Bab 8 08

by Zaidaa 17:33,Oct 04,2024
Sereia panik mengetahui siapa yang datang.

Sereia berbisik pada Erix. “Cepat kamu berangkat ke sekolah. Itu adalah bos kakak.”

Erix mengangguk kemudian buru-buru pergi dari sana. Setelah turun dari motornya, bosnya Sereia menyapa Erix dan dibalas dengan senyuman oleh anak itu. Sereia bergegas kembali bekerja dan mengabaikan El. Menyadari kepanikan Sereia, El pikir wanita tua tersebut adalah pemilik rumah makan ini.


El mendekati Sereia yang sedang mengiris timun kemudian bertanya, “Tunjukkan padaku dimana aku bisa membuat teh.”

Sereia terdiam. Dia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh El. Karena tidak mau ada pembicaraan lebih lanjut, dia pun menunjukkannya pada El. Pada saat yang sama, beberapa orang memasuki rumah makan.

El mencari tempat yang dimaksud Sereia ketika dia terus diperhatikan oleh wanita berusia 50 tahun itu. El pun membuat teh hangat yang tidak begitu manis kemudian membawanya ke depan. Dia mendekati bosnya Sereia yang tengah berdiri di dekat Sereia sambil mengajak perempuan itu bicara.

“Selamat pagi bu silahkan diminum dulu.”

Sereia terkejut bukan main mendengar suara yang lembut itu. Suaranya mirip El tapi tidak mungkin itu dia karena El tidak pernah bersikap lembut. Dia menoleh ke belakang dan mendapati El dengan secangkir teh.

“Kamu siapa?” tanya wanita itu.

“Saya Elias dan saya ingin mendaftar bekerja disini. Bagaimana bu apakah diperbolehkan? Kebetulan saya juga sudah membersihkan semua meja makan disini. Kalau ada yang perlu saya kerjakan, beritahu saya.”

“Pembohong,” batin Sereia kesal dengan kelicikan El.

“Sereia, kamu membiarkan dia melakukan itu?” tanya wanita tua itu.

Sereia langsung membalikkan badannay ke bosnya. “Tidak. Aku sudah menyuruhnya untuk duduk saja menunggu ibu datang atau mau pulang dulu nanti aku akan menghubunginya lagi. Tapi dia tidak mau mendengarkanku dan berbuat seenaknya. Aku sudah berusaha merebut lap yang ia pegang. Intinya aku sudah berkali-kali menyuruhnya untuk duduk.”

Semua pelanggan yang datang saat ini perempuan. Mereka terus menatap El.

“...Begitu ya? Silahkan duduk dulu!” titah wanita itu lembut. Dia mengambil secangkir teh dari tangan El. “Dan terima kasih banyak untuk tehnya.”

“Sama-sama,” jawab El.

El melirik ke Sereia masih dengan senyum ramahnya. Sereia juga tengah memperhatikan El. Saat kedua mata mereka bertemu, Sereia langsung berbalik badan dan kembali melayani pelanggan.

“Perasaan tadi dia merokok,” batin Sereia.

El pun duduk di kursi yang ditunjuk pemilik rumah makan. Dia menyadari dia menjadi pusat perhatian oleh orang-orang disini.Tetapi karena sudah biasa sehingga dia terlihat biasa saja. Beberapa kali dia melihat ke arah Sereia yang terus-terusan sibuk.

Majikan Sereia duduk di dekat Elias setelah menaruh beberapa bahan makanan di dalam. “Sebenarnya Sereia memiliki teman tapi dia masuk sore. Awalnya Sereia yang masuk sore tapi sekarang gantian. Aku tidak punya rencana untuk menambah pelayan lagi dan juga…”

Dia menggantungkan ucapannya sambil memperhatikan El. El langsung menunjukkan senyum ramahnya. Sereia sesekali melirik ke arah El dan majikannya. Dia mengernyitkan alisnya kesal. Seandainya majikannya tahu bagaimana perangainya El yang sebenarnya kemungkinan besar dia akan menolaknya. Senyumannya itu pasti palsu supaya dia diterima kerja disini. Namun, dia juga tidak bisa mengatakan apapun karena dia sendiri juga sama.

Sereia teringat kata-kata El yang menyindirnya. Ternyata dia dan lelaki itu tidak ada bedanya.

“Kamu lumayan tampan juga. Tapi Sereia dan keramahannya juga sudah cukup untuk menarik perhatian pelanggan.”

“Tidak bisa seperti itu ibu muda. Sereia perempuan dan saya laki-laki tentu saja pesona kami berbeda. Dan apa yang baru saja saya dengar? Ramah? Saya merasa tidak diramahi oleh perempuan itu sama sekali. Sebelum memikirkan saya ingin bekerja disini, saat itu saya beli disini dan dia yang melayani dan meskipun tidak enak untuk mengatakannya tapi saya harus jujur, pelayanannya sangat buruk sekali. Kalau saya disini sebagai temannya, kalau dia memberikan sikap yang buruk kepada pelanggan saya akan menegurnya. Karena saat itu sebagai pelanggan saya tidak enak untuk menegurnya. Tapi bu bos janga mengatakan apapun padanya ya? Sejujurnya dia adalah teman saya semasa sekolah tapi dia tidak pernah menganggap saya sebagai temannya. Kalau bu bos mengatakan pada dia apa yang saya katakan baru saja, dia pasti akan semakin membenci saya. Kalau mau menegur, biar saya saja yang melakukannya.”

Sereia beberapa kali menoleh ke belakang. Entah kenapa, dia merasa El sedang membicarakannya. Jika benar seperti itu, maka pasti lelaki itu menjelek-jelekkannya.

Wanita itu terdiam selama beberapa saat. “Jadi kamu dan Sereia sudah saling mengenal?”

El mengangguk. “Tetapi bahkan jika aku bekerja bersamanya, dia tetap akan bersikap buruk kepadaku karena memang itu peranagainya.”

“Apakah kamu menyukai Sereia makanya aku mendaftar disini?”

El seketika membeku dan terdiam selama beberapa saat. “Menyukai dia? Hahaha apa yang bu bos katakan, mana mungkin laki-laki tampan seperti saya tidak memiliki pacar dan sebentar lagi akan tunangan. Karena uangnya kurang, jadi saya memutuskan untuk mendaftar kerja disini. Makanya saya sangat berharap diterima.”

“Kupikir kalau kamu mencari pekerjaan di luar sana di kota atau dimana juga akan lebih diterima.”

Sereia sudah selesai melayani pelanggan jadi dia memutuskan untuk melakukan pekerjaan yang letaknya dekat dengan El dan bosnya supaya dia bisa mendengar apa saja yang dibicarakan El.

“Itu dia masalahnya. Saya awalnya ingin merantau ke kota tapi calon tunangan saya tidak memperbolehkan karena dia tidak bisa jauh-jauh dari saya. Jadi saya mencari-cari pekerjaan disini dan tentu saja sebelum bekerja di tempat tersebut, saya membicarakannya dengan calon tunangan saya, dan disini, dia setuju.”

Sereia menatap El dengan tatapan menjijikkan. Dia curiga apakah yang baru saja ia dengar itu adalah kenyataan. Kenapa berbeda dengan yang ia dengar dari teman-temannya lelaki itu. Jika memang tujuannya untuk diterima bekerja disini, bukankah itu terlalu berlebihan? Dia tidak terima bosnya dibohongi sampai sejauh itu.

“Begitu ya?” Wanita itu tampak berpikir keras. “Baiklah. Mulai sekarang, kamu boleh bekerja disini.”

Lalu wanita itu menoleh ke Sereia yang berada di belakangnya. “Bagaimana denganmu Sereia?”

“Bagaimana apanya bu?” tanya Sereia.

“Kamu tidak masalah jika laki-laki ini bekerja denganmu kan?” tanya wanita itu.

Sereia tidak langsung mejawab melainkan melihat ke arah El yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam seolah-olah berkata, “I kill you.”

“Aku tidak peduli juga,” jawab Sereia sedikit dingin kemudian masuk ke dapur.

“Mengenai Sereia yang berkepribadian buruk menurutmu, dia memang memiliki temperamen seperti itu kadang-kadang terutama pada laki-laki karena dia sering digoda. Tetapi kamu tidak perlu khawatir karena dia tidak akan bertindak jauh karena dia sebenarnya gadis yang baik."

El hanya tersenyum semakin lebar. "Gadis ya?"



Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

70