja."
Luna membungkuk untuk mencuci wajahnya, gerakannya tidak terpengaruh sama sekali. Suara air di kamar mandi kembali terdengar dan suara Oscar samar-samar keluar bercampur dengan suara air.
"Bisakah ambilin aku handuk?"
Luna melirik handuk mandi di luar pintu, membuka pintu sedikit dan mengantarnya masuk.
Uap air mengalir dari dalam, Luna sedikit menyipitkan matanya, lengan Oscar yang ramping menyembul keluar dari pintu, tidak meraih handuk mandi, tapi secara akurat meraih pergelangan tangan Luna.
"Ah, maaf, aku kira handuk."
Oscar dengan cepat melepaskan tangannya, tapi secara tidak sengaja, pintu kamar mandi terbuka.
Uap air yang kabur membungkus tubuh Oscar, rambut hitamnya yang basah berantakan, tubuhnya yang ramping sempurna terlihat sepenuhnya.
Seperti yang diharapkan, dia kurus di luar tapi dalamnya kekar.
Dengan fisik seperti itu, bagaimana dia bisa begitu lemah setelah dihisap beberapa kali?
"Nona Salvator?"
Wajah tampan Oscar memerah, dia maju selangkah, mengambil handuk mandi di tangan Luna, lalu melingkarkan di pinggangnya dengan malu-malu di depan mata wanita itu.
"...Jangan menatapku seperti itu."
Luna berbalik dengan cepat, tapi dia tidak malu, bagaimanapun, klan vampir berperilaku sangat berani dan pada berbagai kesempatan, mereka melihat banyak pantat telanjang.
"Apakah Nona Salvator udah terbiasa?"
Oscar dengan handuk mandi melilit pinggangnya berdiri di samping Luna, menyeka rambutnya dengan handuk di cermin, garis dada Oscar yang sedikit terangkat dan perut datar sedikit berotot tereskpos.
Luna bersenandung dan terus menjaga matanya sendiri, "Apakah kamu ada jadwal untuk keluar baru-baru ini? Kalau kamu perlu keluar, pastiin beritahu aku, aku akan ikut denganmu."
"Oke, aku akan bilang padamu sebelumnya."
Luna memandang dirinya sendiri di cermin, "Aku keluar dulu."
Melihat Luna akan pergi, tubuh Oscar yang masih basah oleh uap air tiba-tiba mendekati tubuhnya dan mencium keningnya dengan ringan, "Aku akan menunggumu pulang."
Oscar memandangnya dengan malu-malu, seperti istri muda pengantin baru, menunggu suaminya kembali ke rumah.
"Kamu ..." Luna sedikit mengernyit dan tiba-tiba menyadari sesuatu, dia tidak pernah bertanya pada Oscar tentang status hubungannya.
Jika Oscar memiliki pacar atau seseorang yang dia sukai, semua kesimpulan harus dibatalkan dan dipertimbangkan kembali.
Sebagai seorang vampir, Luna tidak berniat terlibat dalam perasaan rumit manusia.
Pembentukan kontrak darah bukanlah kemauan aktif mereka dan dia tidak seharusnya menanggungnya.
Oscar masih virgin, tapi bukan berarti dia tidak boleh punya perasaan.
"Kamu punya pacar?"
Luna bertanya langsung, "Atau, apakah ada seseornag yang kamu sukai."
Oscar tercengang, ekspresi malu-malunya barusan berangsur-angsur memudar dan tekanan rendah yang samar tampaknya menghantuinya.
Dia sudah bertindak begitu jelas, apakah wanita ini tidak menyadarinya sama sekali?
Kalau saja Luna bisa terjerat dengan metode manusia, dia tidak perlu repot-repot …
Ah, setelah semua usaha ini, itu sama sekali tidak berguna dalam kasusnya juga.
“Kalau ada, apa yang akan kamu lakukan Nona Salvator? Apakah kamu ga membutuhkanku lagi sebagai makananmu?” Oscar mengangkat sudut mulutnya dan meletakkan jari-jarinya ke handuk mandi di pinggangnya.
"Atau... maukah kamu mengambil inisiatif buat bantu aku mengejarnya?"
Luna sedikit mengernyit dan memikirkannya dengan serius, "Ya, kalau itu bisa buat kamu merasa baik dan tetap bugar, aku bisa membantumu."
Oscar melihat jawaban seriusnya dan sedikit menyipitkan matanya, jika Oscar langsung mengatakan bahwa dia menyukainya, Luna hanya akan melarikan diri kan?
Dia sudah membuatnya berlari sekali, tidak mungkin membuatnya berlari untuk kedua kalinya.
"Maaf mengecewakan Nona Salvator, tapi ga ada."
Luna menatapnya sedikit, "Beneran ga ada?"
"Iya." Oscar menatapnya sambil tersenyum, "Gimana dengan Nona Salvator, apakah ada seseorang yang kamu sukai?"
Luna yang baru saja akan keluar dihentikan oleh pertanyaan Oscar, dia berkata dengan dingin, "Bagi para vampir, terikat secara emosional adalah hal yang paling bodoh, itulah yang kalian sebagai manusia lakukan.”
Oscar tersenyum, "Apakah kamu takut ditinggalkan?"
Luna tercengang, menatap Oscar dengan tatapan aneh, Logan memberitahunya dengan jelas sejak hari pertama merawatnya.
Jangan terikat secara emosional dengan manusia, atau dia akan tertinggal.
Pada saat itu, Luna sama sekali tidak mengerti apa artinya dan Logan tidak memberikan penjelasan tambahan, hanya menyuruhnya untuk mengingat ini.
Hal itu teringat kuat di ingatannya selama puluhan tahun.
"Gimana kalau aku janji buat ga tinggalin Nona Salvator?"
“Aku ga percaya.” Luna mendorong pintu hingga terbuka, “...Aku juga ga menginginkannya.”
Wanita mungil itu berjalan keluar, Oscar mendengar suara pintu menutup di luar, kemudian melihat dirinya di cermin.
Tidak ada kekecewaan.
Di mata itu ada api tersembunyi yang membara.
Tidak menginginkannya?
Jari-jarinya yang ramping perlahan menyentuh cermin, Oscar tersenyum penuh semangat.
Aku akan membuatmu mengatakan bahwa kamu menginginkanku, kamu harus menjadi milikku!
Ketika tiba waktunya untuk pulang kerja, pesan teks Logan masuk tepat waktu, hanya 2 kata, “datang padaku”.
Luna melihat pesan teks dan ingin bertanya kepada pak tua itu apa yang ingin dia lakukan.
Pria tua itu selalu melakukan hal-hal dengan gaya seperti ini, dia tidak akan memberi tahu alasannya, dan tidak ada jawaban bahkan jika dia bertanya.
Luna dengan cepat kembali ke rumah Logan. Dia melihat ke pintu di sebelahnya, Oscar seharusnya sibuk dengan buku barunya saat ini.
Luna menarik napas dalam-dalam dan mendorong pintu Logan hingga terbuka.
Logan sedang duduk di sofa, musik lembut diputar dan dalam pelukannya, ada wanita yang terakhir kali dilihatnya.
Pada saat ini, matanya kabur, dia menempel di dada Logan seperti ular.
"Ini dia."
Logan duduk di sofa dengan punggung membelakanginya tanpa menoleh. Dengan isyarat, seorang pria bangkit dari depannya, bertelanjang dada dan berjalan menuju Luna.
"Apa yang kamu lakukan?"
Luna dengan cepat menyingkir, otot-otot di tubuh pria itu indah dan kuat, terutama suara detak jantungnya, kencang dan kuat.
"Ajari teman kecil ini bagaimana menggunakan giginya." Logan melihat ke belakang sedikit, darah mengalir di matanya, "Kamu begitu kasar, itu benar-benar membuatku malu."
"Kalau begitu, maka ga perlu baginya untuk ..." Pria itu mendekati Luna dengan obsesif, matanya linglung, seolah dia telah jatuh di kedalaman.
Logan tersenyum lembut, "Kalau pakai makananmu untuk berlatih, aku khawatir kamu ga bisa mengendalikannya."
Wanita dalam pelukannya merintih dengan lembut, kemudian seluruh tubuhnya berinisiatig untuk memanjat, tapi Logan mengulurkan tangan dan mendorongnya ke sofa.
"Kemarilah."
Logan berbicara, mengacu pada Luna yang berdiri di sana.
Luna dengan patuh melangkah maju, wanita yang berbaring di sofa berputar tanpa sadar, Logan tiba-tiba mengangkat salah satu kakinya dan menekan ujung jarinya yang dingin ke arah titik tertentu.
Wanita itu mengangkat lehernya dan memanggil sesuatu dengan samar.
Taring di mulut Logan terbuka, dia menggigit ke arah posisi pembuluh darah berdenyut.
Luna tampak tanpa ekspresi dan pria setengah telanjang itu membungkuk lagi saat ini.
Darah yang mengalir dari lukanya, sangat kontras dengan kulit putih wanita itu.
Logan mengangkat kepalanya, menatap Luna dengan mata berdarah, "Bukan hanya lehernya yang bisa digigit, ikuti saja cara yang baru aja kulakukan."
Tubuh pria itu membungkuk, Luna tanpa sadar ingin menolak. Suhu tubuhnya jauh lebih panas daripada Oscar. Suhu seperti itu membuatnya sangat tidak nyaman.
"Luna?"
Suara Logan sangat dingin, Luna tersentak kembali ke akal sehatnya dan taring di mulutnya terbuka.
"Dada, dekat jantung."
Suara Logan mengarahkan gerakan Luna, tangannya yang dingin gemetar, dia harus menyentuh tubuh pria itu.
"……Aku ga bisa!"
Dengan geraman rendah, dia dengan cepat mundur, Luna memeluk dirinya sendiri dan berjongkok di lantai, taringnya terbuka, tapi dia tidak memiliki keinginan sedikit pun untuk darah.
Logan mendorong wanita di lengannya menjauh, menatap Luna yang berjongkok dan gemetar, kemudian sedikit menyipitkan mata hitamnya.
Luna memeluk tubuhnya dengan erat dan membenamkan wajahnya di lututnya.
Pada saat ini, dia akhirnya menyadari.
Dia bisa menggunakan giginya, tapi hanya Oscar yang bisa menjadi objeknya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved