Bab 12: Bersulang

by Jazz Amburcy 22:01,Feb 20,2025
"Sederhana saja, itu kuncinya. Tutur kata pun, biasa saja."

"Emosi jangan berlarut-larut. Kau bukan seorang aktor."

"Tak perlu skenario yang rumit."

"Aku hanya ingin lihat caramu jalani."

"Kesedihanmu terlalu palsu. Bagaikan aktor tanpa talenta."

"Penonton tahu, tanpa kau berucap."

""

Ketika suara magnetis Leonardi terdengar, entah mengapa, suasana bar yang semula penuh dengan percakapan dan tawa tiba-tiba terhenti.

Semua orang menoleh ke arah pria muda yang sedang berdiri di atas panggung.

"Eh? Kenapa orang ini yang nyanyi? Bukankah biasanya Pak Adam yang tampil?"

"Tapi pria ini bernyanyi dengan sangat baik ..."

Suasana taverna segera menjadi sunyi.

Bahkan Pak Adam, pria paruh baya yang sedang beristirahat di antara penonton, tidak bisa menahan diri untuk tidak menatap Leonardi.

Bukan karena dia belum pernah bertemu pengunjung yang bernyanyi di atas panggung, tetapi ini adalah pertama kalinya dia mendengar seseorang bernyanyi dengan begitu luar biasa.

Selain itu, lagu ini benar-benar sangat bagus ...

Di atas panggung, mata Leonardi tampak kosong, jarinya dengan lihai menyentuh senar gitar. Setiap petikan senar menghasilkan perasaan yang penuh dengan keputusasaan dan patah hati, begitu mendalam hingga mampu menyentuh hati para penonton.

Termasuk Tina.

Begitu paduan suara dimulai, emosi lagu itu mencapai klimaksnya.

"Saya seharusnya bekerja sama denganmu dalam penampilan ini, tapi aku berpura-pura tidak peduli."

"Kamu memaksa orang yang paling mencintaimu untuk bertindak tanpa persiapan."

"Kapan kita mulai mengesampingkan batasan kita?"

"Menuruti perubahan zaman dan menyaksikan pertunjukan yang buruk."

Leonardi tidak berteriak, tetapi emosi yang begitu mendalam itu mampu menembus hati, membuat semua orang merasakan ketegangan.

Rasanya seperti ada yang menahan tubuh dan tidak memberi ruang untuk bergerak, bahkan meskipun menggertakkan gigi, mereka tidak tahu bagaimana cara melepaskan kekuatan.

Sebentar saja, seluruh penonton di dalam taverna tenggelam dalam perasaan tersebut, dengan mata yang tampak memerah.

Lagu itu berlanjut, tetapi emosi yang tercipta malah terasa seperti sebuah kelegaan.

"Tapi kamu sangat mencintaiku, mengapa kamu harus mempermasalahkan rincian?"

"Apa yang harus aku lakukan agar tidak merasa bosan?"

"Jadi, ketika cinta mulai longgar, segala hal seperti ini terjadi."

"Itulah ujian..."

Leonardi berhenti menyanyi, tepat pada waktunya.

Seperti dalam lirik lagu, tokoh pria dalam lagu itu melepaskan dirinya, dan penonton pun merilekskan tubuh mereka.

Sesaat, kombinasi relaksasi tubuh dan jiwa membuat mereka merasakan sensasi menggigil dan merinding.

Barulah setelah air mata jatuh di punggung tangan mereka, banyak orang menyadari bahwa mereka telah menangis.

Suasana hening setelah lagu berakhir, dan setelah beberapa saat, tepuk tangan mulai terdengar. Awalnya pelan, tetapi semakin lama semakin keras, hingga akhirnya memenuhi seluruh ruangan.

Leonardi bangkit dari kursi tinggi, membungkuk sedikit, meletakkan gitarnya, dan turun dari panggung.

Pada saat itu, Pak Adam tersadar seolah baru bangun dari mimpi dan segera memanggil Leonardi yang sedang berjalan melewatinya.

"Nak, lagu apa yang baru saja kamu nyanyikan?"

Leonardi menjawab, "Lagu ini berjudul 'Sang Aktor'."

"Sang Aktor ... Kenapa aku belum pernah mendengar lagu ini sebelumnya? Lagu ini sangat bagus, seharusnya lagu ini terkenal!" Pak Adam bergumam.

Leonardi tersenyum dan menjawab, "Terima kasih, tentu saja Bapak belum pernah mendengar lagu ini, karena ini pertama kalinya saya menyanyikannya."

Pak Adam terdiam, lalu tiba-tiba terkejut!

Apakah dia yang menulis lagu ini sendiri?

Ketika Pak Adam menoleh lagi, Leonardi sudah berada di kursinya.

Tina sedang menonton video di ponselnya yang baru saja dia rekam saat Leonardi bernyanyi.

Melihat Leonardi datang, Tina berkata: "Lagu Sang Sang Aktor sangat bagus, bahkan tidak kalah dengan Sang Diva. Selain itu ... kamu sangat menawan saat bernyanyi!"

"Kebetulan, video ini bisa diposting di TikTok untuk meningkatkan popularitasmu. Lihat deh, bagaimana kalau pakai filter ini ..."

Tina mengangkat wajahnya dan ingin bertanya pendapat Leonardi, tetapi Leonardi juga mencondongkan tubuh untuk melihat video tersebut.

Jarak antara keduanya hanya sepuluh sentimeter.

Saat itu, waktu seakan terhenti, dan mereka terdiam di tempat.

Leonardi bahkan bisa merasakan hawa panas dari napas Tina yang beraroma Baileys, sangat harum dan manis.

Mereka saling menatap, menghindari pandangan satu sama lain, seolah ada aliran panas yang mengalir ke kepala mereka, membuat keduanya merasa sedikit terombang-ambing dan detak jantung mereka semakin cepat tanpa bisa dijelaskan.

"Eh ..."

Leonardi memperbaiki posisinya dan berkata dengan agak canggung berkata, "Kamu pilih saja, aku percaya pada penilaianmu."

Tina tidak berani menatapnya dan hanya mendengus pelan.

Leonardi kembali duduk di kursinya dan keduanya terdiam. Leonardi kemudian membuka ponselnya, membuka TikTok, dan menonton video itu.

Video tersebut tampaknya mendapat promosi dari aplikasi TikTok, dan jumlah suka mulai bertambah pesat, setiap kali di-refresh jumlahnya meningkat ratusan, bahkan ribuan!

Tak diragukan lagi, video itu menjadi viral, dan jumlah pengikut Leonardi di TikTok juga melonjak pesat!

Tina juga menyadari hal ini. Dia segera menanggalkan rasa malu dan berkata dengan semangat, "Videomu viral! Leonardi, kamu jadi terkenal!"

"Aku tahu ... Kamu sudah mengatakan itu sejuta kali hari ini." Leonardi sedikit canggung. Namun, saat melihat Tina, dia tidak bisa menahan senyumnya.

"Benarkah?" Tina tersenyum dan mengangkat gelasnya untuk Leonardi: "Mari kita rayakan ini untukmu, ayo! Bersulang!"

Leonardi mengangkat gelas coca-colanya dan berkata, "Bersulang!"

Mereka terus makan dan minum hingga tengah malam dan Leonardi akhirnya kembali ke rumah Tina.

Sebenarnya, dia seharusnya tidak pergi ke rumah Tina malam ini.

Leonardi menginap di rumah Tina semalam karena mabuk dan Tina-lah yang membawanya pulang. Hal ini masih bisa diterima.

Namun, jika malam ini dia kembali ke sana, akan terkesan tidak sopan.

Namun ...

"Tina? Tina, bangun! Kita sudah sampai!" Leonardi memegang tubuh Tina yang sedang mabuk. Di sisi lain, dia juga memegangi ambang pintu dan berusaha menjaga sikap sopannya.

Dia tidak menyangka Tina yang terlihat tidak terlalu gemuk ternyata begitu berat!

Leonardi kelelahan dan terengah-engah hanya untuk membawa Tina melewati dua lampu merah.

Namun, akhirnya mereka sampai di rumah.

Leonardi mengangkat Tina ke kamar tidur utama, kemudian dengan hati-hati membantunya melepas jas dan kaus kakinya.

Namun, meskipun sangat hati-hati, Leonardi tetap saja membuat ujung pakaian Tina sedikit terlepas.

Saat itu, Tina yang bahunya setengah terbuka terlihat sangat memikat, seperti sebuah harta yang tak ragu-ragu menampilkan pesonanya kepada Leonardi!

Sekarang, jika Leonardi menginginkannya, Tina bisa saja dia miliki sepenuhnya!

Namun, Leonardi tetap tenang, bahkan ada sedikit rasa empati di matanya.

Dia mengambil pembersih makeup dari kamar mandi, menghapus riasan ringan di wajah Tina, dan menyiapkan air panas untuknya.

Itulah yang Leonardi pelajari dari Jocelyn.

Leonardi menghapus keringat di wajahnya dan memandang Tina yang terbaring di tempat tidur dengan ekspresi tenang. Ia merasa lega.

"Ternyata merawat orang mabuk itu memang merepotkan ... Aku benar-benar tidak tahu bagaimana kamu bisa membawaku pulang kemarin malam." Leonardi menatap Tina dalam-dalam, mematikan lampu kamar, dan diam-diam meninggalkan ruangan ...

Pada saat yang sama, Stella sedang membujuk Jocelyn untuk menerima endorsement. Dia kemudian menerima telepon dari perusahaan.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

70