Bab 7 Part 7
by Neng Gemoy
18:29,Nov 05,2024
Setelah basa-basi gue segera memasuki tempat kerja dan segera membuatkan racikan kopi sesuai dengan daftar menu pesanan yang telah di pesan oleh beberapa pelanggan. hari ini sepertinya bakal mengguras tenaga karena pelanggan yang datang ke caffeku sangat banyak sekali, tempat duduk pun hampir penuh, maklumlah hari ini kan hari minggu jadi waktunya muda-mudi bergentayangan dengan pasangannya.
Satu racikan kopi belum sepenuhnya jadi pesanan baru telah berdatangan dan lembaran penuh pesanan menumpuk di atas meja, gue pun di buat kerepotan oleh ulah dari pelanggan yang tidak ada henti-hentinya memesan kopi. mungkin sudah puluhan kopi telah kubuat seharian ini, hingga waktu pun sudah menunjukan pukul 23:00 malam, waktunya caffe untuk tutup dan kami pun menghentikan orderan dari pelanggan. namun tiba-tiba saja salah satu temanku yang bekerja sebagai pelayan memanggilku.
"Nath.. kesini sebentar deh ?", ucapnya menyuruhku untuk menuju kearahnya
Gue yang sedang mengemasi barang-barangku dan berencana untuk pulang ke kontrakan terpaksa kuhentikan sementara waktu dan gue pun menghampiri rekan kerjaku itu.
"Ada apa ?", tanyaku pada rekanku.
"Tante ini ingin memesan cream coffe latte lagi untuk dibawah pulang !", jawab dari rekan kerjaku.
"Tolong donk buatin satu lagi.. gak lama kan buatnya !", saut dari seorang tante yang sedang asyik bermain handphonenya.
"Udah gak bisa tante kan orderan udah ditutup, dan juga saya sudah beres-beres mau pulang !", jelasku pada tante itu.
"Aku bayar double deh !", ucap tante itu dengan angkuhnya.
"Maaf tante gak bisa !", jawabku kekeh dengan pendirianku.
"Siapa seh namamu ?", tanya tante tersebut padaku.
"Nathael.. !", jawabku.
Sesaat setelah aku menyebutkan namaku, kuperhatikan tante tersebut nampak sedang menelepon seseorang dan setelah beberapa kata terucap dari mulutnya yang sedang bicara via teleponnya, tante tersebut menyodorkan teleponnya kepadaku.
"Nih ada yang mau ngomong denganmu !", ucap tante tersebut dengan menyodorkan teleponnya padaku.
Saat sombong sekali wanita ini, tampangnya terlihat sangat angkuh bahkan dia memberikan teleponnya padaku tanpa melihat wajahku. akhirnya kuterima telepon itu dan kumulai berbicara dengan seseorang yang ada di telepon tersebut.
"Hallo !", sapaku.
"Nathan, tolong buatin pesanan dari tante yaa !", ucap dari seorang pria di telepon itu.
Suaranya sangat tidak asing sekali di telingaku, dia adalah pemilik dari caffe ini atau bisa di bilang dia adalah bossku.
"Ohh.. bapak, baiklah pak kalau begitu !", ucapku merendah.
Setelah itu gue pun mematikan panggilan tersebut dan memberikan telepon tadi ke tante kenalan dari bossku, namun setelah handphone itu di pegang oleh tante itu, dia pun nampak marah padaku.
"Kok di mati'in seh teleponnya... !", ucapnya sangat ketus.
"Emang siapa yang nyuruh mati'in ?", tanyanya dengan sedikit membentak.
"Maaf tante !", ucapku dengan menunduk pasrah.
"Yaa udah buruan sana buatin pesananku !", ucapnya terkesan seperti mengusirku.
Yaaa... dengan menahan rasa kesal gue pun pergi dan segera membuatkan kopi pesanan dari tante tersebut, untung saja lu kenalan dari boss gue coba kalau lu pelanggan biasa gak bakal lu gue ladenin, begitulah gumam ku dalam hati. dan setelah beberapa menit berlalu pesanan dari tante tersebut telah selesai kubuat, lalu ku antarkan sendiri ke tante yang sedng menunggu di mejanya, dia nampak sendirian disana karena memang caffe ini sudah tutup. saat aku berikan pesanannya, tante itu terlihat sangat judes sekali.
"Lama amat seh !", ucapnya.
"Maaf !", ucapku singkat.
"Bill nya berikan saja pada bossmu !", ucapnya lagi.
Lalu tanpa ada omongan lagi tante tersebut pergi meninggalkan tempat ini, gue sempat kebinggungan melihat kelakuan dari tante tersebut. dengan sedikit kecewa akhirnya gue pun mengihklaskan saja, lalu dengan uang pribadiku kubayaran pesanan tante itu.
"Tai amat tuh orang !", ucapan dari rekanku.
"Udahlah biarin aja !", ucapku pada rekanku.
Kemudian kulanjutkan lagi semua pekerjaanku yang tertunda, membereskan semua tempat kerjaanku dan barang-barangku, setelah semua selesai aku pun segera pulang ke kontrakan dan dalam hatiku berharap semoga saja saat sampai di kontrakan si adrian tidak membuat ulah konyol lagi.
Kembali berjalan menelusuri jalanan yang tiap hari aku lewati, namun kali ini perjalananku sedikit berbeda karena saat aku sedang menyeberang jalan dari pintu keluar mobil tiba-tiba saja mobil BMW 750i hampir saja menabrakku, dengan reflek yang cepat aku pun bisa menghindarinya dan pengemudi mobil juga dengan spontan menginjak remnya.
"Chiiiiiittttt..... ", suara rem yang berasal dari mobil tersebut, dan seketika itu pula pengemudi mobil tersebut membunyikan klaksonnya dengan sangat keras, sepertinya pengemudi itu sangat emosi, terlihat dari bunyi klakson yang di pencet lumayan lama tersebut. gue hanya bisa menunduk sebagai tanda meminta maaf lalu mobil itu segera pergi dari hadapanku, disaat bersamaan kulihat plat nomor mobil itu adalah L 3513 IAN. nomor kendaraannya sama dengan nomor kendaraan yang kemarin hampir menyerempet adrian, kayaknya tuh orang baru bisa bawa mobil.
Ada apa dengan hari ini, sepertinya gue sial sekali nih hari. sudahlah lebih baik cepat pulang segera tidur untuk melepaskan lelah dan saat aku terbangun aku sudah berada di hari yang lain. setelah berjalan melewati gang kampung tibalah diri ini di kontrakan, nampak dari luar kontrakanku tetutup rapat dan aku pun menggedor pintuku supaya adrian membukanya.
"Woi.. dah pulang lu !", ucap adrian.
"Napa muka lu.. kayaknya kesel amat ?", tanya adrian.
"Gak apa-apa !", ucapku rada males.
"Anjrit.. masa gara-gara gue nginep aja lu kayak gitu !", saut adrian merasa tidak enak kepadaku.
"Kagak.. tadi gue hampir di tabrak ama mobil !", ucapku supaya adrian tidak berpikir yang macem-macem.
"Jancok... sopo seng nabrak awakmu, ayo di parani ben tak antem'i wong'e iku !", ucapnya sok jagoan.
(Jancok... siapa yang nabrak lu, ayo di samperin biar gue pukulin tuh orang !).
"Berisik lu !", ucapku ketus.
"Djangkrek.. di belani konco'e malah mblendosi koe !", ucapnya adrian.
(Jangkrik... di belain temennya malah lu acuh'in).
Dengan mengacuhkan adrian gue pun berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka lalu ke kamarku untuk membaringkan badan yang lelah ini, ku lihat adrian terus-terus mengoceh gak jelas dan tak kuperdulikan semua kelakuannya, mataku perlahan terpejam dan mulai terlelap dalam tidur.
"Kuk.... kuku... ruyuk... ", suara kokokan ayam jantan terdengar sampai kedalam mimpiku, kesadaran pun mulai menghinggap dalam tubuh ini, perlahan mata mulai terbuka dan sinar mentari menyisir masuk melalui celah-celah jendela kamarku. ternyata sudah pagi hari dan jarum jam dinding menunjukan pukul 06:00 pagi, lalu buru-buru ku cari adrian untuk membangunkannya, karena gue ada jam kuliah di pagi hari. saat ku perhatikan ternyata adrian telah bangun lebih dulu dari diriku dan dia juga telah rapih dan siap untuk berangkat ke kampus.
"Buruan bangun lu... males banget lu jadi orang !", ucapnya.
"Bawel lu !", sautku.
"Eehh.. nath lihat nih !", ucap adrian dengan menunjukan sesuatu.
Kuperhatikan ke arah adrian, nampak adrian memegang sesuatu di tangannya, berupa kain kecil berbentuk segitiga dan setelah aku perhatikan dengan seksama itu adalah sebuah celana dalam seorang wanita, lalu celana dalam itu adrian ciumi dan dia nikmati. pikiranku pun langsung mengarah ke seorang wanita tetangga kontrakanku si bu gina.
"Lu nyolong celana dalam bu gina yee ?", tanyaku.
"Udeh diem aje lu... !", ucap adrian.
"Eehh.. bego lu, kalau ketauan bisa berabe tar urusannya !", ucapku pada adrian.
"Asal lu gak ngomong juga gak bakal ketauan !", ucapnya dengan menciumi celana dala bu gina.
"Gue tadi coli pakai nih celana dalam, rasanya enak banget nath.. anget-anget gimana gitu !", ucapnya dengan raut muka sange.
"Aahh.. ****** lu !", ucapku ketus.
Segera gue pun mandi dan merapihkan diri untuk segera berangkat ke kampus, dan menjauhkan adrian dari tempat tinggalku, dua malam dia disini jantung ini dibuat berhenti berdetak oleh kelakuannya. jika terus-terusan seperti ini bisa tercemar nama baikku di kampung ini, dasar bocah idiot bisanya cari masalah mlulu.
Dan setelah selesai semua persiapanku, gue pun mengajak adrian untuk segera ke kampus. kita pun menaiki bus kota untuk menuju ke kampus, di dalam bus adrian terlihat mengelus-elus celana dalam milik bu gina yang dia taruh di dalam tasnya. muka mesumnya benar-benar membuatku merasa sangat jijik berada di dekatnya.
Dan setibanya di kampus kita pun berjalan bersama menuju kelas, disaat dalam perjalanan kita melewati sebuah parkiran mobil dan di antara mobil-mobil yang terparkir itu mataku tertuju pada semua mobil BMW putih dengan plat nomor L 3513 IAN, ternyata salah satu mahasiswa di kampus ini adalah pemilik mobil yang hampir mencelakaiku dan adrian.
"Ian.. coba lu lihat mobil itu !", ucapku pada adrian dengan menunjukan mobil yang ku maksud.
"Iya.. lalu kenapa ?", tanyanya kayak orang bego.
"Lu lihat plat nomornya !", ucapku rada kesel.
"L 3513 IAN... ehmmm.... ohh huruf belakangnya mirip ama nama panggilan gue yee !", ucapnya polos.
"****** amat lu... tuh mobil yang kemarin mau nyelaka'in kita !", ucapku lagi pada adrian.
"Ohh iya baru inget gue... kenapa lu baru bilang !", ucapnya bikin kesel.
"Anjing lu !", ucapku kesal.
"Hahahha... lu tunggu sini bentar !", ucap adrian.
Kuperhatikan adrian berjalan menuju ke mobil itu dan dengan memperhatikan sekeliling adrian pun mendekati mobil itu lalu dia melihat kedalam mobil itu memastikan ada orang atau tidak, setelah aman adrian mengambil sebuah batu lalu dia pun memberikan baretan yang panjang terhadap mobil itu, mulai dari bagasi belakang sampai ke bagian moncong mobilnya. setelah itu dia pun memberikan kode kepadaku untuk segera pergi meninggalkan lokasi tersebut.
Kita berdua terlihat berjalan biasa saja dengan santainya supaya tidak menimbulkan kesan yang mencurigakan. begitulah pembalasan adrian terhadap orang yang berani bermain-main dengan kita berdua.
Bersambung
Satu racikan kopi belum sepenuhnya jadi pesanan baru telah berdatangan dan lembaran penuh pesanan menumpuk di atas meja, gue pun di buat kerepotan oleh ulah dari pelanggan yang tidak ada henti-hentinya memesan kopi. mungkin sudah puluhan kopi telah kubuat seharian ini, hingga waktu pun sudah menunjukan pukul 23:00 malam, waktunya caffe untuk tutup dan kami pun menghentikan orderan dari pelanggan. namun tiba-tiba saja salah satu temanku yang bekerja sebagai pelayan memanggilku.
"Nath.. kesini sebentar deh ?", ucapnya menyuruhku untuk menuju kearahnya
Gue yang sedang mengemasi barang-barangku dan berencana untuk pulang ke kontrakan terpaksa kuhentikan sementara waktu dan gue pun menghampiri rekan kerjaku itu.
"Ada apa ?", tanyaku pada rekanku.
"Tante ini ingin memesan cream coffe latte lagi untuk dibawah pulang !", jawab dari rekan kerjaku.
"Tolong donk buatin satu lagi.. gak lama kan buatnya !", saut dari seorang tante yang sedang asyik bermain handphonenya.
"Udah gak bisa tante kan orderan udah ditutup, dan juga saya sudah beres-beres mau pulang !", jelasku pada tante itu.
"Aku bayar double deh !", ucap tante itu dengan angkuhnya.
"Maaf tante gak bisa !", jawabku kekeh dengan pendirianku.
"Siapa seh namamu ?", tanya tante tersebut padaku.
"Nathael.. !", jawabku.
Sesaat setelah aku menyebutkan namaku, kuperhatikan tante tersebut nampak sedang menelepon seseorang dan setelah beberapa kata terucap dari mulutnya yang sedang bicara via teleponnya, tante tersebut menyodorkan teleponnya kepadaku.
"Nih ada yang mau ngomong denganmu !", ucap tante tersebut dengan menyodorkan teleponnya padaku.
Saat sombong sekali wanita ini, tampangnya terlihat sangat angkuh bahkan dia memberikan teleponnya padaku tanpa melihat wajahku. akhirnya kuterima telepon itu dan kumulai berbicara dengan seseorang yang ada di telepon tersebut.
"Hallo !", sapaku.
"Nathan, tolong buatin pesanan dari tante yaa !", ucap dari seorang pria di telepon itu.
Suaranya sangat tidak asing sekali di telingaku, dia adalah pemilik dari caffe ini atau bisa di bilang dia adalah bossku.
"Ohh.. bapak, baiklah pak kalau begitu !", ucapku merendah.
Setelah itu gue pun mematikan panggilan tersebut dan memberikan telepon tadi ke tante kenalan dari bossku, namun setelah handphone itu di pegang oleh tante itu, dia pun nampak marah padaku.
"Kok di mati'in seh teleponnya... !", ucapnya sangat ketus.
"Emang siapa yang nyuruh mati'in ?", tanyanya dengan sedikit membentak.
"Maaf tante !", ucapku dengan menunduk pasrah.
"Yaa udah buruan sana buatin pesananku !", ucapnya terkesan seperti mengusirku.
Yaaa... dengan menahan rasa kesal gue pun pergi dan segera membuatkan kopi pesanan dari tante tersebut, untung saja lu kenalan dari boss gue coba kalau lu pelanggan biasa gak bakal lu gue ladenin, begitulah gumam ku dalam hati. dan setelah beberapa menit berlalu pesanan dari tante tersebut telah selesai kubuat, lalu ku antarkan sendiri ke tante yang sedng menunggu di mejanya, dia nampak sendirian disana karena memang caffe ini sudah tutup. saat aku berikan pesanannya, tante itu terlihat sangat judes sekali.
"Lama amat seh !", ucapnya.
"Maaf !", ucapku singkat.
"Bill nya berikan saja pada bossmu !", ucapnya lagi.
Lalu tanpa ada omongan lagi tante tersebut pergi meninggalkan tempat ini, gue sempat kebinggungan melihat kelakuan dari tante tersebut. dengan sedikit kecewa akhirnya gue pun mengihklaskan saja, lalu dengan uang pribadiku kubayaran pesanan tante itu.
"Tai amat tuh orang !", ucapan dari rekanku.
"Udahlah biarin aja !", ucapku pada rekanku.
Kemudian kulanjutkan lagi semua pekerjaanku yang tertunda, membereskan semua tempat kerjaanku dan barang-barangku, setelah semua selesai aku pun segera pulang ke kontrakan dan dalam hatiku berharap semoga saja saat sampai di kontrakan si adrian tidak membuat ulah konyol lagi.
Kembali berjalan menelusuri jalanan yang tiap hari aku lewati, namun kali ini perjalananku sedikit berbeda karena saat aku sedang menyeberang jalan dari pintu keluar mobil tiba-tiba saja mobil BMW 750i hampir saja menabrakku, dengan reflek yang cepat aku pun bisa menghindarinya dan pengemudi mobil juga dengan spontan menginjak remnya.
"Chiiiiiittttt..... ", suara rem yang berasal dari mobil tersebut, dan seketika itu pula pengemudi mobil tersebut membunyikan klaksonnya dengan sangat keras, sepertinya pengemudi itu sangat emosi, terlihat dari bunyi klakson yang di pencet lumayan lama tersebut. gue hanya bisa menunduk sebagai tanda meminta maaf lalu mobil itu segera pergi dari hadapanku, disaat bersamaan kulihat plat nomor mobil itu adalah L 3513 IAN. nomor kendaraannya sama dengan nomor kendaraan yang kemarin hampir menyerempet adrian, kayaknya tuh orang baru bisa bawa mobil.
Ada apa dengan hari ini, sepertinya gue sial sekali nih hari. sudahlah lebih baik cepat pulang segera tidur untuk melepaskan lelah dan saat aku terbangun aku sudah berada di hari yang lain. setelah berjalan melewati gang kampung tibalah diri ini di kontrakan, nampak dari luar kontrakanku tetutup rapat dan aku pun menggedor pintuku supaya adrian membukanya.
"Woi.. dah pulang lu !", ucap adrian.
"Napa muka lu.. kayaknya kesel amat ?", tanya adrian.
"Gak apa-apa !", ucapku rada males.
"Anjrit.. masa gara-gara gue nginep aja lu kayak gitu !", saut adrian merasa tidak enak kepadaku.
"Kagak.. tadi gue hampir di tabrak ama mobil !", ucapku supaya adrian tidak berpikir yang macem-macem.
"Jancok... sopo seng nabrak awakmu, ayo di parani ben tak antem'i wong'e iku !", ucapnya sok jagoan.
(Jancok... siapa yang nabrak lu, ayo di samperin biar gue pukulin tuh orang !).
"Berisik lu !", ucapku ketus.
"Djangkrek.. di belani konco'e malah mblendosi koe !", ucapnya adrian.
(Jangkrik... di belain temennya malah lu acuh'in).
Dengan mengacuhkan adrian gue pun berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka lalu ke kamarku untuk membaringkan badan yang lelah ini, ku lihat adrian terus-terus mengoceh gak jelas dan tak kuperdulikan semua kelakuannya, mataku perlahan terpejam dan mulai terlelap dalam tidur.
"Kuk.... kuku... ruyuk... ", suara kokokan ayam jantan terdengar sampai kedalam mimpiku, kesadaran pun mulai menghinggap dalam tubuh ini, perlahan mata mulai terbuka dan sinar mentari menyisir masuk melalui celah-celah jendela kamarku. ternyata sudah pagi hari dan jarum jam dinding menunjukan pukul 06:00 pagi, lalu buru-buru ku cari adrian untuk membangunkannya, karena gue ada jam kuliah di pagi hari. saat ku perhatikan ternyata adrian telah bangun lebih dulu dari diriku dan dia juga telah rapih dan siap untuk berangkat ke kampus.
"Buruan bangun lu... males banget lu jadi orang !", ucapnya.
"Bawel lu !", sautku.
"Eehh.. nath lihat nih !", ucap adrian dengan menunjukan sesuatu.
Kuperhatikan ke arah adrian, nampak adrian memegang sesuatu di tangannya, berupa kain kecil berbentuk segitiga dan setelah aku perhatikan dengan seksama itu adalah sebuah celana dalam seorang wanita, lalu celana dalam itu adrian ciumi dan dia nikmati. pikiranku pun langsung mengarah ke seorang wanita tetangga kontrakanku si bu gina.
"Lu nyolong celana dalam bu gina yee ?", tanyaku.
"Udeh diem aje lu... !", ucap adrian.
"Eehh.. bego lu, kalau ketauan bisa berabe tar urusannya !", ucapku pada adrian.
"Asal lu gak ngomong juga gak bakal ketauan !", ucapnya dengan menciumi celana dala bu gina.
"Gue tadi coli pakai nih celana dalam, rasanya enak banget nath.. anget-anget gimana gitu !", ucapnya dengan raut muka sange.
"Aahh.. ****** lu !", ucapku ketus.
Segera gue pun mandi dan merapihkan diri untuk segera berangkat ke kampus, dan menjauhkan adrian dari tempat tinggalku, dua malam dia disini jantung ini dibuat berhenti berdetak oleh kelakuannya. jika terus-terusan seperti ini bisa tercemar nama baikku di kampung ini, dasar bocah idiot bisanya cari masalah mlulu.
Dan setelah selesai semua persiapanku, gue pun mengajak adrian untuk segera ke kampus. kita pun menaiki bus kota untuk menuju ke kampus, di dalam bus adrian terlihat mengelus-elus celana dalam milik bu gina yang dia taruh di dalam tasnya. muka mesumnya benar-benar membuatku merasa sangat jijik berada di dekatnya.
Dan setibanya di kampus kita pun berjalan bersama menuju kelas, disaat dalam perjalanan kita melewati sebuah parkiran mobil dan di antara mobil-mobil yang terparkir itu mataku tertuju pada semua mobil BMW putih dengan plat nomor L 3513 IAN, ternyata salah satu mahasiswa di kampus ini adalah pemilik mobil yang hampir mencelakaiku dan adrian.
"Ian.. coba lu lihat mobil itu !", ucapku pada adrian dengan menunjukan mobil yang ku maksud.
"Iya.. lalu kenapa ?", tanyanya kayak orang bego.
"Lu lihat plat nomornya !", ucapku rada kesel.
"L 3513 IAN... ehmmm.... ohh huruf belakangnya mirip ama nama panggilan gue yee !", ucapnya polos.
"****** amat lu... tuh mobil yang kemarin mau nyelaka'in kita !", ucapku lagi pada adrian.
"Ohh iya baru inget gue... kenapa lu baru bilang !", ucapnya bikin kesel.
"Anjing lu !", ucapku kesal.
"Hahahha... lu tunggu sini bentar !", ucap adrian.
Kuperhatikan adrian berjalan menuju ke mobil itu dan dengan memperhatikan sekeliling adrian pun mendekati mobil itu lalu dia melihat kedalam mobil itu memastikan ada orang atau tidak, setelah aman adrian mengambil sebuah batu lalu dia pun memberikan baretan yang panjang terhadap mobil itu, mulai dari bagasi belakang sampai ke bagian moncong mobilnya. setelah itu dia pun memberikan kode kepadaku untuk segera pergi meninggalkan lokasi tersebut.
Kita berdua terlihat berjalan biasa saja dengan santainya supaya tidak menimbulkan kesan yang mencurigakan. begitulah pembalasan adrian terhadap orang yang berani bermain-main dengan kita berdua.
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved