Bab 7 Jangan Gigit Orang Lain Selain Aku

by Zeva Lavia 15:57,Nov 07,2022
Secepat mungkin, Luna mengatur agar Oscar dirawat di rumah sakit lain.

Setelah mengatur segalanya, Luna tidak tinggal di sisi Durid untuk menjaganya lagi, klan vampir memiliki aturan mereka sendiri. Tidak ada perburuan yang diperbolehkan di rumah sakit manusia lainnya selain di rumah sakit klan vampir.

Meskipun begitu, memang masih ada vampir yang tidak patuh, tapi mereka dengan cepat ditangani.

Jika kita ingin tetap tinggal di kota ini, entah manusia atau sosok lain, semua harus mematuhi aturan mereka sendiri.

Meskipun Luna tidak, dia juga mengerti apa aturannya.

Jadi Luna dapat dengan aman meninggalkan Oscar di sini sendirian. Selama beberapa hari bersamanya, banyak pekerjaannya telah menumpuk.

Setelah 3 hari yang sibuk, Luna yang sudah pulang ke rumah menyempatkan diri untuk melihat ponselnya.

Ada Oscar empat atau lima pesan suara dari Oscar, Luna duduk di sofa dan mengkliknya.

"Nona Salvator, kamu masih sibuk kerja?"

"Nona Salvator, apakah kamu sibuk?"

"Nona Salvator..."

Suara terakhir seperti bisikan yang membuat tenggorokan Luna merasa langsung haus, seolah dia tergoda oleh suaranya dan secara naluriah keinginan untuk makan menghantam otaknya.

Lapar, sangat lapar, Luna ingin makan meski hanya seteguk.

Dalam tiga hari, keinginannya untuk makan telah dipersingkat sedemikian rupa.

"Buka jendelamu dan tunggu aku."

Di malam hari, lampu di departemen rawat inap rumah sakit belum semuanya padam, Luna, mengenakan pakaian tipis, dengan cepat berjalan ke tangga.

Setelah mencapai lantai tempat Oscar berada, di dalam sudah sunyi, pintu bangsal terkunci.

Di lorong yang redup, mata Luna berangsur-angsur memerah saat dia berjalan ke jendela tangga dan melompat keluar.

Seperti embusan angin sepoi-sepoi, sosoknya menyapu jendela demi jendela dan jari-jari kakinya mengetuk-ngetuk ujung jendela sampai dia melihat jendela yang terbuka.

Luna menginjak bingkai jendela dan melompat masuk, kemudian menutup jendela dengan tangannya.

Tapi sosok Oscar tidak ada di ranjang rumah sakit, suara tergesa-gesa terdengar dari kamar mandi dan pintu tiba-tiba didorong terbuka.

"Kamu datang."

Oscar memandangnya seperti kekasih lama yang telah dia tunggu-tunggu, Luna tertegun sejenak melihat celananya yang belum diangkat dan sedikit mengalihkan pandangannya.

"Ah maaf."

Oscar sedikit tersipu dan dengan cepat mengangkat celananya. Tepat ketika dia hendak mengikat kerah leher yang longgar, tangan Luna yang dingin sudah menyentuhnya.

Jari-jari dingin Luna yang tanpan kehangatan menekan kulit lehernya, mata merah darah gelap Luna menatap pembuluh darah yang terus melompat di bawah kulit Oscar.

Bibir merahnya sedikit terbuka dan gigi taringnya terlihat.

Rona merah di wajah Oscar semakin tebal, seluruh tubuhnya bersandar ke dinding, dia merasakan napas dingin Luna mendekat.

Taring tajamnya yang menembus kulit membawa sedikit rasa sakit saat menusuk.

Glup glup …

Suara menelannya adalah rasa haus akan darahnya.

Oscar menurunkan matanya, matanya dipenuhi kabut, dia tidak keberata menggunakan tubuhnya untuk mengikatnya.

"Nona Salvator..."

Suara yang sedikit bergetar terdengar di telinga Luna, Luna mengangkat wajah kecilnya dan melihat rona merah di wajahnya. Tepat saat dia akan mengatakan sesuatu, tubuh ramping pria itu sepertinya kehabisan tenaga, dia merosot ke lantai.

"Oscar!"

Luna buru-buru mengulurkan tangan untuk menopang tubuhnya. Meskipun Luna lapar, dia hanya menyesap beberapa teguk, tidak mengambil begitu banyak darahnya.

Oscar yang tersipu duduk di lantai dengan terengah-engah, Luna hanya bisa menjangkau dan mengangkatnya lagi.

Lagi-lagi, dia yang seorang wanita harus menggendongnya.

Pria dalam pelukannya terbaring di tempat tidur dan saat Luna hendak menarik tubuhnya, tangan Oscar meraih lengannya.

"Nona Salvator, kamu masih akan gigit orang lain?"

Luna tercengang lagi, dia melihat rona merah di pipi Oscar dan tubuhnya yang terus terengah, dia tidak tahu harus berkata apa untuk sementara waktu.

“Aku akan berusaha memulihkan tubuh dengan cepat dan menjaga diriku tetap sehat.” Jari-jari Oscar yang memegang lengan Luna sedikit meremas dan mata yang dipenuhi kabut air itu melihat ke seluruh mata Luna.

"Jangan gigit orang lain selain aku, oke?"

Luna melihat bekas gigi yang baru saja dia cetak di lehernya dan ingin menarik diri dari lengannya, tapi jari-jari pria itu menjeratnya.

"Kamu datang karena haus akan darahku kan?"

Suara gemetar dan mata yang hendak menangis lagi membuat Luna tertegun sejenak, dia belum pernah berpapasan dengan manusia sedekat ini sebelumnya.

Bagaimanapun juga, selama 20 tahun ini, dia hanya berani makan dari kantong darah.

Apakah semua manusia sepertinya? Secara sukarela menunjukkan lehernya, mengundang taringnya untuk bersemayam di lehernya selamanya?

20 tahun yang lalu, Luna melarikan diri dengan panik.

20 tahun kemudian, pria yang membuatnya panik ini muncul di hadapannya, menawarkan dirinya tanpa penolakan.

Bisikannya seperti godaan ular di Taman Eden, menggoda Adam dan Hawa untuk memetik buah dan mencicipi rasanya yang manis tiada tara.

Darah melonjak di mata Luna saat jari-jarinya yang dingin meraba rambutnya yang halus dan lembut.

Bibirnya jatuh ke bibir tipis yang hangat.

Dengan rengekan, tangan pria itu menggenggam bagian belakang kepalanya, menegakkan tubuh dan mendorong bibirnya lebih dalam.

Bibir yang lembut itu ditusuk oleh taring yang tajam, detik berikutnya, bau darah memenuhi mulutnya.

Luna terengah-engah, tapi tangan di belakang kepalanya menggenggamnya lagi.

"...Cukup! Berhenti!"

Luna berbisik sedikit malu dan langsung mengulurkan tangan untuk menggenggam pergelangan tangan Oscar yang lain, "Kamu mau aku patahin tanganmu yang lain juga?"

Mata Oscar kabur, bibir tipisnya berbisik, "Ya, patahkanlah."

"Kamu……!"

Mata Luna melebar, tubuhnya langsung mundur.

Dalam kegelapan malam, Oscar perlahan bersandar di ranjang rumah sakit, pipinya dipenuhi rona merah, mata hitamnya berkabut, rambutnya berserakan di sekitar pipinya.

Ada noda darah yang tertinggal di bibir tipisnya dan ujung lidah merah mudanya menyembul keluar, dengan lembut menjilatinya hingga bersih.

Pada kulit di garis lehernya, bekas gigi taring cerah tercetak di atasnya, tulang selangka yang indah dan otot yang sedikit menonjol seolah mengatakan undangan diam-diam.

Wush!

Jendela langsung terbuka dan Luna melarikan diri.

Ini mungkin saat paling memalukan selama Luna menjadi vampir dalam beberapa dekade, melarikan diri di depan manusia.

Melihat punggungnya melompat keluar dari jendela, Oscar perlahan mengangkat sudut bibirnya.

Jari-jari ramping dan indahnya membelai luka di bibir yang ditusuk oleh taring dan menggosoknya maju mundur dengan bernostalgia.

Oscar tidak akan membiarkannya lolos lagi kali ini, tidak akan pernah …

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

50