Bab 3 Sangat Tidak Cocok Menikah Dengannya
by Athifa
08:00,Jan 01,1970
Bab 3 Sangat Tidak Cocok Menikah Dengannya
Di kamar hotel, Andika yang dalam keadaan setengah telanjang sedang sibuk mengenakan pakaiannya. Ia memandang keluar jendela sambil mengerutkan dahi.
"Made!"
Mendengar suara panggilan, seorang pria botak berpakaian jas berjalan masuk. Dengan penuh hormat ia berkata, "Boss, anda sudah bangun?"
Dengan sorot mata yang tetap memandang keluar jendela, Andika bertanya, "Bagaimana hasil investigasinya?"
"Hasil investigasi sudah keluar, yaitu Rio dari PT Marine." kata Made. Wajahnya berubah menjadi keras. Dengan marah ia berkata, "Terakhir kali dia gagal bersaing dengan kita dalam menawar sebuah proyek usaha pemerintah, sekarang dia berencana agar anda terlibat skandal. Dia memasukkan obat guna-guna kedalam bir anda untuk menjebak anda!"
"Orang itu bahkan sudah menyiapkan wartawan, menunggu berita ini muncul di publik keesokan harinya. Hal ini tentu akan menimbulkan kerugian yang amat besar bagi perusahaan kita! Untungnya anda segera mengerti maksudnya, anda meninggalkan kamar yang sebelumnya telah disiapkan perangkap tersebut sehingga bajingan itu pulang dengan "sukacita hampa".
Ujung bibir Andika tersenyum jahat, tapi wajahnya yang tampan terlihat sedikit gusar. "Rio, orang ini bukan yang pertama kalinya mengacau di lingkungan bisnis. Rupanya ia berani main perhitungan dengan saya. Kalau saya tidak memberinya sedikit pelajaran, dia pasti mengira saya Andika adalah orang yang terlalu baik, huh!"
Made mengangkat kepalanya memandang Andika, "Boss, apa tindakan anda untuk mengatasi masalah ini?"
Dengan pelan ia memutarkan cincin di ibu jarinya yang melambangkan kekuasaan. Andika tertawa dingin, "Hancurkan!"
Made terbiasa dengan cara "menangani seseorang" dengan kejam. Dia mengangguk setuju, "Baik."
Setelah berkata demikian, Made tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dengan terburu-buru berkata, "Oh ya, Boss. Wanita yang anda inginkan, keluarga Olivia merespon dengan sangat cepat. Mereka setuju untuk menandatangani dokumen ini!" sambil berkata demikian, Made menyerahkan selembar dokumen resmi kepada Andika.
Andika hanya menatapnya dengan dingin. Ia tidak mengambil dokumen itu, malahan ia sibuk mengenakan kemejanya. Ia memberikan instruksi, "Cari tahu siapa yang memesan kamar A308 ini. Saya mau mencari wanita itu!"
"Baik."
Setelah Made keluar, Andika melihat di bawah bantalnya ada permata berwarna hijau gelap tanpa cacat. Sekali lihat, segera ia tahu bahwa itu adalah benda mahal.
Ia membungkuk mengambil permata itu. Andika mengamat-amatinya dengan baik. Tak lama kemudian bibirnya menyunggingkan senyum, lalu dia menyimpan "harta" itu.
Jangan-jangan permata ini milik si wanita itu! Tiba-tiba saja Andika teringat akan wanita itu. Wanita itu sangat wangi. "Aku harus menemukan dia!" ucapnya mantap.
Saat meninggalkan hotel, Andika melihat pria tampan yang mengenakan pakaian santai. Pria itu sedang bersandar pada pintu mobil Ferrari sambil melambaikan tangan padanya.
Andika menaikkan alis, lalutertawa. Ia kemudian berjalan kearah Tomi, lalu menepuk pundaknya dan berkata dengan akrab, "Kau kapan kembali kesini? Kenapa tidak memberitahuku?"
"Pagi ini pesawatku baru mendarat. Aku dengar kau ada disini, jadi aku segera menemuimu."
Berbeda denganAndika yang seram dan tegang, wajah Tomi yang tampan itu selalu "mengenakan" senyum yang lembut. Sosok yang sopan danberadabmembuat siapapun yang melihatnyatertarik dengannya.
Setelah memberikan instruksi kepada orang di belakangnya, Andika langsung duduk di mobil balap Ferrari Tomi. Dengan senyum yang berkelakar ia berkata, "Ria masih terus memikirkanmu. Kalau dia mendengar kau kembali ke negara ini, pastilah dia akan segera kemari mencarimu."
"Jangan bercanda!" kata Tomi. Ia memasang sabuk pengaman sambil tersenyum dan berkata, "Yuk bicarakan tentang dirimu. Aku dengar lo tentang masalahmu, sangat luar biasa!"
"Memang sangat luar biasa!" Bibir Andika menyunggingkan senyum jahat, "Aku bertemu dengan seekor kucing kecil liar yang coba mengancamku. Tapi saat itu… sangat indah!"
Andika tidak pernah "kekurangan wanita" di sisinya, tapi ia jarang menaruh perhatian khusus pada seorang gadis. Oleh karena itulah ekspresinya sekarang yang ingin agar ini terus berlanjut membuat Tomi merasa heran.
Tapi saat teringat akan rencana Andika yang itu, Tomi mengerutkan alisnya dan bertanya, "Bagaimana caramu untuk menangani Olivia? Apakah kau benar-benar berencana akan menikahinya?"
"Menikahinya?" Andika tertawa dingin. Dia berkata dengan nada menghina, "Putri wanita itu? Sama sekali tidak pantas bagiku!"
Diiringi suara mesin yang keras, mobil balap itu meninggalkan dermaga. Sambil Tomi memegang setir, dengan kalimat yang jujur dan tulus ia berkata, "Dendam keturunan yang lalu untuk apa diwarisi? Olivia tidak tahu apa-apa, dia tidak bersalah. Selain itu aku dengar, dia seorang pelajar yang cerdas, cantik, dan masih perawan, tidak seperti gadis yang kau bayangkan."
"Putri pelacur masih perawan dari mana?" Andika menatap pemandangan yang terus maju lewat kaca jendela. Wajahnya tanpa ekspresi, nada bicaranya yang dingin membuat orang lain takut. "Ibu seperti itu, anak juga pasti seperti itu. Meskipun gadis itu masih perawan, tetap tidak pantas untuk dikasihani!"
Di kamar hotel, Andika yang dalam keadaan setengah telanjang sedang sibuk mengenakan pakaiannya. Ia memandang keluar jendela sambil mengerutkan dahi.
"Made!"
Mendengar suara panggilan, seorang pria botak berpakaian jas berjalan masuk. Dengan penuh hormat ia berkata, "Boss, anda sudah bangun?"
Dengan sorot mata yang tetap memandang keluar jendela, Andika bertanya, "Bagaimana hasil investigasinya?"
"Hasil investigasi sudah keluar, yaitu Rio dari PT Marine." kata Made. Wajahnya berubah menjadi keras. Dengan marah ia berkata, "Terakhir kali dia gagal bersaing dengan kita dalam menawar sebuah proyek usaha pemerintah, sekarang dia berencana agar anda terlibat skandal. Dia memasukkan obat guna-guna kedalam bir anda untuk menjebak anda!"
"Orang itu bahkan sudah menyiapkan wartawan, menunggu berita ini muncul di publik keesokan harinya. Hal ini tentu akan menimbulkan kerugian yang amat besar bagi perusahaan kita! Untungnya anda segera mengerti maksudnya, anda meninggalkan kamar yang sebelumnya telah disiapkan perangkap tersebut sehingga bajingan itu pulang dengan "sukacita hampa".
Ujung bibir Andika tersenyum jahat, tapi wajahnya yang tampan terlihat sedikit gusar. "Rio, orang ini bukan yang pertama kalinya mengacau di lingkungan bisnis. Rupanya ia berani main perhitungan dengan saya. Kalau saya tidak memberinya sedikit pelajaran, dia pasti mengira saya Andika adalah orang yang terlalu baik, huh!"
Made mengangkat kepalanya memandang Andika, "Boss, apa tindakan anda untuk mengatasi masalah ini?"
Dengan pelan ia memutarkan cincin di ibu jarinya yang melambangkan kekuasaan. Andika tertawa dingin, "Hancurkan!"
Made terbiasa dengan cara "menangani seseorang" dengan kejam. Dia mengangguk setuju, "Baik."
Setelah berkata demikian, Made tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dengan terburu-buru berkata, "Oh ya, Boss. Wanita yang anda inginkan, keluarga Olivia merespon dengan sangat cepat. Mereka setuju untuk menandatangani dokumen ini!" sambil berkata demikian, Made menyerahkan selembar dokumen resmi kepada Andika.
Andika hanya menatapnya dengan dingin. Ia tidak mengambil dokumen itu, malahan ia sibuk mengenakan kemejanya. Ia memberikan instruksi, "Cari tahu siapa yang memesan kamar A308 ini. Saya mau mencari wanita itu!"
"Baik."
Setelah Made keluar, Andika melihat di bawah bantalnya ada permata berwarna hijau gelap tanpa cacat. Sekali lihat, segera ia tahu bahwa itu adalah benda mahal.
Ia membungkuk mengambil permata itu. Andika mengamat-amatinya dengan baik. Tak lama kemudian bibirnya menyunggingkan senyum, lalu dia menyimpan "harta" itu.
Jangan-jangan permata ini milik si wanita itu! Tiba-tiba saja Andika teringat akan wanita itu. Wanita itu sangat wangi. "Aku harus menemukan dia!" ucapnya mantap.
Saat meninggalkan hotel, Andika melihat pria tampan yang mengenakan pakaian santai. Pria itu sedang bersandar pada pintu mobil Ferrari sambil melambaikan tangan padanya.
Andika menaikkan alis, lalutertawa. Ia kemudian berjalan kearah Tomi, lalu menepuk pundaknya dan berkata dengan akrab, "Kau kapan kembali kesini? Kenapa tidak memberitahuku?"
"Pagi ini pesawatku baru mendarat. Aku dengar kau ada disini, jadi aku segera menemuimu."
Berbeda denganAndika yang seram dan tegang, wajah Tomi yang tampan itu selalu "mengenakan" senyum yang lembut. Sosok yang sopan danberadabmembuat siapapun yang melihatnyatertarik dengannya.
Setelah memberikan instruksi kepada orang di belakangnya, Andika langsung duduk di mobil balap Ferrari Tomi. Dengan senyum yang berkelakar ia berkata, "Ria masih terus memikirkanmu. Kalau dia mendengar kau kembali ke negara ini, pastilah dia akan segera kemari mencarimu."
"Jangan bercanda!" kata Tomi. Ia memasang sabuk pengaman sambil tersenyum dan berkata, "Yuk bicarakan tentang dirimu. Aku dengar lo tentang masalahmu, sangat luar biasa!"
"Memang sangat luar biasa!" Bibir Andika menyunggingkan senyum jahat, "Aku bertemu dengan seekor kucing kecil liar yang coba mengancamku. Tapi saat itu… sangat indah!"
Andika tidak pernah "kekurangan wanita" di sisinya, tapi ia jarang menaruh perhatian khusus pada seorang gadis. Oleh karena itulah ekspresinya sekarang yang ingin agar ini terus berlanjut membuat Tomi merasa heran.
Tapi saat teringat akan rencana Andika yang itu, Tomi mengerutkan alisnya dan bertanya, "Bagaimana caramu untuk menangani Olivia? Apakah kau benar-benar berencana akan menikahinya?"
"Menikahinya?" Andika tertawa dingin. Dia berkata dengan nada menghina, "Putri wanita itu? Sama sekali tidak pantas bagiku!"
Diiringi suara mesin yang keras, mobil balap itu meninggalkan dermaga. Sambil Tomi memegang setir, dengan kalimat yang jujur dan tulus ia berkata, "Dendam keturunan yang lalu untuk apa diwarisi? Olivia tidak tahu apa-apa, dia tidak bersalah. Selain itu aku dengar, dia seorang pelajar yang cerdas, cantik, dan masih perawan, tidak seperti gadis yang kau bayangkan."
"Putri pelacur masih perawan dari mana?" Andika menatap pemandangan yang terus maju lewat kaca jendela. Wajahnya tanpa ekspresi, nada bicaranya yang dingin membuat orang lain takut. "Ibu seperti itu, anak juga pasti seperti itu. Meskipun gadis itu masih perawan, tetap tidak pantas untuk dikasihani!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved