Bab 2 Party
by Annisa Haroen
10:27,Dec 19,2020
Gaby sampai di hotel telat beberapa jam sehingga pemotretan di swimming pool dibatalkan, karena di atas jam sembilan pagi tempat tersebut sudah ramai dengan tamu hotel. Jadi Nonky memilih kebun stroberi sebagai tempat pengganti. Karena musim hujan, tengah hari terasa seperti pagi. Sebuah keuntungan bagi Nonky, karena kalau tidak, Lesie dan Gaby pasti akan protes habis-habisan jika terkena sinar matahari terlalu lama.
Sementara Gaby melakukan touch up, Lesie terlebih dahulu memperagakan busananya. Dia memakai sweater motif tribal berwarna cerah paduan biru dan kuning, dilengkapi dengan hotpants berwarna putih dan creeper shoes hitam. Jemi mengarahkan Lesie untuk menaiki batu raksasa di sisi kebun. Selanjutnya, Lesie memperagakan dress berwarna merah dipadu dengan stocking jaring hitam sambil membawa sekeranjang strawberry.
Nonky ikut mengarahkan dan menyiapkan baju untuk kedua model tersebut yang akan memperagakan puluhan busana. Giliran Gaby yang memiliki wajah lebih tegas dari Lesie, jadi lebih pantas memperagakan busana yang lebih tomboy seperti jacket kulit, ripped jeans, serta boots.
Pemotretan tersebut berlangsung selama hampir empat jam. Itu pun, belum semua baju yang diperagakan. Mereka beristirahat selama satu jam dan melanjutkan pemotretan di balkon. Nonky bersyukur karena Lesie bisa menyembunyikan kesedihannya di depan kamera meski setelahnya temannya itu kembali berdiam diri dengan pandangan mata yang kosong.
Nonky mengambil beberapa kaleng bir di dalam kulkas dan menyimpannya di lantai tempat Jemi dan Gaby duduk kecapekan.
Sambil menikmati sosis bakar dan birnya, Gaby menyikut Nonky. Dia menunjuk Lesie dengan dagunya yang sedang memeluk guling dan terlihat melamun. Nonky menjawab Gaby dengan berbisik, memberitahukan bahwa Lesie belum bisa menerima kenyataan tentang keputusan Tarlan. Gaby mengangguk, lalu merencanakan sesuatu untuk Lesie.
***
“Let’s get the party started!” seru Gaby sambil menggas mobilnya menuju ke sebuah klub.
Nonky yang beberapa hari terakhir otaknya terlalu kaku akibat mengurus bisnis, sangat antusias untuk acara party malam ini. Sedangkan di belakangnya, Lesie tampak tidak begitu bersemangat, meski Nonky dan Gaby sudah mendandaninya habis-habisan. Lesie yang sebelumnya enggan untuk bergabung dengan kedua temannya itu, akhirnya setuju dan berharap bisa melupakan Tarlan dengan beberapa teguk alkohol.
Mobil berbelok ke arah Sukajadi, Nonky merapikan rambutnya yang sepanjang bawah telinga lalu mengulas kembali bibirnya dengan lipstick berwarna bloody mary. Jemi sudah menunggu mereka di Mansion dan membooking kursi untuk wanita-wanita itu. Jemi, sang Photographer, yang juga teman kuliah Lesie dan Nonky, sudah menjadi bagian bisnis mereka sedari awal. Lelaki yang memiliki kulit hitam manis akibat sering melakukan pemotretan outdoor dan hobi travelling ini, siap menghibur Lesie dari kegalauannya menghadapi kenyataan karena kehilangan lelaki yang dicintainya.
Seorang DJ meniupkan peluit sambil menepukkan tangan di atas kepalanya yang botak menandakan bahwa party telah dimulai. Sorak sorai terdengar riuh dan beberapa orang turun ke dancefloor, memulai untuk menggerakkan badan mengikuti arahan DJ keturunan Rusia itu.
Jemi berdiri ketika melihat ketiga temannya datang. Lesie dan Nonky mengempaskan diri ke sofa berwarna putih susu. Lesie meminta Jemi memesan tequila double. Jemi pun menyalakan cricket lalu mengacungkannya, tidak lama kemudian seorang waiters yang mengenakan rok denim hitam menghampiri meja mereka.
Beberapa menit kemudian, delapan gelas tequila dalam shot glass sudah tersedia di meja dengan sepiring kecil lime dan garam. Lesie membubuhkan garam ke sekeliling gelas tequila-nya, lalu meneguk sebanyak dua kali sambil mengernyitkan kening untuk merasakan kehangatan mengalir di tenggorokan, sebelum meneguknya kembali hingga habis.
Gemuruh sorak semakin ramai dari para penggila party ketika DJ menambah beat musiknya. Jemi sudah menarik seorang wanita entah dari mana untuk membawanya turun ke dancefloor. Lesie menolak ketika Nonky dan Gaby mengajaknya untuk bergabung bersama Jemie. Ia sebenarnya sudah lama tidak mau menginjak klub lagi, rasanya seperti anak ABG yang sedang mencari kesenangan. Kesenangan Lesie sendiri kali ini adalah melihat kepala Tarlan dalam sebuah toples yang berisikan air keras.
“Ayo dong, Les, kita kan di sini mau have fun,” ajak Nonky.
“Iya, nanti gue nyusul. Lo duluan aja.”
Gaby mencubit lengan Nonky untuk tidak memaksa Lesie yang kembali meraih gelas tequilanya yang kedua.
Ruangan semakin memanas, Lesie melihat Gaby membuka coat-nya yang kini tersampir di bahu seorang lelaki, memperlihatkan seluruh kaki jenjangnya yang mulus. Tarian Nonky sudah tidak beraturan di depan seorang DJ sambil meneriakkan sesuatu yang tidak terdengar karena dikalahkan oleh dentuman musik. Sementara Jemi yang sudah melepas perempuan tadi, kini mengangkat rokoknya tinggi-tinggi sambil mengagumi bokong seorang wanita seksi yang menari erotis. Pemandangan itu membuat Lesie terkikik melihat tingkah teman-temannya.
“Mbak, maaf ada titipan dari meja yang di ujung.” Lesie mendongak untuk melihat seorang waiters yang membawa satu gelas berisikan air berwarna biru.
“Dari siapa, ya?”
Waiters itu menunjuk salah seorang lelaki yang sedang memerhatikan Lesie sambil memajukan minuman di tangannya. Lesie pun mengambil minuman yang berwarna biru tersebut dari tangan si waiters dan balas memajukan gelasnya kepada lelaki itu sambil tersenyum. Keduanya meneguk minuman sambil terus memandang satu sama lain. Karena telah mendapat signal, lelaki itu pun menghampiri Lesie dan duduk di sebelahnya.
“Sendiri?”
“Bareng temen. Tuh lagi di bawah semua.” Lesie menunjuk sekumpulan orang di dancefloor. Lelaki itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya.
“Moris.”
“Lesie.”
***
Sudah lebih dari tiga jam menari, Nonky merasa dirinya lemas dan sempoyongan untuk mencapai meja. Dia menyandarkan kepala sambil memejamkan mata dan memijat pelipisnya yang terasa berat, juga perutnya yang bergejolak menahan mual. Gaby menyusul Nonky dan langsung ambruk di sofa.
“Gila! Udah ga kuat lagi gue dicekokin si Jemi,” kata Gaby.
“Si Lesie mana, sih?” tanya Nonky.
“Turun ke dancefloor, kali,” jawab Gaby sambil memejamkan matanya dan meringkuk di lengan kursi.
Sementara itu, Jemi kembali ke meja dengan botol martel yang sudah kosong, ketika Gaby menekankan lime ke mulutnya untuk menghilangkan rasa pahit setelah meneguk tequila, lalu memberikan satu gelas pada Nonky yang langsung ditolaknya.
“Jem, lo liat Lesie, ga?” tanya Gaby.
Jemi hanya menggeleng. “Terakhir gue lihat, dia masih duduk di sini.”
Mendengar itu, Gaby segera bangkit untuk mencari Lesie. Sebagian orang sudah menyerah dan kembali ke mejanya masing-masing. Gaby mulai mencari Lesie di toilet, dancefloor dan bar, tetapi Lesie tidak ada di manapun. Gaby kembali ke mejanya dan meminta Jemi dan Nonky untuk berpencar mencari Lesie di luar.
“Jem, Non, Lesie ga ada. Kita cari keluar, yuk,” pinta Gaby dengan nada khawatir.
“Palingan juga ke toilet,” sahut Nonky.
“Udah gue cari ke sana tapi ga ada, Non. Buruan, dong, entar dia ilang.”
Jemi yang mendengar itu sontak tertawa. “Nyantai aja, kali, si Lesie kan bukan anak kecil lagi.”
“Masalahnya dia mabok dan abis putus cinta. Lo tau, kan, orang dalam keadaan kayak gitu bisa ngelakuin hal yang bodoh?!”
Karena menyadari bahwa perkataan Gaby bisa saja benar, Jemi jadi membayangkan Lesie yang keluar naik lift ke atas gedung lalu terjun ke bawah. Dia pun bergidik dan segera menarik Nonky yang sempoyongan sementara Gaby sudah jalan secepat mungkin di depan mereka.
Udara luar sangat dingin pada jam dini hari, sehingga membuat Gaby sadar bahwa dia telah kehilangan coatnya. Dia lupa di mana terakhir kali menaruh benda tersebut, tetapi kemudian tidak mempedulikannya karena dia lebih peduli pada Lesie yang sekarang entah berada di mana.
***
Moris menyeret Lesie keluar. Tinggi badan Lesie yang hampir menyamainya dan keadaannya yang sudah teler menyusahkan Moris untuk bergerak lebih cepat. Wanita itu terus-terusan mengoceh mengenai lelaki yang disebutnya brengsek, bajingan, kurang ajar dan lainnya, membuat Moris berkesimpulan bahwa Lesie baru mendapatkan pengkhianatan dari seorang lelaki.
Moris sangat tetarik dengan Lesie sejak pertama kali melihatnya. Lesie memiliki tubuh yang indah seperti Candice Swanepoel. Kulitnya putih, matanya besar dan bening, rambutnya ikal dan hitam mengkilap, serta memiliki bibir yang sangat sexy. Lelaki itu selalu keluar klub dengan menggandeng wanita untuk ditidurinya. Dan kali ini, Moris beruntung karena mendapatkan wanita secantik Lesie.
Moris membuka pintu mobil Vios hitamnya, dengan susah payah mendorong Lesie ke kursi penumpang sebelum sebuah teriakkan menghentikannya.
“Hey, tunggu!” Gaby berlari diikuti kedua Jemi dan Nonky. Lelaki itu sempat kagum melihat wanita mabuk masih bisa berlari secepat itu. “Lo mau bawa temen gue ke mana?”
“Yaelah pake nanya, lo kayak ga tau aja. Kenapa? Mau gabung?” jawab Moris sambil mendorong Lesie hingga terduduk di kursi penumpang.
“Tapi temen gue bukan cewek yang bisa lo ajak ke hotel. Cari cewek laen, kek! Di dalem kan masih banyak.”
“Gue maunya sama dia. Lagian orangnya juga ga ngambek, kok. Ga usah ikut campur lah.”
“Heh, lo ga bisa bawa temen gue dalam keadaan dia yang ga sadar gini!” Gaby mendorong Moris, lalu menarik Lesie keluar.
“Woi! Lo gak usah ikut campur kenapa, sih?! Emangnya gue bakalan apain dia? Orang kita cuman mau seneng-seneng doang, kenapa elu yang risi kayak gue mau ambil perawan lo aja!” Moris menarik tangan Lesie yang sudah keluar dari mobil.
“Lo gak bisa seenaknya, ya! Gue bisa laporin ke polisi!” Gaby menarik tangan Lesie yang satunya lagi. Sementara Jemi masih berusaha memijat tengkuk Nonky yang muntah-muntah di belakang salah satu mobil.
“Gue jamin bakal balikin dia besok dalam keadaan utuh. Jangan norak dong lo jadi cewek! Pergi gak lo?” teriak Moris.
Moris mendorong Gaby yang membuatnya mundur beberapa langkah, tetapi Gaby tidak menyerah. Dia kembali menarik tangan Lesie, sementara Moris menarik tangan yang satunya lagi. Akhirnya Tarik-tarikkan pun terjadi selama beberapa detik sehingga Moris yang sudah kesal menarik tangan Lesie dengan kasar sampai badan wanita itu menubruknya. Lesie yang merasakan pusing karena ditarik ke sana kemari, merasakan mual yang teramat sangat sehingga isi perutnya keluar mengenai leher Moris dan membasahi seluruh pakaian lelaki itu.
Sementara Gaby melakukan touch up, Lesie terlebih dahulu memperagakan busananya. Dia memakai sweater motif tribal berwarna cerah paduan biru dan kuning, dilengkapi dengan hotpants berwarna putih dan creeper shoes hitam. Jemi mengarahkan Lesie untuk menaiki batu raksasa di sisi kebun. Selanjutnya, Lesie memperagakan dress berwarna merah dipadu dengan stocking jaring hitam sambil membawa sekeranjang strawberry.
Nonky ikut mengarahkan dan menyiapkan baju untuk kedua model tersebut yang akan memperagakan puluhan busana. Giliran Gaby yang memiliki wajah lebih tegas dari Lesie, jadi lebih pantas memperagakan busana yang lebih tomboy seperti jacket kulit, ripped jeans, serta boots.
Pemotretan tersebut berlangsung selama hampir empat jam. Itu pun, belum semua baju yang diperagakan. Mereka beristirahat selama satu jam dan melanjutkan pemotretan di balkon. Nonky bersyukur karena Lesie bisa menyembunyikan kesedihannya di depan kamera meski setelahnya temannya itu kembali berdiam diri dengan pandangan mata yang kosong.
Nonky mengambil beberapa kaleng bir di dalam kulkas dan menyimpannya di lantai tempat Jemi dan Gaby duduk kecapekan.
Sambil menikmati sosis bakar dan birnya, Gaby menyikut Nonky. Dia menunjuk Lesie dengan dagunya yang sedang memeluk guling dan terlihat melamun. Nonky menjawab Gaby dengan berbisik, memberitahukan bahwa Lesie belum bisa menerima kenyataan tentang keputusan Tarlan. Gaby mengangguk, lalu merencanakan sesuatu untuk Lesie.
***
“Let’s get the party started!” seru Gaby sambil menggas mobilnya menuju ke sebuah klub.
Nonky yang beberapa hari terakhir otaknya terlalu kaku akibat mengurus bisnis, sangat antusias untuk acara party malam ini. Sedangkan di belakangnya, Lesie tampak tidak begitu bersemangat, meski Nonky dan Gaby sudah mendandaninya habis-habisan. Lesie yang sebelumnya enggan untuk bergabung dengan kedua temannya itu, akhirnya setuju dan berharap bisa melupakan Tarlan dengan beberapa teguk alkohol.
Mobil berbelok ke arah Sukajadi, Nonky merapikan rambutnya yang sepanjang bawah telinga lalu mengulas kembali bibirnya dengan lipstick berwarna bloody mary. Jemi sudah menunggu mereka di Mansion dan membooking kursi untuk wanita-wanita itu. Jemi, sang Photographer, yang juga teman kuliah Lesie dan Nonky, sudah menjadi bagian bisnis mereka sedari awal. Lelaki yang memiliki kulit hitam manis akibat sering melakukan pemotretan outdoor dan hobi travelling ini, siap menghibur Lesie dari kegalauannya menghadapi kenyataan karena kehilangan lelaki yang dicintainya.
Seorang DJ meniupkan peluit sambil menepukkan tangan di atas kepalanya yang botak menandakan bahwa party telah dimulai. Sorak sorai terdengar riuh dan beberapa orang turun ke dancefloor, memulai untuk menggerakkan badan mengikuti arahan DJ keturunan Rusia itu.
Jemi berdiri ketika melihat ketiga temannya datang. Lesie dan Nonky mengempaskan diri ke sofa berwarna putih susu. Lesie meminta Jemi memesan tequila double. Jemi pun menyalakan cricket lalu mengacungkannya, tidak lama kemudian seorang waiters yang mengenakan rok denim hitam menghampiri meja mereka.
Beberapa menit kemudian, delapan gelas tequila dalam shot glass sudah tersedia di meja dengan sepiring kecil lime dan garam. Lesie membubuhkan garam ke sekeliling gelas tequila-nya, lalu meneguk sebanyak dua kali sambil mengernyitkan kening untuk merasakan kehangatan mengalir di tenggorokan, sebelum meneguknya kembali hingga habis.
Gemuruh sorak semakin ramai dari para penggila party ketika DJ menambah beat musiknya. Jemi sudah menarik seorang wanita entah dari mana untuk membawanya turun ke dancefloor. Lesie menolak ketika Nonky dan Gaby mengajaknya untuk bergabung bersama Jemie. Ia sebenarnya sudah lama tidak mau menginjak klub lagi, rasanya seperti anak ABG yang sedang mencari kesenangan. Kesenangan Lesie sendiri kali ini adalah melihat kepala Tarlan dalam sebuah toples yang berisikan air keras.
“Ayo dong, Les, kita kan di sini mau have fun,” ajak Nonky.
“Iya, nanti gue nyusul. Lo duluan aja.”
Gaby mencubit lengan Nonky untuk tidak memaksa Lesie yang kembali meraih gelas tequilanya yang kedua.
Ruangan semakin memanas, Lesie melihat Gaby membuka coat-nya yang kini tersampir di bahu seorang lelaki, memperlihatkan seluruh kaki jenjangnya yang mulus. Tarian Nonky sudah tidak beraturan di depan seorang DJ sambil meneriakkan sesuatu yang tidak terdengar karena dikalahkan oleh dentuman musik. Sementara Jemi yang sudah melepas perempuan tadi, kini mengangkat rokoknya tinggi-tinggi sambil mengagumi bokong seorang wanita seksi yang menari erotis. Pemandangan itu membuat Lesie terkikik melihat tingkah teman-temannya.
“Mbak, maaf ada titipan dari meja yang di ujung.” Lesie mendongak untuk melihat seorang waiters yang membawa satu gelas berisikan air berwarna biru.
“Dari siapa, ya?”
Waiters itu menunjuk salah seorang lelaki yang sedang memerhatikan Lesie sambil memajukan minuman di tangannya. Lesie pun mengambil minuman yang berwarna biru tersebut dari tangan si waiters dan balas memajukan gelasnya kepada lelaki itu sambil tersenyum. Keduanya meneguk minuman sambil terus memandang satu sama lain. Karena telah mendapat signal, lelaki itu pun menghampiri Lesie dan duduk di sebelahnya.
“Sendiri?”
“Bareng temen. Tuh lagi di bawah semua.” Lesie menunjuk sekumpulan orang di dancefloor. Lelaki itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya.
“Moris.”
“Lesie.”
***
Sudah lebih dari tiga jam menari, Nonky merasa dirinya lemas dan sempoyongan untuk mencapai meja. Dia menyandarkan kepala sambil memejamkan mata dan memijat pelipisnya yang terasa berat, juga perutnya yang bergejolak menahan mual. Gaby menyusul Nonky dan langsung ambruk di sofa.
“Gila! Udah ga kuat lagi gue dicekokin si Jemi,” kata Gaby.
“Si Lesie mana, sih?” tanya Nonky.
“Turun ke dancefloor, kali,” jawab Gaby sambil memejamkan matanya dan meringkuk di lengan kursi.
Sementara itu, Jemi kembali ke meja dengan botol martel yang sudah kosong, ketika Gaby menekankan lime ke mulutnya untuk menghilangkan rasa pahit setelah meneguk tequila, lalu memberikan satu gelas pada Nonky yang langsung ditolaknya.
“Jem, lo liat Lesie, ga?” tanya Gaby.
Jemi hanya menggeleng. “Terakhir gue lihat, dia masih duduk di sini.”
Mendengar itu, Gaby segera bangkit untuk mencari Lesie. Sebagian orang sudah menyerah dan kembali ke mejanya masing-masing. Gaby mulai mencari Lesie di toilet, dancefloor dan bar, tetapi Lesie tidak ada di manapun. Gaby kembali ke mejanya dan meminta Jemi dan Nonky untuk berpencar mencari Lesie di luar.
“Jem, Non, Lesie ga ada. Kita cari keluar, yuk,” pinta Gaby dengan nada khawatir.
“Palingan juga ke toilet,” sahut Nonky.
“Udah gue cari ke sana tapi ga ada, Non. Buruan, dong, entar dia ilang.”
Jemi yang mendengar itu sontak tertawa. “Nyantai aja, kali, si Lesie kan bukan anak kecil lagi.”
“Masalahnya dia mabok dan abis putus cinta. Lo tau, kan, orang dalam keadaan kayak gitu bisa ngelakuin hal yang bodoh?!”
Karena menyadari bahwa perkataan Gaby bisa saja benar, Jemi jadi membayangkan Lesie yang keluar naik lift ke atas gedung lalu terjun ke bawah. Dia pun bergidik dan segera menarik Nonky yang sempoyongan sementara Gaby sudah jalan secepat mungkin di depan mereka.
Udara luar sangat dingin pada jam dini hari, sehingga membuat Gaby sadar bahwa dia telah kehilangan coatnya. Dia lupa di mana terakhir kali menaruh benda tersebut, tetapi kemudian tidak mempedulikannya karena dia lebih peduli pada Lesie yang sekarang entah berada di mana.
***
Moris menyeret Lesie keluar. Tinggi badan Lesie yang hampir menyamainya dan keadaannya yang sudah teler menyusahkan Moris untuk bergerak lebih cepat. Wanita itu terus-terusan mengoceh mengenai lelaki yang disebutnya brengsek, bajingan, kurang ajar dan lainnya, membuat Moris berkesimpulan bahwa Lesie baru mendapatkan pengkhianatan dari seorang lelaki.
Moris sangat tetarik dengan Lesie sejak pertama kali melihatnya. Lesie memiliki tubuh yang indah seperti Candice Swanepoel. Kulitnya putih, matanya besar dan bening, rambutnya ikal dan hitam mengkilap, serta memiliki bibir yang sangat sexy. Lelaki itu selalu keluar klub dengan menggandeng wanita untuk ditidurinya. Dan kali ini, Moris beruntung karena mendapatkan wanita secantik Lesie.
Moris membuka pintu mobil Vios hitamnya, dengan susah payah mendorong Lesie ke kursi penumpang sebelum sebuah teriakkan menghentikannya.
“Hey, tunggu!” Gaby berlari diikuti kedua Jemi dan Nonky. Lelaki itu sempat kagum melihat wanita mabuk masih bisa berlari secepat itu. “Lo mau bawa temen gue ke mana?”
“Yaelah pake nanya, lo kayak ga tau aja. Kenapa? Mau gabung?” jawab Moris sambil mendorong Lesie hingga terduduk di kursi penumpang.
“Tapi temen gue bukan cewek yang bisa lo ajak ke hotel. Cari cewek laen, kek! Di dalem kan masih banyak.”
“Gue maunya sama dia. Lagian orangnya juga ga ngambek, kok. Ga usah ikut campur lah.”
“Heh, lo ga bisa bawa temen gue dalam keadaan dia yang ga sadar gini!” Gaby mendorong Moris, lalu menarik Lesie keluar.
“Woi! Lo gak usah ikut campur kenapa, sih?! Emangnya gue bakalan apain dia? Orang kita cuman mau seneng-seneng doang, kenapa elu yang risi kayak gue mau ambil perawan lo aja!” Moris menarik tangan Lesie yang sudah keluar dari mobil.
“Lo gak bisa seenaknya, ya! Gue bisa laporin ke polisi!” Gaby menarik tangan Lesie yang satunya lagi. Sementara Jemi masih berusaha memijat tengkuk Nonky yang muntah-muntah di belakang salah satu mobil.
“Gue jamin bakal balikin dia besok dalam keadaan utuh. Jangan norak dong lo jadi cewek! Pergi gak lo?” teriak Moris.
Moris mendorong Gaby yang membuatnya mundur beberapa langkah, tetapi Gaby tidak menyerah. Dia kembali menarik tangan Lesie, sementara Moris menarik tangan yang satunya lagi. Akhirnya Tarik-tarikkan pun terjadi selama beberapa detik sehingga Moris yang sudah kesal menarik tangan Lesie dengan kasar sampai badan wanita itu menubruknya. Lesie yang merasakan pusing karena ditarik ke sana kemari, merasakan mual yang teramat sangat sehingga isi perutnya keluar mengenai leher Moris dan membasahi seluruh pakaian lelaki itu.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved