Bab 4: Jangan Sepelekan Pemuda Miskin

by Jazz Amburcy 22:00,Feb 20,2025
Apakah pria ini datang hanya untuk merusak segalanya?

Kenapa dia datang ke konser jika memiliki kemampuan seperti itu? Apa Freya setara dengannya?

Freya berdiri di antara penonton. Dia merasa terkejut dan hatinya penuh dengan berbagai hal yang ingin dia utarakan.

Kenapa dia membawa seorang penonton sehebat itu ke atas panggung?

Dengan lagu sebagus ini, bagaimana Freya bisa melanjutkan penampilannya ke lagu-lagu berikutnya?

Tiba-tiba, Freya merasa bahwa menjadi penonton itu lebih baik. Sekarang, panggung ini terasa seperti lautan api dan gunung pedang baginya!

Namun, ini adalah konser pribadinya. Meskipun dia ingin, dia tak bisa sembunyi!

Freya menarik napas dalam-dalam dan melangkah ke atas panggung dengan kepala tegak.

Setelah menerima mikrofon dari Leonardi dengan perasaan campur aduk, dia bertanya dengan suara lantang kepada seluruh penonton, "Apakah dia menyanyi dengan baik?"

"Bagus!"

Puluhan ribu orang menjawab dengan penuh antusias. Mereka bersorak dan mengaum, bahkan beberapa orang tidak sempat menghapus air mata mereka.

Kemampuan untuk menggugah emosi seperti ini sangat jarang dalam karier menyanyi Freya!

Menghadapi situasi seperti ini, Freya tak tahu bagaimana cara mengambil alih suasana yang begitu panas ini.

Dia bahkan sempat membayangkan bahwa dia akan viral di Twitter besok. Ratu Freya tak bisa mengalahkan penggemar amatir. Selama beberapa saat, senyum Freya yang sudah kaku menjadi semakin pahit.

"Wow! Kak, kenapa kamu berpura-pura lemah padahal kemampuan nyanyimu tak kalah dari aku? Benarkah kamu bukan seorang penyanyi?" tanya Freya setengah bercanda.

"Tidak," Leonardi menggelengkan kepala dan berkata, "Ini pertama kalinya aku naik ke atas panggung dalam hidupku. Lagu ini baru aku buat setelah putus dengan pacarku hari ini."

"Kak, ternyata kamu begitu berbakat dalam dunia musik! Boleh aku tahu alasan kalian putus? Mungkin aku bisa membantumu!"

Leonardi menjawab dengan jujur, "Karena aku tidak punya uang."

"Uh ..."

Freya merasa canggung. Dia tidak menyangka Leonardi akan begitu blak-blakan tanpa menjaga reputasinya sendiri.

"Kalau begitu ... apakah ada hal lain yang ingin kamu katakan padanya?"

Leonardi terdiam sejenak dan secara otomatis ingin berkata tidak.

Namun, begitu dia memegang mikrofon, tiba-tiba Leonardi teringat sesuatu. Dia berubah pikiran dan berkata sambil tersenyum tipis, "Kalau aku harus mengatakan sesuatu, aku ingin berkata ..."

"Meskipun sudah kaya dan sukses, jangan menghina orang yang sudah hina."

Mendengar ini, seluruh penonton tiba-tiba terdiam, kemudian tertawa terbahak-bahak.

Sepertinya, pemuda ini tidak hanya pandai bernyanyi, tapi juga punya mental yang bagus. Bahkan dia bisa melontarkan lelucon di saat seperti ini.

Freya menutup mulut dan tertawa. "Hahaha, kakak satu ini lucu sekali. Pacarmu pasti akan menyesal di masa depan. Hmm ... aku punya satu pertanyaan terakhir. Lagu yang tadi kamu nyanyikan, ada judulnya?"

"Sang Diva."

"Sang ... Diva?" Mulut Freya terkatup kaku.

Menyanyikan "Sang Diva" di konser seorang Diva. Tiba-tiba, Freya teringat akan lirik lagu tersebut.

Sialan!

Pria ini pasti datang untuk merusak konsernya!

Pemuda ini memang tampan, tapi ternyata dia juga memiliki sisi gelap!

Terima kasih, aku sangat tersentuh!

Freya berkata, "Ahem ... Lagu 'Sang Diva' ini memang sangat bagus. Aku merasa tidak layak hanya dengan memberikan album yang sudah ditandatangani. Bagaimana kalau kita bertukar kontak? Kita bisa bermain musik bersama kalau ada waktu ..."

Freya mengeluarkan ponselnya dan dengan ceria melambai-lambaikannya ke arah Leonardi.

Tiba-tiba, terdengar raungan dari penonton!

Bisa bertukar kontak dengan Sang Diva! Ini adalah hal yang banyak penggemar impikan!

"Ahhh!!!"

Di tengah teriakan yang mengguncang, Leonardi yang tiba-tiba merasa sedikit bingung, langsung mengangguk dan berkata, "Ah ... Oke."

Dia mengeluarkan ponselnya, membuka kunci layar, membuka WhatsApp, dan mengklik kode QR. Gerakannya terlihat agak canggung.

Bukan karena dia gugup, melainkan efek alkohol yang terasa sepenuhnya.

Leonardi hanya ingin segera turun dari panggung. Kalau tidak, dia akan membuat diri sendiri malu di bawah sorotan lampu. Lebih baik dia langsung turun!

Setelah suara "bip" yang jelas terdengar dari ponsel Freya, Leonardi hampir merebut album dari tangannya, menyodorkan mikrofon ke tangan Freya, dan melesat meninggalkan panggung.

Melihat punggung Leonardi yang pergi, Freya merasa sedikit bingung.

Kenapa dia merasa Leonardi sangat terburu-buru untuk meninggalkannya?

Apakah pemuda itu hanya melakukan ini untuk menjual album yang sudah ditandatangani Freya?

Kalau tahu begitu, Freya akan memberikannya pada Leonardi meski dia nyanyikan lagu anak-anak!

Bagaimana Freya harus membersihkan kekacauan ini? Leonardi tidak tahu dan bahkan tak ingin tahu. Dia hanya merasa bahwa otak dan tubuhnya mengalami penundaan jaringan, bahkan untuk berjalan saja dia merasa tak stabil!

Leonardi kembali ke tempat duduknya dengan tubuh yang agak terhuyung, lalu dengan cepat berbisik kepada Tina, "Malam ini ... maaf, kamu ... lanjut nonton saja dulu, aku ... aku pergi duluan ..."

"Pergi dulu?" Tina sedikit terkejut saat melihat Leonardi yang terhuyung-huyung dan hendak berdiri untuk pergi.

Saat dia hendak bertanya ada apa, tiba-tiba tubuh yang panas jatuh ke arahnya.

Itu adalah tubuh Leonardi!

Dia akhirnya tidak mampu bertahan lagi dan benar-benar pingsan!

Gerakan keduanya kini terlihat sangat ambigu, seolah-olah Leonardi sedang memeluk leher Tina dengan penuh nafsu.

Nafas panas yang penuh dengan bau alkohol menyentuh leher Tina, membuatnya terkejut dan wajahnya memerah.

"Hei! Kamu ... jangan pingsan!" Tina sangat panik.

Tina secara naluriah ingin mendorong Leonardi. Namun, Leonardi justru memeluknya seperti orang tenggelam yang memegang kayu apung. Dia mau melepaskan Tina.

Setelah beberapa kali berjuang dan gagal keluar dari pelukan erat itu, Tina akhirnya membiarkannya.

Tina menyadari tatapan heran dari orang-orang sekitar, lalu dengan nada jengkel dia mengomel pada Leonardi, "Leonardi, kenapa kamu mabuk di saat seperti ini? Kenapa tidak sebelumnya atau nanti saja?"

Tina memandang Freya yang masih bernyanyi dengan keras di atas panggung, lalu menatap Leonardi di sampingnya. Setelah beberapa detik berpikir, dia akhirnya membantu Leonardi berdiri dan membawanya keluar dari stadion sambil menutupi wajahnya.

Dia terus menggumamkan kata-kata.

"Rugi sekali ... aku bahkan belum selesai menonton konser!"

Di sebuah tempat parkir terbuka tak jauh dari Falcon Stadium, Tina berjuang untuk mendorong Leonardi ke dalam kursi penumpang Porsche 918 dan mengikat sabuk pengamannya.

"Kamu keluar sendirian dalam keadaan mabuk dan membuatku harus mengantarmu pulang. Benar-benar ..." Tina mengomel, lalu tiba-tiba berhenti. "Eh? Pulang? Di mana rumahmu?"

Tina menoleh dan melihat Leonardi yang tak sadarkan diri. Seketika itu juga, dia menepuk dahinya.

"Sudahlah ..."

Dia menghela napas dan berkata, "Kalau begitu, aku hanya bisa membantumu menyewa kamar di hotel. KTPmu pasti ada di kantong, 'kan? Biarkan aku mencarinya untukmu ..."

"Hmm ... Ada kamera pengawas di mobil. Aku tidak memanfaatkanmu!"

Tina berkata kepada Leonardi, seakan membela diri. Kemudian, dia mulai merogoh saku Leonardi dengan hati-hati .

Namun, tepat pada saat itu, sebuah tangan besar yang hangat tiba-tiba menutupi tangannya, membuat Tina terdiam seketika.

Dia mengangkat kepalanya dengan rasa bersalah dan menemukan bahwa Leonardi sedang terpejam, alisnya sedikit berkerut. Dia tidak tahu apakah Leonardi merasa tidak nyaman karena mabuk atau sedang memikirkan sesuatu yang menyedihkan.

Tina menatap wajah Leonardi dan teringat bagaimana dia bermain dan menyanyikan "Sang Diva" tadi ...

"Sendirian dan mabuk bisa berbahaya ... Aku benar-benar berutang padamu!" Tina menggeram, lalu masuk ke mobil dan mengunci pintu.

Porsche 918 itu pun mulai berjalan, keluar dari tempat parkir dengan sangat pelan tanpa menimbulkan suara.

Di sisi lain, penonton yang merekam video Leonardi saat bernyanyi di konser juga sudah mengunggahnya ke TikTok.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

70