Bab 2 Mencari-Cari Masalah
by Athifa
08:00,Jan 01,1970
Bab 2 Mencari-Cari Masalah
"Kau siapa? Lepaskan aku!"
"Tunggulah, maka akan ku katakan siapa aku."
Pria tersebut tinggi besar. Saat bicara, napasnya terasa panas, membuat leher Olivia terasa gatal. Ya ampun, apa yang terjadi? Apa yang orang ini inginkan?
"Bajingan! Apa yang mau kau lakukan? Lepaskan aku!" Olivia berusaha melepaskan diri dari pelukan pria tersebut.
"Jadilah penurut!" Pria tersebut mengulurkan tangan meraba leher Olivia yang panjang. Suaranya serak tapi "manis" didengar, membuat siapapun yang mendengarnya mau tidak mau menurut.
Olivia sangat ketakutan, ia memukul-mukul dengan ganas. Meskipun belum lama berada di masyarakat, tapi dia sudah dapat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kalau kau berani menyentuhku, kau akan menyesal! Bajingan! Lepaskan aku!" Olivia memberontak.
"Aku akan menyesal? Memangnya apa yang akan kaulakukan?"Andika menaikkan alisnya, nadanya mengolok.
Tanpa menunggu jawaban, Andika mendorong tubuhnya kedepan sehingga Olivia terdesak di dinding. Olivia panik. Dia ingin berteriak, tapi detik berikutnya sang pria langsung menarik dan memeluknya jatuh ke ranjang.
Olivia yang sempat sesaat bebas mencoba untuk kabur dengan membalik badan. Tapi siapa sangka, tubuh sang pria yang berat dapat menahannya sehingga ia benar-benar tidak dapat kabur dan tidak dapat melawan. Pria itu kemudian menciumnya, seluruh suara teriakan Olivia seakan "tertelan" sama sekali.
Setelah kejadian itu…
Dengan air mata yang berusaha kuat untuk ditahan, Olivia menggertakkan gigi memandang marah pria tersebut. Melalui cahaya yang terpancar dari gorden jendela, ia ingin melihat sosok pria di depannya ini. Tapi karena terlalu gelap, ia tidak dapat melihatnya. Yang ia tahu, pria tersebut sangat kuat.
"Kau itu siapa? Kenapa melakukan ini padaku?"
"Hehe…" pria itu senyum. Tangannya membelai wajah Olivia. "Sangat menyenangkan, tadi reaksimu lumayan juga."
"Plak!" Olivia menampar tangan pria yang kurang ajar itu. Ia kemudian bangkit dari ranjang itu, lalu berteriak, "Aku tanya, kau itu siapa!"
"Puaskan aku dulu, baru akan ku katakan siapa aku" kata Andika. Tangannya bersiap untuk menarik Olivia mendekat.
Kurang ajar! Sampah!
"Bajingan! Tidak ada yang mau memuaskanmu!" Olivia memeluk tubuhnya erat-erat sambil mencari pakaiannya di lantai. Bagaimanapun juga, ia harus kabur sekarang! Ia tidak boleh lama-lama di tempat ini.
Seakan dapat menebak pikiran Olivia, sang pria tertawa. Suaranya mengejek, seakan ia adalah raja yang mengontrol tempat itu. "Kau kira kau bisa kabur? Hai gadis, aku nasehatkan kau untuk membuang ide bodohmu itu!"
Jarinya mengusap bibirnya yang kecil. Sang pria tertawa licik, lalumelanjutkan, "Penampilan yang galak dan keras seperti ini tidak cocok denganmu. Penampilan kau yang tadi lebih manis…"
Perkataannya itu memiliki arti yang dalam…
"Bajingan!" Olivia mengamuk. Walaupun kelihatannya lemah, tapi dia bukan gadis yang merasa dirinya lemah. Ditengah amarahnya, dia mengambil sebuah gelas dan melemparnya dengan ganas.
Ditengah kegelapan, sang pria dengan mudahnya menghindari lemparan gelas yang berbahaya itu. Ia menaikkan alis, ingin lanjut menggoda Olivia, tapi sebelum senyumnya sempat mengembang,perutnya tiba-tiba terasa sangat sakit.
"Kau, beraninya kau…"
"Tentu saja aku berani!" Olivia memotong kata-kata sang pria danmenarik kembali kakinya yang panjang. Ia sangat puas mendengar suara kesakitan pria itu, kemudian dengan bencinya ia berkata, "Pria sampah yang penuh nafsu sepertimu sudah seharusnya diberi pelajaran!!!"
Setelah berkata demikian, sementara sang pria mengaduh kesakitan, Olivia segera memakai kembali bajunya, membuka pintu, dan berlari.
Melihat wanita itu akan kabur, Andika mengerutkan alisnya. Dengan sangat marah ia mencaci maki, "Kau! Berhenti! Jangan lari!"
"Yang tidak lari berarti bodoh!" Olivia memandangnya dengan sombong sambil mengolok, "Sekalian memberitahu, walaupun ini adalah yang pertama bagiku, tapi melihat kelakuanmu seperti itu, sungguh… sangat… rendah!" Kemudian ia segera pergi.
Diluar hotel, Olivia menghembuskan napas panjang. Setelah bisa menenangkan diri, ia mengusap lehernya seperti kebiasaannya, tapi tidak ada apa pun di lehernya! Dia ternganga.
"Ya ampun! Permataku! Itu adalah warisan turun-temurun yang diberikan ayah!"
Hotel!!! Pasti terjatuh di hotel! Tapi, bagaimana ia dapat mengambilnya kembali? Pria itu pasti masih ada disana!
Teringat akan pria itu membuat air mata Olivia jatuh tak tertahankan. Ini adalah yang pertama… Beginilah keperawanannya hilang.
Bahkan wajah pria itu pun tidak terlihat jelas…
"Kau siapa? Lepaskan aku!"
"Tunggulah, maka akan ku katakan siapa aku."
Pria tersebut tinggi besar. Saat bicara, napasnya terasa panas, membuat leher Olivia terasa gatal. Ya ampun, apa yang terjadi? Apa yang orang ini inginkan?
"Bajingan! Apa yang mau kau lakukan? Lepaskan aku!" Olivia berusaha melepaskan diri dari pelukan pria tersebut.
"Jadilah penurut!" Pria tersebut mengulurkan tangan meraba leher Olivia yang panjang. Suaranya serak tapi "manis" didengar, membuat siapapun yang mendengarnya mau tidak mau menurut.
Olivia sangat ketakutan, ia memukul-mukul dengan ganas. Meskipun belum lama berada di masyarakat, tapi dia sudah dapat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kalau kau berani menyentuhku, kau akan menyesal! Bajingan! Lepaskan aku!" Olivia memberontak.
"Aku akan menyesal? Memangnya apa yang akan kaulakukan?"Andika menaikkan alisnya, nadanya mengolok.
Tanpa menunggu jawaban, Andika mendorong tubuhnya kedepan sehingga Olivia terdesak di dinding. Olivia panik. Dia ingin berteriak, tapi detik berikutnya sang pria langsung menarik dan memeluknya jatuh ke ranjang.
Olivia yang sempat sesaat bebas mencoba untuk kabur dengan membalik badan. Tapi siapa sangka, tubuh sang pria yang berat dapat menahannya sehingga ia benar-benar tidak dapat kabur dan tidak dapat melawan. Pria itu kemudian menciumnya, seluruh suara teriakan Olivia seakan "tertelan" sama sekali.
Setelah kejadian itu…
Dengan air mata yang berusaha kuat untuk ditahan, Olivia menggertakkan gigi memandang marah pria tersebut. Melalui cahaya yang terpancar dari gorden jendela, ia ingin melihat sosok pria di depannya ini. Tapi karena terlalu gelap, ia tidak dapat melihatnya. Yang ia tahu, pria tersebut sangat kuat.
"Kau itu siapa? Kenapa melakukan ini padaku?"
"Hehe…" pria itu senyum. Tangannya membelai wajah Olivia. "Sangat menyenangkan, tadi reaksimu lumayan juga."
"Plak!" Olivia menampar tangan pria yang kurang ajar itu. Ia kemudian bangkit dari ranjang itu, lalu berteriak, "Aku tanya, kau itu siapa!"
"Puaskan aku dulu, baru akan ku katakan siapa aku" kata Andika. Tangannya bersiap untuk menarik Olivia mendekat.
Kurang ajar! Sampah!
"Bajingan! Tidak ada yang mau memuaskanmu!" Olivia memeluk tubuhnya erat-erat sambil mencari pakaiannya di lantai. Bagaimanapun juga, ia harus kabur sekarang! Ia tidak boleh lama-lama di tempat ini.
Seakan dapat menebak pikiran Olivia, sang pria tertawa. Suaranya mengejek, seakan ia adalah raja yang mengontrol tempat itu. "Kau kira kau bisa kabur? Hai gadis, aku nasehatkan kau untuk membuang ide bodohmu itu!"
Jarinya mengusap bibirnya yang kecil. Sang pria tertawa licik, lalumelanjutkan, "Penampilan yang galak dan keras seperti ini tidak cocok denganmu. Penampilan kau yang tadi lebih manis…"
Perkataannya itu memiliki arti yang dalam…
"Bajingan!" Olivia mengamuk. Walaupun kelihatannya lemah, tapi dia bukan gadis yang merasa dirinya lemah. Ditengah amarahnya, dia mengambil sebuah gelas dan melemparnya dengan ganas.
Ditengah kegelapan, sang pria dengan mudahnya menghindari lemparan gelas yang berbahaya itu. Ia menaikkan alis, ingin lanjut menggoda Olivia, tapi sebelum senyumnya sempat mengembang,perutnya tiba-tiba terasa sangat sakit.
"Kau, beraninya kau…"
"Tentu saja aku berani!" Olivia memotong kata-kata sang pria danmenarik kembali kakinya yang panjang. Ia sangat puas mendengar suara kesakitan pria itu, kemudian dengan bencinya ia berkata, "Pria sampah yang penuh nafsu sepertimu sudah seharusnya diberi pelajaran!!!"
Setelah berkata demikian, sementara sang pria mengaduh kesakitan, Olivia segera memakai kembali bajunya, membuka pintu, dan berlari.
Melihat wanita itu akan kabur, Andika mengerutkan alisnya. Dengan sangat marah ia mencaci maki, "Kau! Berhenti! Jangan lari!"
"Yang tidak lari berarti bodoh!" Olivia memandangnya dengan sombong sambil mengolok, "Sekalian memberitahu, walaupun ini adalah yang pertama bagiku, tapi melihat kelakuanmu seperti itu, sungguh… sangat… rendah!" Kemudian ia segera pergi.
Diluar hotel, Olivia menghembuskan napas panjang. Setelah bisa menenangkan diri, ia mengusap lehernya seperti kebiasaannya, tapi tidak ada apa pun di lehernya! Dia ternganga.
"Ya ampun! Permataku! Itu adalah warisan turun-temurun yang diberikan ayah!"
Hotel!!! Pasti terjatuh di hotel! Tapi, bagaimana ia dapat mengambilnya kembali? Pria itu pasti masih ada disana!
Teringat akan pria itu membuat air mata Olivia jatuh tak tertahankan. Ini adalah yang pertama… Beginilah keperawanannya hilang.
Bahkan wajah pria itu pun tidak terlihat jelas…
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved