Bab 8 Part 8

by Neng Gemoy 18:29,Nov 05,2024
Di salah satu sudut kampus aku bersandar pada sebuah tembok yang usang, tak peduli baju ini akan kotor atau terihat jorok nantinya aku pun tak masa bodoh akan hal tersebut, karena disinilah tempat paling tenang dari suara bising kendaraan. tempat ini terletak di bagian belakang kampusku, dibalik gedung utama. nampak beberapa pepohonan yang berdiri di depanku menghiasi halaman yang lumayan luas, kesan teduh terhembus dari semilir angin yang bertiup kearahku.

Aku sangat merindukan suasana seperti ini, sangat tenang dan damai apa lagi tanpa adanya si pembuat onar adrian, dia tadi sempat izin padaku kalau ingin pulang lebih cepat karena ada urusan keluarga. hari ini akan aku nikmati untuk menghirup udara kebebasanku tanpa harus was-was akan kelakuan adrian.

Semester empat baru memasuki pekan ke-2 atau dua minggu telah berlalu, jumlah sks yang aku ambil di semester ini tidak lah banyak dan tentunya si adrian pun mengambil jumlah yang sama denganku jadi kita selalu bebarengan tiap harinya.

Setelah beberapa jam berlalu aku pun memutuskan untuk pergi kekantin untuk mengobati rasa dahagaku, berjalan dalam iringan gerimis hujan yang rintik-rintik membuat langkah ini terasa berat karena jalanan yang ku tempuh terlihat becek.

"Tap.. tap.. tap.. ", suara langkah kakiku yang terayun cepat layaknya orang berlari yang menerjang genangan air, dan setelah sampai di kantin aku segera membersihkan pakaianku yang basah oleh tetesan gerimis, aku mencari tempat duduk yang kosong dan segera mendudukinya tak lupa aku pun memesan secangkir teh hangat untuk menemaniku selama di kantin. disaat aku menikmati minumanku, terdengar suara wanita samar-samar dari belakangku yang sepertinya sedang membicarakanku.

"Eehh.. tuh bukannya anak yang waktu itu yaa.. !", ucap seorang wanita dengan berbisik kepada temannya.

"Yang lu ajakin taruhan tinggi-tinggian IP !", ucap wanita itu lagi.

"Iihhh.. bikin ilfil aja, cabut aja yuk !", ucap dari seseorang yang suaranya sangat tidak asing lagi di ingatanku.

Mendengar percakapan itu didalam hati pun timbul perasaan penasaran tentang siapa mereka ini dan aku juga ingin tau siapa orang yang mereka omongin. jika langsung menoleh kebelakang maka akan terkesan menegaskan kalau aku adalah orang yang mereka omongin, jika seperti itu berarti mereka bisa memutar balikan fakta nantinya. aku harus cari cara bagaimana bisa mengetahui mereka tanpa menimbulkan kesan apa pun.

Dengan sengaja aku pun menjatuhkan pulpenku supaya saat aku mengambilnya aku bisa melirik kearah mereka yang sedang duduk di belakangku. namun pulpen yang aku jatuhkan malah terpental kebelakangku dan jatuh tepat di bawah kursi salah satu wanita itu. dan dengan memasang wajah polos tak berdosa aku pun meminta izin kepada wanita tersebut untuk mengambil pulpenku yang terjatuh, tentu saja dengan nada sopan.

"Permisi, pulpen saya jatuh di bawah kursi situ !", ucapku sangat lembut pada seorang wanita yang duduk membelakangiku.

Wangi yang begitu khas ini mengingatkanku pada seseorang, dari bentuk tubuhnya dan suaranya sepertinya wanita ini adalah anggun wijayanata, dan benar saja dia pun menoleh kepadaku dan kulihat wajah yang tak bersahabatnya menatap padaku.

"Cabut yuk.. najis gue ada disini !", ucapnya dengan menyindirku.

Mendengar sindiran itu aku pun hanya bisa tersenyum kecil dan berharap dalam hati semoga saja kau akan terkena balasannya suatu saat nanti. anggun pun menggeser kursinya lalu berdiri kemudian dia pun melangkah pergi dengan meninggalkan kesan keangkuhannya padaku. setelah mereka pergi aku pun mengambil pulpen yang sengaja aku jatuhkan tadi, dan setelah itu aku pun kembali duduk di kursiku lalu kunikmati lagi secangkir teh hangat yang tersisa setengah itu.

Dan tak selang beberapa lama kemudian datanglah salah satu teman dari anggun, dan dengan sombongnya dia pun melemparkan sebuah amplop tepat di atas mejaku.

"Tuh duit buat bayar semesteran lu, anggun tau lu gak punya duit buat bayar semester ini makanya anggun kasih duit itu buat lu, biar lu bisa fokus belajar untuk bisa ngalahin dirinya !", ucapnya sangat sombong sekali.

"Tapi inget.. jika lu kalah maka lu harus balikin duit itu utuh dan lu harus bisa mengabulkan satu permintaannya !", ucap dari teman anggun.

Setelah dia menyampaikan pesan dari anggun dan memberikan amplop berisi duit itu padaku, wanita itu pun pergi tanpa ada rasa sopannya kepadaku. beginilah kelakuan anak orang kaya yang selalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya, dia tidak tau bagaimana susahnya nyari uang sehingga dengan mudahnya dia menghamburkannya begitu saja. sepertinya aku harus memberikan mereka sedikit pelajaran tentang bagaimana cara menghargai uang.

Aku pun beranjak pergi dari kantin setelah membayar secangkir minuman teh hangat itu, ku ikuti arah dimana wanita suruhan anggun tadi berjalan, setapak demi setapak langkah kaki ini akhir sampai pada sebuah ruangan perpustakaan. kuperhatikan sekeliling lalu ku lihat anggun dan kedua temannya sedang membaca buku di salah satu meja yang berada di pojokan, dan dengan santainya aku pun menghampiri anggun lalu aku duduk tepat di depannya.

Melihat keberadaanku yang tiba-tiba saja ada di hadapan mereka, mereka pun nampak kaget sekali dan ingin sekali membentakku, namun karena ini adalah perpustakaan mereka pun menjaga attitude dan etika mereka.

"Hey.. !", sapaku datar.

"Ngapain lu kesini !", ucap anggun padaku dengan nada yang kesal.

"Sssstttt... !", desis mulutku menyuruh mereka untuk diam.

Disaat mereka diam dan memperhatikanku dengan tatapan yang tajam, ku ambil sebuah amplop yang diberikan oleh salah satu teman anggun kepadaku tadi, lalu ku buka amplop tersebut dan kuambil semua duit yang ada di dalam amplop itu. lalu tepat di hadapan mereka aku pun merobek semua duit itu dan robekan itu ku hamburkan tepat ke arah wajah anggun, hingga duit yang sudah terobek-robek itu bertebaran di sekitar wajahnya.

"Gue gak butuh duit lu.. !", ucapku lirih dengan nada serius dan tatapan yang tajam.

Terlihat wajah yang sangat terpukul oleh hinaan yang aku berikan dan tentu saja rasa malu yang sangat menyudutkannya membuatnya geram setengah mati kepadaku, semua orang yang ada di sekitar meja itu memfokuskan pandangannya pada kami, mata mereka tertuju pada aksiku dan robekan uang yang terhambur di sekitar tubuh anggun.

Setelah itu aku pun pergi meninggalkan mereka, dengan begini mental mereka akan merasa seperti aku injak-injak dan perasaan jengkel mereka kepadaku akan semakin menjadi-jadi atau bisa menjadi sebuah kebencian. jika ucapan adrian benar maka sebaiknya aku menggunakan kebencian itu sebagai alat untuk mendapatkan perhatian dari anggun, akan aku ubah kebencian untuk menjadi sebuah cinta, lalu akan ku balas semua hinaanmu padaku.

Dan setelah aku keluar dari perpustakaan itu tiba-tiba anggun mengikutiku dari belakang dan menghentikan langkahku.

"Berhenti !", ucap anggun dengan sedikit membentakku.

Aku pun berhenti dan membalikan tubuhku ke arah anggun, raut mukanya sangat emosi sekali kepadaku.

"Maksud lu apaan tadi ?", tanyanya dengan emosi.

"Balikin duit lu !", ucapku santai.

"Emang kayak gitu caranya.. lu gak pernah di ajarin sopan santun ama ortu lu yaa ?", tanyanya dengan nada tinggi.

"Enggak pernah !", jawabku simpel.

"Gue udah berniat baik untuk bantu lu supaya lu bisa fokus dalam pertaruhan kita, tapi kayak gini balasan lu atas bantuan gue !", ucap anggun dengan mengacuhkan jari telunjuknya kepadaku.

"Iya.. !", ucapku singkat untuk memancing semua emosinya.

Nampak jelas sekali diwajah cantik wanita ini sebuah luapan emosi yang sengaja dia tahan, sepertinya ucapanku tadi benar-benar membakar amarahnya hingga wajahnya berubah seperti ingin sekali menelanku.

"Heh.. gue peringatin lu, lu udah salah milih orang untuk jadi musuh lu !", ucapnya mengancamku.

"Hooaaaammmm.... !", aku sengaja menguap di tengah amarah anggun.

Dengan sangat kesal melihat tingkahku mereka bertiga pergi meninggalkanku di lorong perpustakaan, dan setelah itu giliran diriku yang pergi menelusuri lorong ini. saat ku lihat jam tanganku waktu sudah menunjukan pukul 13:00 siang, lebih baik aku pulang saja sekarang karena dosen pembimbingku juga tidak masuk hari ini. dengan pulang lebih awal aku bisa istirahat sejenak sebelum melakukan aktifitasku yang lainnya yaitu bekerja di caffe.

Pukul 14:00 siang aku pun telah tiba di kontrakanku, ku lihat bu gina dengan menyapu di teras kontrakannya, dia terlihat menyapaku dengan senyuman kecil dari bibirnya. duuuhh.. wanita ini benar-benar menggodaku, otakku mulai berpikir yang aneh-aneh saat melihat bu gina, ini semua gara-gara adrian yang dengan sengaja mengomporiku dengan bu gina, setiap hari aku bertemu dengan bu gina pasti otakku selalu berpikiran untuk mesum dengannya saja.

Kubuka pintu kontrakanku dan aku masuk kedalamnya, saat aku berada di dalam kontrakanku aku mencium aroma dari asap rokok. tentu saja hal ini sangat mencurigakan karena aku bukan cowok perokok, aku hanya merokok jika ditawarin saja. dan sudah dua minggu sejak adrian menginap di kontrakanku, tidak ada lagi asap rokok yang menyelimuti ruangan ini dan adrian pun sudah 2 hari tidak bermain ke kontrakanku, lalu dari mana asap ini berasal, atau apa mungkin asap dari luar masuk ke dalam.

Ehmm... coba kita cek di tempat lain apakah asap ini juga ada disana, aku pun menuju ke kamarku dan saat mau kubuka pintu kamarku ternyata pintunya tidak tertutup dengan rapat, tidak biasanya aku menutup pintuku dengan seperti ini. aroma asap rokok juga tercium di kamarku tapi tidak seperti di ruangan depan yang sangat kental sekali aromanya. lalu ku perhatikan setiap sudut kamarku dan semua barang yang ada di kamar ini.


Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

171