Bab 5 Kecuali Dia Mati!

by Zeva Lavia 15:57,Nov 07,2022
Tidak lama kemudian, sebuah ranjang rumah sakit didorong keluar dari ruang operasi dan di atasnya terbaring Oscar.

Pergelangan tangannya yang patah telah dipasang gips dan wajah tampannya yang sebelumnya pucat sekarang sedikit kemerahan.

Ranjang rumah sakit didorong melewati Logan dan Luna, keduanya duduk di sana tanpa melihat.

Mata Logan kemudian melirik, melihat Oscar yang telah didorong ke ruangan tertentu, lalu dia menghela nafas lama.

Tanpa menunggu Logan berbicara, Luna yang duduk di sampingnya, berbalik dan menatapnya dengan mata merah agak gelap, "Pak tua, gimana cara batalin kontrak ini?"

Mata sipit Logan sedikit menyipit, jari-jarinya yang ramping memeriksa dan menekan tanda salib di leher Luna.

“Bukannya aku udah pernah bilang kalau kamu ga bisa biarin siapa pun sentuh tempat ini?”

"...Ini sebuah kecelakaan."

Luna sangat menyadari kemarahannya dan menyesal dalam hatinya.

Siapa yang mengira pria itu akan bertindak seperti ini? Jari-jarinya yang berlumuran darah menyentuhnya secara langsung, sudah terlambat bagi Luna untuk bereaksi.

Logan menarik tangannya, nadanya sedingin es.

"Ini ga bisa dibatalin kecuali dia mati."

Mata sipit Logan menatap mata merah gelap Luna melalui kaca matanya, "Kontrak ini abadi, ga bisa dibatalin."

Abadi dan tidak bisa dibatalkan …..

Kecuali dia mati ….

Luna duduk di tempat dengan tercengang, selama 20 tahun terakhir, dia bahkan tidak berani menghisap darah dengan giginya, apalagi mengambil nyawa orang!

"Abadi..."

Luna duduk di tempatnya sambil bergumam, tidak dapat kembali ke akal sehatnya untuk sementara waktu.

Logan menghela nafas lagi, "Kematiannya harus alami, kalau ga, kamu harus terjebak kontrak ini selamanya."

Tubuh Luna bergetar hebat, dia adalah vampir, bagaimana bisa dia terjebak oleh manusia untuk selamanya?

"Manusia hanya bisa hidup paling lama 100 tahun, kamu harus simpan kantong darah di sisimu." Kata Logan, kedinginan dalam kata-katanya telah memudar.

"Seratus tahun ga sulit bagi kita buat bertahan."

Luna berbalik untuk menatapnya, "Pak tua, apa maksudmu?"

"Setelah kontrak tercapai, hanya dia satu-satunya yang bisa kamu hisap darahnya." Logan duduk di tempatnya, mengabaikan suara Luna dan terus berbicara, "Selain dia, kamu ga bisa makan darah lain."

"Apa?!"

"Bukan cuma itu ..." Logan mengangkat bibirnya dengan dingin, "Kontrak ini dua arah, dia menawarkan dirinya sebagai satu-satunya makananmu dan kamu ... juga menanggapi panggilannya."

"Apa artinya?"

Logan berdiri dan mengusap lembut bagian atas rambut Luna dengan tangannya, "Selama dia panggil kamu, ga peduli di mana, ga peduli jam berapa, ga peduli apa yang lagi kamu lakuin ... kamu harus pergi padanya."

Mata Luna melebar saat mendengar ini, saat jari-jari dingin Logan menelusuri ukiran salib di lehernya, matanya sedikit menyipit pada rantai berrdarah di atasnya.

"Luna yang malang, lindungi satu-satunya makananmu dengan baik."

Setelah Logan mengatakan itu, dia berbalik dan berjalan keluar.

Luna duduk di koridor dengan kata-kata Logan yang terus bergema di benaknya.

Tidak peduli di mana diaberada, tidak peduli apa yang sedang dia lakukan, dia harus pergi ke sisi pria itu?

Selama tiga hari, Oscar berbaring di tempat tidur dan tidur selama tiga hari sebelum bangun dia terbangun.

Selama tiga hari terakhir, Luna seperti roh penjaga, duduk di samping tempat tidur siang dan malam, tidak melakukan apa-apa selain memandangi pria yang terbaring di ranjang rumah sakit.

Luna memandang Oscar selama tiga hari, tapi tidak bisa melihat siapa dia.

Luna terjebak sedemikian rupa oleh seorang pria yang sama sekali tidak dikenalnya.

Selama tiga hari di rumah sakit klan vampir ini, tidak ada seorang pun dari klan sama yang mengenal Oscar. Luna akhirnya yakin jika Oscar benar-benar tidak mengerti apa yang dia katakan.

Oscar tidak memiliki Tuan, tapi sekarang dia punya.

"Huft……"

Sudah tidak tahu berapa kali dia menghela nafas, Luna meletakkan tangan di dahinya, pikirannya berantakan.

"Hm……"

Pria yang telah berbaring di ranjang rumah sakit selama tiga hari akhirnya mengeluarkan suara dan Luna duduk di sana tanpa bergerak. Darah di bagian bawah matanya tidak memudar bahkan taring di mulutnya tidak lagi disembunyikan.

"Bangun?"

Luna membuka mulutnya dengan dingin, menatap pria yang perlahan membuka matanya di tempat tidur dan menemukan bahwa setelah Oscar melihatnya, sepertinya ada cahaya gelap yang berkedip di matanya yang lembut.

"Nona Salvator...!"

Luna langsung bangkit dan berjalan ke samping tempat tidurnya, melihat lengannya yang tidak bergerak karena gips, Luna mengangkat bibir merahnya dan memperlihatkan taring di mulutnya tepat di depan matanya.

"Nona Salvator, bukankah seharusnya kamu udah tau siapa aku?"

Ujung taring tajam yang keluar dari bibir merahnya bersinar dengan cahaya dingin, wajah putih Oscar yang terbaring di ranjang rumah sakit tiba-tiba mulai tampak menunjukkan darah.

Tangan utuh lainnya langsung menyentuh lehernya dan dengan lembut menggosok bekas gigi taringnya.

Bulu mata panjang yang melengkung menutupi matanya, Luna hanya bisa melihat rona merah di wajahnya.

"...Aku digigit olehmu."

Pria ini!

"Siapa kamu!"

Luna mengulurkan telapak tangannya, meraih kerahnya dan langsung mengangkatnya dari ranjang rumah sakit!

Wajah Oscar dipenuhi dengan rasa malu, kelembapan tampaknya mulai muncul di matanya lagi.

Kenapa… kenapa dia menangis lagi?

Jari-jari Oscar yang ramping dan indah perlahan naik ke punggung tangan Luna dan setelah menyentuh suhu tubuhnya yang dingin, erangan rendah keluar dari tenggorokannya.

Matanya yang lembut seperti rusa dipenuhi dengan bayangannya.

"Aku anak kecil yang hampir kamu makan."

Suaranya lembut, tapi itu seperti palu berat yang memukul kepala Luna.

Ternyata dia adalah pria di dalam mimpi buruk Luna selama 20 tahun!

Luna dengan cepat menarik tangannya yang dingin, namun ditekan dengan keras oleh jari-jari manusia yang hangat.

Jari-jari hangat itu menancap langsung ke jari-jarinya yang dingin dan menggenggam tangannya dalam cengkeraman yang kuat, dan dengan satu dorongan, lengah yang utuh itu menariknya dalam pelukan yang sama hangatnya.

Luna masih shock dan tidak menyadari bahwa dia sudah berada di pelukan Oscar saat ini.

Kepala pria itu bersandar dengan lembut di bahunya, rambutnya yang halus dan lembut menyapu pipinya.

Dari kedalaman tubuhnya, sebuah desahan puas keluar.

"Ga papa sekarang."

Oscar membuka mulutnya dengan suara rendah, bibirnya yang tipis mencium ukiran salib di leher Luna yang dekat dengannya.

"Aku udah jadi milikmu ..."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

50