Bab 2 Part 2

by Neng Gemoy 18:25,Nov 05,2024
"Ngapain lu ?", tanyaku pada adrian.

"Gue mau nyanyi, berisik aja lu... !", ucap adrian.

"Melayang jauh.. terbang tinggi.. bersama mimpi.. !", suara nyanyian adrian terdengar saat hancur namun keras sekali dia bernyanyi.

"Itu lagunya siapa... penasaran gue ?", tanya adrian padaku dengan tangannya mengoyang-goyang tanganku.

Gue juga tau kalau adrian sengaja memancingku untuk mau mengucapkan kata anggun, dia ingin mencari perhatian dari anggun melalui diriku. jika tidak di ladenin mungkin aksinya akan semakin menggila lagi oleh karena itu akhirinya aku pun menjawabnya dengan rada males.

"Anggun !", ucapku pelan.

"Siapa nath... gak denger gue ?", tanya ulang adrian.

"ANGGUN... !", ucap cukup keras.

"Oohh.. anggun yaa... memang anggun banget yaa tuh cewek !", ucap adrian dengan tatapan mata menuju ke arah anggun yang ada di belakangku.

"Pergi aja yuk !", ucapku lirih.

"Tunggu dulu, bentar lagi !", ucapan adrian lirih dan menahanku untuk tidak pergi.

"Yaaaa... cabut deh !", gumam adrian dengan sorot mata terarah ke gerombolan wanita yang ada di belakangku.

Gue mendengar suara gesekan bangku dengan lantai pertanda seseorang sedang mengatur bangku tersebut, lalu terdengar suara gumaman dari para wanita yang ada di belakangku, mereka pun melewati samping kiriku dan beranjak pergi meninggalkan kantin padahal baru sebentar saja mereka duduk di bangku itu, di saat mereka melewatiku mereka pun mengucapkan sindiran kepada kita berdua.

"Berisik banget !", ucap salah satu wanita dalam gerombolan itu.

"Maklum bocah kampung !", saut dari wanita yang lainnya.

Mendengar celoteh dari para wanita itu pasti adrian tidak akan terima begitu saja, adrian akan membalasnya dengan sindiran juga kepada mereka bertiga. dan benar saja dugaanku adrian pun melontarkan umpatannya kepada gerombolan wanita dengan nada keras.

"Modal cakep doank lu semua.. otak lu ga ada isinya !", umpatan adrian kepada gerombolan wanita itu.

Mendengar ucapan adrian yang sangat mengejek dan merendahkan mereka, maka mereka pun berhenti lalu kembali menghampiri kami yang sedang duduk di meja kantin. gue hanya bisa geleng-geleng doank melihat kelakukan adrian yang seperti bocah ini, ujung-ujungnya paling gue juga yang bakal dia libatkan dalam masalah ini.

"Hei.. lu bilang apa barusan ?", tanya salah satu wanita yang dalam kelompok tersebut.

"Udah bego.. tuli lagi.. kasian amat hidup lu !", sindir adrian kepada wanita yang menantangnya tersebut.

"Tuh mulut pernah di sekolahin gak seh.. !", ucap wanita itu dengan sangat kesal.

"Sudah.. gak ada gunanya ngeladenin manusia kayak gini, kita pergi saja !", ucap anggun pada temannya untuk menghentikan pertikaian.

"Lu tuh yang gak ada gunanya.. mending pergi jauh-jauh sono !", celetuk dari adrian.

Wajah anggun memang terlihat sangat ketus, judes dan cuek sekali namun saat mendengar ucapan dari adrian barusan membuat wajah cantiknya berubah menjadi sangat marah, gue lihat dia pun menatap adrian dengan tatapan yang galak dan tajam, dan telunjuknya dia arahkan ke wajah adrian.

"Heh.. gue dah coba sabar dan mengalah, kenapa lu masih nyolot !", ucap anggun pada adrian dengan kesal.

"Tunggu dulu.. bukan gue yang mulai tapi temen lu tuh ga punya etika !", ucap adrian pada anggun.

"Pakai ngatain kita berdua bocah kampung lagi !", sambung dari adrian.

"It's ok.. gue mewakili temen gue, gue minta maaf, dah kan !", ucap anggun pada adrian.

"Naahh.. gitu donk !", ucap adrian pada anggun.

"Tapi suruh juga teman lu itu minta maaf ama gue, karena tadi dia mengintip gue di toilet !", ucap anggun dengan menunjukku.

Anjrit... kenapa gue di bawa-bawa dalam masalah ini, sepertinya sudah waktunya diriku untuk masuk dalam permasalahan ini, dan yang membuatku heran adalah seorang anggunlah yang menyeretku kedalam perdebatan ini, bukannya teman baik si adrian.

"Weleh... sumpeh loe !", ucap adrian dengan alaynya.

"Lu tanya aja sama temen lu.. !", ujar anggun.

"Oohh, bedes... ngunu raimu gak ngejak aku, cok !", ucap adrian lirih kepadaku.
(Oohh monyet... gitu mukamu, gak ngajak aku, cok).

"Ada bukti ?", tanyaku pada anggun yang berdiri di hadapan adrian.

"Bukti... lu sendirian berdiri di depan pintu toilet, dan pura-pura menunggu giliran !", papar anggun.

"Itu baru dugaan.. !", ucapku memotong perkataan anggun.

"Semua orang yang tau hal ini pasti memiliki pemikiran yang sama denganku, yaitu lu pasti mengintipku !", jelas lagi anggun.

"Apa lu buta tentang hukum... dugaan tidak bisa menjadi bukti !", sangkalku atas pernyataan anggun.

"Gue tau tentang hal itu.. oleh karena itu kenapa waktu di toilet gue lebih meilih pergi dari pada berdebat dengan lu !", ucap anggun.

"Lalu kenapa sekarang lu berani menuduhku ?", tanyaku.

"Karena ini tempat rame, jika tadi gue menuduhmu mungkin bisa saja lu memperkosa gue karena tempat tadi begitu sepi !", jawab anggun.

"Secara gak langsung sudah dua tuduhan yang lu arahkan kepada gue, yang pertama mengintip dan yang kedua prasangka kalau gue bakal memperkosa lu.. jika kasus ini gue bawa ke ranah hukum, lu bakal kena jerat tentang pencemaran nama baik, mau !?", ucapku dengan nada mengancam.

"Sepertinya tittle IP tertinggi gak pantes buat lu.. !", sindirku lagi kepada anggun.

Kulihat wajah anggun begitu menahan amarahnya, dia sangat tersudut atas pernyataanku barusan, semoga itu bisa menjadi cambukan yang berarti buatnya agar bisa menjadi anak yang baik kedepannya. gue pun berdiri dari bangku yang aku duduki, lalu gue beranjak pergi dari kantin tersebut.

"Yuukk... kita cabut !", ucapku pada adrian.

"Wooww... gila lu, keren banget omongan lu bisa membuat diem mulut nih cewek !", pujian adrian padaku.

"Woi.. minggir gue mau lewat, perdebatan telah berakhir !", lagi-lagi adrian membuat ulah dengan sengaja memancing emosi ketiga cewek itu.

"Kayaknya IP tidak bisa menentukan kualitas otak seseorang deh !", sebuah sindiran kembali terlontar dari mulut adrian.

Gue dan adrian pun pergi meninggalkan ketiga wanita yang hanya berdiam diri saja tanpa melakukan apa pun, raut muka yang penuh dengan emosi dan rasa ingin membalas semua perlakuanku dan adrian sangat tersirat jelas di wajahnya. setelah beberapa langkah gue pergi meninggalkan mereka, tiba-tiba anggun menghentikan langkah kita berdua.

"Tunggu.. !", ucap anggun.

"Siapa nama lu ?", tanya anggun.

Mendengar ucapan anggun kita berdua pun membalikan badan dan menghadap ke arahnya, dan dengan spontan saja adrian sangat keGRan dan langsung memperkenalkan dirinya kepada anggun.

"Oohh.. ok, kenalin nama gue Adrian Matuhusein, panggil aja ian !", ucap adrian dengan dengan sumringah dan menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Bukan lu, bego.. !", ucap salah satu teman anggun.

Anggun nampak tak memperdulikan ucapan adrian dan tak merespon uluran tangan dari adrian, tatapan mata anggun mengarah tepat pada kedua bola mataku, sepertinya dia ingin mengetahui siapa diriku yang sebenarnya, dan gue pun memperkenalkan diri.

"Nathael !", ucapku singkat.

"Urusan kita belum selesai, dan gue ingin menantangmu !?", ucapan anggun sangat serius.

"Apa ?", sautku.

"Di semester 4 ini jika kau bisa mengalahkan IP gue, maka gue bakal kabulin satu permintaan lu !", ucapnya.

"Tapi kalau kal... !", sambung anggun namun terpotong oleh ku.

"Cukup.. gue cuma minta lu untuk membayar uang semester gue di semester 4 ini !", ucapku dengan memotong pembicaraan dari anggun.

"Sombong banget lu.. !", ucap dari teman anggun.

"Kepinteran lu udah bisa di taker.. dan gue juga udah ngelihat kelemahan lu !", ucapku dengan menatap anggun.

"Kenapa lu bisa seyakin itu ?", tanya anggun.

"Nath.. lu yakin amat, udah sakit lu yee !", saut adrian padaku.

"Salah satu kesalahan terbesar lu adalah lu terlalu meremahkan siapa lawan yang lu hadapi !", jelasku pada mereka.

"Ohh yaa.. tapi lu juga punya satu kelemahan yang jelas terlihat di mata gue, yaitu lu terlalu percaya diri akan kemampuan lu itu dan bahkan kau terkesan sangat sombong !", ucap anggun padaku.

"Hahaha.. sombong akan sebuah kemenangan itu suatu hal yang wajar !", sangkalku.

"Memang sangat wajar bila sudah ditentukan pemenangnya, tapi pertaruhan kita baru dimulai dan semua bisa berubah seiring berjalannya waktu !", ucap anggun dengan sangat tajam.

"Lu ingin tau kenapa cowok gak pernah menang kalau berdebat dengan seorang cewek ?", tanyaku pada anggun.

"Kenapa ?", tanya balik anggun kepadaku.

"Karena cewek punya dua mulut yang sama berisiknya !", ucapku padanya dengan sinis.

"Kurang ajar.. !", saut anggun.

Setelah puas berdebat akhirnya gue pun pergi meninggalkan mereka bertiga, langkah kakiku dan adrian segera menuju ke ruang kelas kami untuk mengecek apakah dosen yang akan mengajar kami sudah datang atau belum.

"Cooookkk... sumpah keren abis lu tadi !", ucapan adrian sangat terkesima denganku.

"Gak percuma aku duwe konco koyok awakmu, joss !", saut adrian lagi dengan mengacungkan dua jempolnya padaku.
(Tidak percuma aku punya teman sepertimu, sip).

"Lu bisa gak seh.. gak cari masalah mlulu !", ucapku ketus pada adrian.

"Lhaa... napa jadi gue yang salah, kan tadi masalah elu yang di bahas !", bantah adrian.

"Tapi kalau lu ga cari masalah dulu kan gak bakal sejauh ini jadinya !", ucapku lagi dengan santai.

"Yaa elah.. tapi ada untungnya juga lho, lu gak usah binggung mikirin uang semesteran lagi kalau menang !", ucap adrian.

"Bodohlah.. itu urusan lu, yang penting sabtu besok gue bisa ngintip bu gina... ohh bu gina, nenen buuuu... !", ucapan adrian terdengar sangat menjijikan.

Ehmm... ohh God, gue butuh bantuanmu untuk menghadapi temanku ini si adrian, sesungguhnya dia lah masalah terbesarku !.

Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

171