Bab 6 06
by Zaidaa
17:33,Oct 04,2024
Sereia tidak ingin El bekerja disini bersamanya. Dia ingin mengatakan bahwa sudah tidak ada lowongan pekerjaan disini tapi dia khawatir El tidak akan menyerah begitu saja malah bisa jadi lelaki ini akan membuat masalah yang akan menyeretnya. Senyumnya meskipun tipis tapi begitu licik.
“Majikanku belum datang,” kata Sereia. “Silahkan kembali lagi nanti dan aku akan menghubungimu.”
Beberapa orang datang secara bergantian untuk membeli rames. El masih berada di tempatnya. Dia memperhatikan Sereia bagaimana dia melayani pelanggan. El teringat kejadian semalam dimana dia menempel pada Sereia. Saat itu, dia benar-benar mabuk.
“Wajahku,” keluh El.
Sereia melirik ke El ketika mendengar keluhan lelaki itu. Dia juga teringat pembicaraannya dengan Rasya semalam. El masih menganggur padahal ayahnya sudah pergi cukup lama ada yang bilang kedua orang tuanya bercerai. Dia tinggal hanya bersama ibunya. Jika dia menjadi satu-satunya harapan ibunya, seharusnya dia tidak memiliki perilaku begitu buruk karena ibunya pasti akan sedih.
Sereia mencoba melupakan perkataan temannya mengenai El. Apapun keadaan lelaki itu bukanlah urusannya.
El duduk di kursi yang paling dekat dengan lokasi Sereia. Teman-temannya kini menganggap dia jatuh cinta pada Sereia setelah menghabiskan malam bersamanya.
“Orang sepertiku itu tidak mungkin jatuh cinta. Itu pasti hanya sekedar perasaan lewat, nantinya juga aku akan bosan dengan wanita itu. Apalagi jika aku berhasil kerja disini, sering bertemu dengannya, maka aku akan bosan," bisik El.
El juga diberitahu Lingga bahwa Reza ditolak oleh Sereia. Semenjak tidur dengannya, semua teman-temannya yang menghubungi Sereia diabaikan begitu saja. Banyak yang menduga telah terjadi sesuatu antara dia dan Sereia serta mereka mengira dia meninggalkan bekas ciumannya.
Selain itu, teman-temannya kerap kesal padanya lantaran cemburu karena dia begitu beruntung. Bahkan Sereia diembat juga. Padahal yang sebenarnya Sereia selalu menjaga jarak dengannya.
"Sialan. Aku tidak membawa uang. Sekarang perutku lapar," batin El.
"Heh kau!"
El gengsi untuk menyebut nama Sereia. Lagipula menurutnya namanya terlalu panjang. Dia pernah diberitahu oleh temannya bahwa Sereia itu artinya putri duyung. Tapi siapa yang peduli dengan arti namanya kalau aslinya wanita itu begitu jelek.
Sereia tahu bahwa El memanggilnya tapi dia berpura-pura tidak mendengarnya. Lagipula kenapa lelaki itu tidak menyebut namanya. Apa susahnya mengatakan Sereia.
"Aku lapar. Aku sudah duduk disini sejak tadi menunggu bosmu apa tidak ada makanan untukku?" tanya El.
Sereia teringat uang 10 ribu dari El saat itu. Dia pun mulai mengambilkan nasi dan lauk pauk kemudian memberikannya pada El.
"Ini untuk 10 ribu yang waktu itu," kata Sereia.
Sereia langsung meninggalkan El begitu saja tapi El menarik sebelah tangannya. Sentuhan itu seperti sengatan listrik yang langsung membuat Sereia terlonjak dan langsung menepis tangan El.
"Kau menghinaku?" tanya El.
"Menghina bagaimana?" tanya Sereia.
"Aku tahu kau sudah mendengar ari ibuku kalau aku pengangguran dan tidak memiliki uang, tapi kau pikir apa aku tidak bisa membayarmu lagi?"
"Terima kasih uang 10 ribu waktu itu yang kau berikan padaku supaya aku bersimpati padamu kemudian memberimu bonus.Aku tidak jadi menggunakannya jadi kali ini aku belikan kau makanan dengan uang tersebut. Sebentar lagi majikanku akan datang, tunggu saja tidak usah banyak bicara!"
"Apakah penampilanmu sekarang yang merubahmu menjadi begitu berani? Tidakkah kau ingat, untuk menatapku saja, kau membutuhkan keberanian-"
"Tentu saja aku tidak akan pernah melupakan kejahatan yang kau dan teman-temanmu lakukan."
"Kejahatan apa? Itu kan cuma pembulian biasa," bela El.
Sereia berlalu dan mengabaikan El. Masa lalu biarlah berlalu. Dia sekarang seorang diri berjuang demi adik-adiknya. Jika dia harus menoleh ke masa lalu, maka itu hanya akan mengingatkannya akan masa-masa dia menjadi korban buli dan orang tuanya meninggal.
"Aku seharusnya tidak bicara terlalu banyak dengan dia. Lagipula ada orang lain disini bagaimana kalau mereka berpikir yang tidak-tidak?" batin Sereia.
El yang selalu dikejar-kejar wanita tidak pernah merasa serendah ini. Sereia benar-benar merendahkannya. Wanita itu tertarik dengan uang jadi dia pasti hanya akan melirik lelaki dengan uang banyak, sangat berbeda dengan dirinya yang hanya modal tampan dan badan yang bagus. Dia pun jengkel dan menghabiskan makanannya dengan cepat.
Selesai makan, El memutuskan untuk membantu Sereia karena dia pikir, kalau membantunya bekerja disini, dia akan diterima bekerja disini. Pemilik rumah makan yang ramai ini harus melihatnya membantu pekerjaan disini.
"Aku mungkin akan disalahkan," kata Sereia pada El ketika El merebut lap meja darinya kemudian mulai mengelapi meja dengan semangat.
"Disalahkan sama siapa?"
"Sama majikanku dikira aku bersikap tidak sopan padamu. Bagaimanapun kau kan masih belum bekerja disini jadi tidak sepantasnya kau melakukan ini. Berikan padaku!" kata Sereia.
El berhenti bergerak dan menjauhkan lapnya dari tangan Sereia ketika wanita itu mencoba merebutnya.
"Siapa yang peduli siapa yang disalahkan. Terutama kau," ketus El.
Sereia terdiam memikirkan kata-kata El. El melakukan apapun yang ingin dia lakukan tanpa memikirkannya. Dia ingin menghilang dari hadapan lelaki ini sekarang juga. Namun meskipun begitu, dia tetap tidak bisa membiarkan El melakukan apapun yang dia inginkan sesukanya disini.
"Kembalikan!" teriak Sereia.
Dia terus membuntuti El yang berjalan kesana-kemari menghindarinya untuk melindungi lap yang ia pegang. Sesekali dia mengangkatnya tinggi-tinggi saat Sereia akan merebutnya.
"Apa sebenarnya tujuanmu? Kau seharusnya tidak pernah melakukan hal seperti ini. Kau seharusnya diam di rumah dan menikmati harimu sebagai pengangguran kemudian bermain judi dan perempuan di malam hari seperti yang biasa kau lakukan. Jangan bilang kalau kau jatuh cinta padaku sejak kita tidur bersama. Itu juga yang dikatakan oleh temanmu," kata Sereia tajam. Kesabarannya sudah tidak bisa ditahan lagi hingga akhirnya dia mengatakan kalimat-kalimat seperti itu. Dia tahu resikonya. El pasti akan marah besar.
Makanya Sereia berkata sambil melihat ke arah lain menghindari tatapan El. Di tengah-tengah keheningan yang menyelimuti mereka, Sereia mencoba mengintip ekspresi El. Dia cukup terkejut mendapati tatapan El yang luar biasa marah. Lelaki itu membencinya setengah mati sekarang semakin membencinya.
"Kau bicara seperti itu seolah-olah kau sendiri juga sudah mendapatkan pekerjaan yang baik," ucap El kemudian mendekati Sereia dan berbicara di dekat wajahnya dengan setengah berbisik. "Demi adik-adikmu kau bilang? Kau hanya memikirkan dirimu sendiri dan kesenanganmu."
Sereia langsung tersulut amarahnya. "Memikirkan diriku sendiri? Kesenanganku? Kau pikir aku senang? Kau tahu apa soal diriku!" bisik Sereia tajam.
"Tidak peduli. Karena kau sudah mengejekku maka aku akan membalas dendam dengan cara membongkar identitasmu yang sebenarnya. Jika adikmu tahu, mereka pasti akan sangat sedih kan?"
El menunjukkan ponselnya kepada Sereia.
“Majikanku belum datang,” kata Sereia. “Silahkan kembali lagi nanti dan aku akan menghubungimu.”
Beberapa orang datang secara bergantian untuk membeli rames. El masih berada di tempatnya. Dia memperhatikan Sereia bagaimana dia melayani pelanggan. El teringat kejadian semalam dimana dia menempel pada Sereia. Saat itu, dia benar-benar mabuk.
“Wajahku,” keluh El.
Sereia melirik ke El ketika mendengar keluhan lelaki itu. Dia juga teringat pembicaraannya dengan Rasya semalam. El masih menganggur padahal ayahnya sudah pergi cukup lama ada yang bilang kedua orang tuanya bercerai. Dia tinggal hanya bersama ibunya. Jika dia menjadi satu-satunya harapan ibunya, seharusnya dia tidak memiliki perilaku begitu buruk karena ibunya pasti akan sedih.
Sereia mencoba melupakan perkataan temannya mengenai El. Apapun keadaan lelaki itu bukanlah urusannya.
El duduk di kursi yang paling dekat dengan lokasi Sereia. Teman-temannya kini menganggap dia jatuh cinta pada Sereia setelah menghabiskan malam bersamanya.
“Orang sepertiku itu tidak mungkin jatuh cinta. Itu pasti hanya sekedar perasaan lewat, nantinya juga aku akan bosan dengan wanita itu. Apalagi jika aku berhasil kerja disini, sering bertemu dengannya, maka aku akan bosan," bisik El.
El juga diberitahu Lingga bahwa Reza ditolak oleh Sereia. Semenjak tidur dengannya, semua teman-temannya yang menghubungi Sereia diabaikan begitu saja. Banyak yang menduga telah terjadi sesuatu antara dia dan Sereia serta mereka mengira dia meninggalkan bekas ciumannya.
Selain itu, teman-temannya kerap kesal padanya lantaran cemburu karena dia begitu beruntung. Bahkan Sereia diembat juga. Padahal yang sebenarnya Sereia selalu menjaga jarak dengannya.
"Sialan. Aku tidak membawa uang. Sekarang perutku lapar," batin El.
"Heh kau!"
El gengsi untuk menyebut nama Sereia. Lagipula menurutnya namanya terlalu panjang. Dia pernah diberitahu oleh temannya bahwa Sereia itu artinya putri duyung. Tapi siapa yang peduli dengan arti namanya kalau aslinya wanita itu begitu jelek.
Sereia tahu bahwa El memanggilnya tapi dia berpura-pura tidak mendengarnya. Lagipula kenapa lelaki itu tidak menyebut namanya. Apa susahnya mengatakan Sereia.
"Aku lapar. Aku sudah duduk disini sejak tadi menunggu bosmu apa tidak ada makanan untukku?" tanya El.
Sereia teringat uang 10 ribu dari El saat itu. Dia pun mulai mengambilkan nasi dan lauk pauk kemudian memberikannya pada El.
"Ini untuk 10 ribu yang waktu itu," kata Sereia.
Sereia langsung meninggalkan El begitu saja tapi El menarik sebelah tangannya. Sentuhan itu seperti sengatan listrik yang langsung membuat Sereia terlonjak dan langsung menepis tangan El.
"Kau menghinaku?" tanya El.
"Menghina bagaimana?" tanya Sereia.
"Aku tahu kau sudah mendengar ari ibuku kalau aku pengangguran dan tidak memiliki uang, tapi kau pikir apa aku tidak bisa membayarmu lagi?"
"Terima kasih uang 10 ribu waktu itu yang kau berikan padaku supaya aku bersimpati padamu kemudian memberimu bonus.Aku tidak jadi menggunakannya jadi kali ini aku belikan kau makanan dengan uang tersebut. Sebentar lagi majikanku akan datang, tunggu saja tidak usah banyak bicara!"
"Apakah penampilanmu sekarang yang merubahmu menjadi begitu berani? Tidakkah kau ingat, untuk menatapku saja, kau membutuhkan keberanian-"
"Tentu saja aku tidak akan pernah melupakan kejahatan yang kau dan teman-temanmu lakukan."
"Kejahatan apa? Itu kan cuma pembulian biasa," bela El.
Sereia berlalu dan mengabaikan El. Masa lalu biarlah berlalu. Dia sekarang seorang diri berjuang demi adik-adiknya. Jika dia harus menoleh ke masa lalu, maka itu hanya akan mengingatkannya akan masa-masa dia menjadi korban buli dan orang tuanya meninggal.
"Aku seharusnya tidak bicara terlalu banyak dengan dia. Lagipula ada orang lain disini bagaimana kalau mereka berpikir yang tidak-tidak?" batin Sereia.
El yang selalu dikejar-kejar wanita tidak pernah merasa serendah ini. Sereia benar-benar merendahkannya. Wanita itu tertarik dengan uang jadi dia pasti hanya akan melirik lelaki dengan uang banyak, sangat berbeda dengan dirinya yang hanya modal tampan dan badan yang bagus. Dia pun jengkel dan menghabiskan makanannya dengan cepat.
Selesai makan, El memutuskan untuk membantu Sereia karena dia pikir, kalau membantunya bekerja disini, dia akan diterima bekerja disini. Pemilik rumah makan yang ramai ini harus melihatnya membantu pekerjaan disini.
"Aku mungkin akan disalahkan," kata Sereia pada El ketika El merebut lap meja darinya kemudian mulai mengelapi meja dengan semangat.
"Disalahkan sama siapa?"
"Sama majikanku dikira aku bersikap tidak sopan padamu. Bagaimanapun kau kan masih belum bekerja disini jadi tidak sepantasnya kau melakukan ini. Berikan padaku!" kata Sereia.
El berhenti bergerak dan menjauhkan lapnya dari tangan Sereia ketika wanita itu mencoba merebutnya.
"Siapa yang peduli siapa yang disalahkan. Terutama kau," ketus El.
Sereia terdiam memikirkan kata-kata El. El melakukan apapun yang ingin dia lakukan tanpa memikirkannya. Dia ingin menghilang dari hadapan lelaki ini sekarang juga. Namun meskipun begitu, dia tetap tidak bisa membiarkan El melakukan apapun yang dia inginkan sesukanya disini.
"Kembalikan!" teriak Sereia.
Dia terus membuntuti El yang berjalan kesana-kemari menghindarinya untuk melindungi lap yang ia pegang. Sesekali dia mengangkatnya tinggi-tinggi saat Sereia akan merebutnya.
"Apa sebenarnya tujuanmu? Kau seharusnya tidak pernah melakukan hal seperti ini. Kau seharusnya diam di rumah dan menikmati harimu sebagai pengangguran kemudian bermain judi dan perempuan di malam hari seperti yang biasa kau lakukan. Jangan bilang kalau kau jatuh cinta padaku sejak kita tidur bersama. Itu juga yang dikatakan oleh temanmu," kata Sereia tajam. Kesabarannya sudah tidak bisa ditahan lagi hingga akhirnya dia mengatakan kalimat-kalimat seperti itu. Dia tahu resikonya. El pasti akan marah besar.
Makanya Sereia berkata sambil melihat ke arah lain menghindari tatapan El. Di tengah-tengah keheningan yang menyelimuti mereka, Sereia mencoba mengintip ekspresi El. Dia cukup terkejut mendapati tatapan El yang luar biasa marah. Lelaki itu membencinya setengah mati sekarang semakin membencinya.
"Kau bicara seperti itu seolah-olah kau sendiri juga sudah mendapatkan pekerjaan yang baik," ucap El kemudian mendekati Sereia dan berbicara di dekat wajahnya dengan setengah berbisik. "Demi adik-adikmu kau bilang? Kau hanya memikirkan dirimu sendiri dan kesenanganmu."
Sereia langsung tersulut amarahnya. "Memikirkan diriku sendiri? Kesenanganku? Kau pikir aku senang? Kau tahu apa soal diriku!" bisik Sereia tajam.
"Tidak peduli. Karena kau sudah mengejekku maka aku akan membalas dendam dengan cara membongkar identitasmu yang sebenarnya. Jika adikmu tahu, mereka pasti akan sangat sedih kan?"
El menunjukkan ponselnya kepada Sereia.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved