Bab 9 Lepaskan Bajunya

by Athifa 08:00,Jan 01,1970
Bab 9 Lepaskan Bajunya

Tapi orang-orang yang memakai jas hitam di sekeliling Andika tetap berdiri mematung. Tidak ada satupun yang berani untuk bergerak maju, tubuh mereka sedikit gemetar, mereka menundukkan kepala tidak berani berkata apapun.

Bagaimana mungkin mereka berani langsung bergerak melepaskan baju Olivia? Betapapun tuan muda Andika tidak menyukai wanita ini, tapi wanita ini juga adalah nyonya muda, wanita kepunyaan tuan muda Andika. Kalau sungguh berani menyentuhnya, mungkin saja mereka akan mati.

"Andika, kau sungguh abnormal!!!" Seluruh tubuh Olivia gemetar. Ia berdiri dan melayangkan tinjunya berusaha untuk memukul Andika, "Kau gila!!!"

"Abonormal?! Gila?!"Andika langsung mengulurkan tangannya menahan gerakan Olivia, memegang pergelangan tangannya, dan berkata dengan kejam, "Baik, kalau demikian, biar aku sendiri saja yang bertindak."

Olivia membelalakkan matanya ketakutan. Ia bergumul melepaskan duru dari penindasan yang dilakukan Andika. Tapi tentu saja tenaga wanita tidak bisa dibandingkan dengan tenaga pria.

Hanya terdengar suara robekan…

Suara kain yang dirobek terdengar di telinganya, ternyata baju snag gadis telah dirobek oleh Andika menggunakan mulutnya.

Perasaan terhina merasuki hatiOlivia, sungguh menyedihkan…

"Andika, kau sungguh monster! Lepaskan aku!"Olivia meronta-ronta berusaha keras melepaskan diri dari Andika. Dengan marah ia berkata, "Bajingan, kau samakan aku dengan apa? Kau sebenarnya menganggap aku apa?!"

"Di mataku, kau rendahan! Seorang gadis yang sudah tidak perawan!"Andika tertawa dingin melihat Olivia.Ia mengulurkan tangannya mencubit dagu Olivia. Tapi tidak sangka Olivia lebih cepat satu langkah darinya. Dengan buas gadis itu menggigit tangannya!

Seketika itu juga, Andika agak melepaskan tekanannya terhadap sang gadis. Olivia sangat senang, dengan ganasnya ia mendorong mundur Andika, kemudian ia pergi dari sofa kulit putih tersebut.

Pada saat didorong mundur oleh Olivia, permata yang berada di saku Andika terjatuh keluar. Olivia melihat benda berbentuk permata yang berwarna hijau gelap terjatuh keluar dari sakunya. Gadis itu merasa tidak asing dengan benda tersebut, tapi ia tidak sempat untuk melihatnya dengan seksama, ia segera kabur.

"Berhenti!!!" Andika mulai mencaci maki.

Olivia mana mungkin menurut. Ia segera mengambil pakaiannya, kemudian berlari keluar dari ruang tamu.

"Nyonya muda, tuan muda menyuruh anda berhenti." Satu pelayan wanita berusaha untuk menghalangi dia kabur, wajahnya menyiratkan perasaan senang atas penderitaan orang lain. "Lebih baik anda masuk kembali."

"Lepaskan!" ucap Olivia marah. Seluruh tubuhnya gemetar. Dia sungguh telah dihina habis-habisan oleh Andika, dan tidak ada seorangpun yang membantunya.

"Nyonya, saya adalah pelayan keluarga tuan ini. Apapun perintah tuan, saya turuti. Tolong nyonya juga demikian, jangan membuat kesulitan." Sambil berkata demikian, pelayan wanita itu berkedip dengan pelayan-pelayan lain. Selanjutnya, kerumunan itu datang dan menghalangi jalannya untuk kabur.

"Hai wanita, selama masih ada aku, kau tidak akan bisa kabur kemanapun!"

Suara Andika terdengar dari belakang, seperti ular berbisa yang melingkar di telinganya. "Kau boleh pergi, asalkan kau menuruti aku dan puaskan aku!"

"Tidak akan kubiarkan kau mendapatkan apa yang kau mau. Tidak akan, bermimpilah!" kata Olivia menggertakkan giginya. Kemudian ia berbalik menerobos pelayan-pelayan wanita itu dan berlari ke kamarnya sendiri.

Andika terdiam. Mereka tidak menyangka gadis ini masih ingin kabur, tiba-tiba ia tertawa dingin, "Kalian halang-halangi dia, lepaskan bajunya! Olivia, pelacur tetap saja pelacur, aku ingin lihat sampai berapa lama kau bisa berpura-pura.

Setelah berkata demikian, ia segera berjalan kearah Olivia. Pelayan-pelayan wanita disamping begitu mendengar perkataannya, dengan segera sibuk mengelilingi Olivia.

Olivia terkejut. Ia mundur ke belakang, hatinya sungguh tersiksa. Kenapa dia bisa menikah dengan orang seperti ini!

"Andika, kau tidak bisa memperlakukan aku seperti ini. Aku istrimu!"Dia berteriak.

"Istri? Heh, kau tidak pantas!"Andika tertawa dingin, "Olivia, keluarkan saja sifat aslimu, jangan berpura-pura lagi. Pura-pura seperti wanita suci, padahal kamu sama sekali bukan. Kau bukan perawan! Pelacur!"

Andika tertawa, nada bicaranya mengandung "cuka" yang dirinya sendiri bahkan tidak menyadarinya.

Begitu teringat bahwa wanita itu pernah memuaskan pria lain, amarah Andika muncul tak terkendali. Dia memandang Olivia, sorot matanya ibarat pisau yang membuat Olivia gemetar. Ia sungguh ketakutan.

Sorot mata pria ini sungguh menakutkan!

Sambil membasahkan bibirnya, sang gadis tak kuat menahan tawa, air mata mulai memenuhi bola matanya, tapi tetap ia tahan. Ia memandang Andika dengan serius dan berkata, "Sudah kukatakan, aku bukan orang seperti itu. Kau tidak percaya, ya apa boleh buat…"

"Aku tidak percaya? Benarkah?"Andika memandang seluruh tubuh Olivia dengan penuh hina, lalu tertawa dingin, "Yang aku tahu, tubuhmu lebih jujur daripada mulutmu…"

Wajah Olivia berubah kaku dan pucat. Ia merasa para pelayan wanita di sekelilingnya pun turut memandang rendah dia.

Sambil menggertakkan gigi, Olivia sadar harapannya telah musnah. Ia melihat sekelilingnya, Andika pun tidak memercayainya, tidak ada seorangpun disini yang bisa membantunya. Dia hanya seorang diri disini…

Tubuhnya terus bergerak mundur, tiba-tiba ia merasa menyentuh pilar batu dibelakangnya. Olivia tersentak. Sadar dirinya sudah tidak bisa kabur lagi, dia tidak bisa apa-apa. Oleh karena itu, ia menggertakkan gigi sambil berkata dengan marah kepada Andika, "Andika, jangan kemari. Kalau kau berani maju satu langkah saja, aku akan membenturkan diri. Kau lihat saja!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

487