chapter 16 Rusakan Aturan?==
by Saint Dondi
16:03,Jan 16,2024
Babak keempat kompetisi berangsur-angsur selesai, dan pertarungan final pun berakhir. Pada akhirnya, hanya tersisa dua orang, yakni Hento dan Hibue.
Keduanya telah menunjukkan kekuatan yang sangat hebat di kompetisi sebelumnya, dan semua penonton sangat menantikan pertemuan keduanya. Hal ini pasti akan menjadi pertempuran yang luar biasa.
"Para tetua dan murid sekalian, aku akan menantang Hento untuk memperebutkan posisi tuan muda!" kata Hibue setelah berdiri dan membungkuk kepada para tetua di mimbar sebelum pertempuran dimulai.
Mendengar perkataan Hibue, banyak murid yang hadir terkejut. Meskipun mereka sudah mendengar kabar bahwa Hibue akan menantang Hento dalam kompetisi klan untuk mendapatkan posisi Tuan Muda, semua orang tetap tegang dan bersemangat ketika momennya tiba.
"Benar!" Penatua perlahan mengucapkan sebuah kata. Suaranya terdengar datar, tapi nyatanya, hatinya jauh dari kata tenang.
Rencana kepala Keluarga Chu yang telah dibuat selama bertahun-tahun akan dieksekusi dengan tegas saat ini. Bohong kalau mengatakan bahwa dirinya tidak gugup dan bersemangat.
"Terima kasih para tetua atas dukungannya!" Hibue kembali membungkuk dan memberi hormat dengan kedua tangannya, lalu dia melompat ke atas arena dengan pakaian yang berkibar tertiup angin dan semangat tinggi.
Hento tampak tidak peduli dengan adegan ini. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia perlahan berdiri dan berjalan menuju arena dengan tenang.
"Hento, kalau kamu segera mengaku kalah, mungkin dirimu masih bisa pergi dengan bermartabat. Jangan sampai menyesal nanti! Kamu sudah tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan posisi tuan muda Keluarga Chu," kata Hibue sambil memandang Hento dengan acuh tak acuh.
"Kamu terlalu banyak omong kosong. Kalau ingin bersaing memperebutkan posisi Tuan Muda Keluarga Chu, jangan meniru orang-orang idiot yang hanya pintar pamer kata-kata," kata Hento dengan tenang. Dia tidak ingin repot-repot membuang tenaga untuk para musuh yang ingin membunuhnya.
"Cari mati!" Wajah Hibue mengeluarkan aura kehijauan, dan matanya menunjukkan niat membunuh yang kejam. Dia mulai bergerak dan meninju Hento.
Dalam pertempuran Hento sebelumnya, dia telah melihat kultivasi Hento secara garis besar. Meskipun Hento mampu mengalahkan petarung di langkah 9, kultivasinya masih berada di langkah 7.
Meskipun kekuatan yang ditunjukkan Hento sangat besar, pria ini sama sekali bukan lawannya.
Menghadapi pukulan tersebut, alih-alih menghindar, Hento malah menyambutnya dengan tinju juga.
Duar!
Kedua tinju itu bertabrakan, dan energi yang terkumpul pun melonjak, menyebabkan gelombang udara yang sangat besar.
Hento dan Hibue sama-sama mundur selangkah. Di pertempuran pertama ini, mereka imbang.
Mata semua orang yang hadir tiba-tiba melebar. Awalnya, mereka pikir bahwa sekuat apa pun Hento, dia tidak akan bisa melawan Hibue. Namun, sekarang tampaknya kekuatan keduanya seimbang.
"Ini ... ini tidak mungkin! Hento benar-benar bisa mengimbangi Hibue!"
"Ya Tuhan, aku tidak salah lihat 'kan barusan?"
"Apanya yang mengejutkan? Kalaupun dia dan Tuan Hibue imbang, itu bukan hal besar!"
"Tapi dia cuma berada di pemurnian tubuh langkah 7 sekarang. Kalau dia dan Hibue berada di tingkat yang sama, bukankah Hibue tidak akan bisa mengatasi pukulannya?"
"Itu ...."
Hibue mengeluarkan dua pukulan lagi ke arah Hento, tapi Hento berhasil mengatasi keduanya.
Wajah Hibue sangat suram. Meskipun dia tidak menggunakan seluruh kekuatannya saat melakukan beberapa pukulan tadi, pukulan-pukulan Hento juga terkesan santai. Dalam konfrontasi sebelumnya, dia merasa energi sejati Hento tidak kalah dengan miliknya.
Ini benar-benar sangat menakutkan. Jika Hento naik ke pemurnian tubuh langkah 9, bukankah Hibue bahkan tidak akan bisa mengatasi satu pukulan pun? Orang semacam ini adalah ancaman yang sangat besar.
Timbul niat membunuh di hati Hibue. Tubuhnya bergerak cepat dan kembali menyerang. Kali ini, dia menggunakan seluruh kekuatannya.
Duar! Duar!
Kedua sosok di atas panggung beberapa kali bergerak menjauh dan mendekat lagi. Tinju serta telapak tangan mereka yang beradu menimbulkan Formasi gelombang di udara.
Krek!
Hibue melompat dan menginjak Hento. Sementara itu, Hento pun menghindar dan kaki Hibue mendarat di atas arena, memunculkan retakan berbentuk seperti jaring laba-laba.
"Jurus Seribu Kaki!"
Salah seorang murid di antara penonton mengenali jurus tempur itu dan langsung berseru.
Jurus Seribu Kaki adalah keahlian kelas atas tingkat kuning. Jika berhasil menguasainya, satu kaki akan memiliki kekuatan setara seribu kaki dan cukup kuat untuk membelah batu.
Kedua sosok itu bertarung bolak-balik selama beberapa ronde lagi.
Duar!
Kedua orang di atas panggung itu bertukar pukulan sengit hingga sama-sama terdorong mundur lebih dari satu kaki. Setiap langkah yang mereka ambil menghasilkan retakan di batu biru di atas panggung.
"Tangan Pemecah Batu!"
"Tinju Pembelah Gunung!"
Seseorang di antara para penonton berseru kaget. Seni bela diri yang digunakan oleh kedua orang ini sungguh jurus tempur kelas atas tingkat kuning.
Semakin tinggi level suatu jurus tempur, semakin hebat pula kekuatannya, tetapi juga semakin sulit untuk dikultivasi.
Dilihat dari jalannya pertarungan antara dua orang ini, mereka sama-sama telah menguasai jurus-jurus tempur tadi.
Sepertinya mereka belum mengerahkan kekuatan penuh di pertempuran sebelumnya. Jika seperti ini sejak tadi, para murid yang bertarung melawan mereka mungkin tidak akan bisa mengatasi serangan.
Menyeramkan sekali, ternyata inilah kekuatan mereka yang sebenarnya.
Cairan darah perlahan mengalir dari sudut mulut Hibue. Dia menatap tajam ke arah Hento dan mengertakkan giginya. Dia tidak menyangka bahwa Hento begitu sulit untuk dihadapi. Jika terus begini, dia bukan hanya tidak akan bisa mengalahkannya, tapi juga akan ditaklukkan.
"Kamu yang memaksaku melakukan ini!" kata Hibue dengan keras sembari mengertakkan gigi dan menatap Hento. Dia pun mengeluarkan pil merah menyala dari sakunya, memasukkannya ke mulut lalu menelannya.
Saat pil itu memasuki perutnya, kekuatan Hibue meningkat dengan pesat.
"Tidak, apa yang dilakukan Hibue?" Wajah tetua ketiga tiba-tiba berubah warna saat melihat perubahan kekuatan Hibue setelah pemuda itu menelan pil.
"Dia sudah menelan pil yang akan meningkatkan kekuatannya secara paksa. Pil ini punya banyak bahaya tersembunyi. Cepat hentikan dia!" Tetua keempat tiba-tiba berdiri dan hendak mengambil tindakan terhadap Hibue.
"Saat mereka masuk ke arena, semua masalah ada di tangan mereka berdua. Apa Tetua keempat ingin melanggar peraturan?" kata Penatua dengan dingin dan tanpa ekspresi.
"Apa pantas menghancurkan dua pemuda seperti ini demi sebuah posisi?" kata Tetua ketiga dengan serius sambil menatap Penatua.
Setelah Hibue meminum pil itu dan tidak mengatasinya tepat waktu, konsekuensinya tidak terbayangkan. Dia mungkin tidak dapat menaikkan tingkat kultivasinya lagi seumur hidup.
Jika Hibue meminum pil itu, dia akan masuk dalam mode gila. Berhadapan dengan Hibue dapat membahayakan nyawa Hento.
"Kalau Hento merasa kalah, dia bisa mengaku kalah!" Penatu masih berkata dengan dingin.
Demi menjadi kepala keluarga, dia telah merencanakan ini selama bertahun-tahun. Bagaimana dia bisa membiarkan semua kerja kerasnya sia-sia? Bahkan pil yang mampu meningkatkan kekuatan secara paksa itu juga diberikan kepada Hibue.
Pria tua itu merasa perilaku Hento selama ini sangat aneh. Sebelum benar-benar memahami kekuatan Hento, dia merasa perlu menyiapkan beberapa rencana cadangan untuk berjaga-jaga.
Tanpa diduga, rencana cadangan ini pada akhirnya akan berguna. Meski mungkin akan menghancurkan Hibue, demi ambisinya menjadi kepala keluarga, mengorbankan anak muda seperti itu bukan masalah besar.
Keduanya telah menunjukkan kekuatan yang sangat hebat di kompetisi sebelumnya, dan semua penonton sangat menantikan pertemuan keduanya. Hal ini pasti akan menjadi pertempuran yang luar biasa.
"Para tetua dan murid sekalian, aku akan menantang Hento untuk memperebutkan posisi tuan muda!" kata Hibue setelah berdiri dan membungkuk kepada para tetua di mimbar sebelum pertempuran dimulai.
Mendengar perkataan Hibue, banyak murid yang hadir terkejut. Meskipun mereka sudah mendengar kabar bahwa Hibue akan menantang Hento dalam kompetisi klan untuk mendapatkan posisi Tuan Muda, semua orang tetap tegang dan bersemangat ketika momennya tiba.
"Benar!" Penatua perlahan mengucapkan sebuah kata. Suaranya terdengar datar, tapi nyatanya, hatinya jauh dari kata tenang.
Rencana kepala Keluarga Chu yang telah dibuat selama bertahun-tahun akan dieksekusi dengan tegas saat ini. Bohong kalau mengatakan bahwa dirinya tidak gugup dan bersemangat.
"Terima kasih para tetua atas dukungannya!" Hibue kembali membungkuk dan memberi hormat dengan kedua tangannya, lalu dia melompat ke atas arena dengan pakaian yang berkibar tertiup angin dan semangat tinggi.
Hento tampak tidak peduli dengan adegan ini. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia perlahan berdiri dan berjalan menuju arena dengan tenang.
"Hento, kalau kamu segera mengaku kalah, mungkin dirimu masih bisa pergi dengan bermartabat. Jangan sampai menyesal nanti! Kamu sudah tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan posisi tuan muda Keluarga Chu," kata Hibue sambil memandang Hento dengan acuh tak acuh.
"Kamu terlalu banyak omong kosong. Kalau ingin bersaing memperebutkan posisi Tuan Muda Keluarga Chu, jangan meniru orang-orang idiot yang hanya pintar pamer kata-kata," kata Hento dengan tenang. Dia tidak ingin repot-repot membuang tenaga untuk para musuh yang ingin membunuhnya.
"Cari mati!" Wajah Hibue mengeluarkan aura kehijauan, dan matanya menunjukkan niat membunuh yang kejam. Dia mulai bergerak dan meninju Hento.
Dalam pertempuran Hento sebelumnya, dia telah melihat kultivasi Hento secara garis besar. Meskipun Hento mampu mengalahkan petarung di langkah 9, kultivasinya masih berada di langkah 7.
Meskipun kekuatan yang ditunjukkan Hento sangat besar, pria ini sama sekali bukan lawannya.
Menghadapi pukulan tersebut, alih-alih menghindar, Hento malah menyambutnya dengan tinju juga.
Duar!
Kedua tinju itu bertabrakan, dan energi yang terkumpul pun melonjak, menyebabkan gelombang udara yang sangat besar.
Hento dan Hibue sama-sama mundur selangkah. Di pertempuran pertama ini, mereka imbang.
Mata semua orang yang hadir tiba-tiba melebar. Awalnya, mereka pikir bahwa sekuat apa pun Hento, dia tidak akan bisa melawan Hibue. Namun, sekarang tampaknya kekuatan keduanya seimbang.
"Ini ... ini tidak mungkin! Hento benar-benar bisa mengimbangi Hibue!"
"Ya Tuhan, aku tidak salah lihat 'kan barusan?"
"Apanya yang mengejutkan? Kalaupun dia dan Tuan Hibue imbang, itu bukan hal besar!"
"Tapi dia cuma berada di pemurnian tubuh langkah 7 sekarang. Kalau dia dan Hibue berada di tingkat yang sama, bukankah Hibue tidak akan bisa mengatasi pukulannya?"
"Itu ...."
Hibue mengeluarkan dua pukulan lagi ke arah Hento, tapi Hento berhasil mengatasi keduanya.
Wajah Hibue sangat suram. Meskipun dia tidak menggunakan seluruh kekuatannya saat melakukan beberapa pukulan tadi, pukulan-pukulan Hento juga terkesan santai. Dalam konfrontasi sebelumnya, dia merasa energi sejati Hento tidak kalah dengan miliknya.
Ini benar-benar sangat menakutkan. Jika Hento naik ke pemurnian tubuh langkah 9, bukankah Hibue bahkan tidak akan bisa mengatasi satu pukulan pun? Orang semacam ini adalah ancaman yang sangat besar.
Timbul niat membunuh di hati Hibue. Tubuhnya bergerak cepat dan kembali menyerang. Kali ini, dia menggunakan seluruh kekuatannya.
Duar! Duar!
Kedua sosok di atas panggung beberapa kali bergerak menjauh dan mendekat lagi. Tinju serta telapak tangan mereka yang beradu menimbulkan Formasi gelombang di udara.
Krek!
Hibue melompat dan menginjak Hento. Sementara itu, Hento pun menghindar dan kaki Hibue mendarat di atas arena, memunculkan retakan berbentuk seperti jaring laba-laba.
"Jurus Seribu Kaki!"
Salah seorang murid di antara penonton mengenali jurus tempur itu dan langsung berseru.
Jurus Seribu Kaki adalah keahlian kelas atas tingkat kuning. Jika berhasil menguasainya, satu kaki akan memiliki kekuatan setara seribu kaki dan cukup kuat untuk membelah batu.
Kedua sosok itu bertarung bolak-balik selama beberapa ronde lagi.
Duar!
Kedua orang di atas panggung itu bertukar pukulan sengit hingga sama-sama terdorong mundur lebih dari satu kaki. Setiap langkah yang mereka ambil menghasilkan retakan di batu biru di atas panggung.
"Tangan Pemecah Batu!"
"Tinju Pembelah Gunung!"
Seseorang di antara para penonton berseru kaget. Seni bela diri yang digunakan oleh kedua orang ini sungguh jurus tempur kelas atas tingkat kuning.
Semakin tinggi level suatu jurus tempur, semakin hebat pula kekuatannya, tetapi juga semakin sulit untuk dikultivasi.
Dilihat dari jalannya pertarungan antara dua orang ini, mereka sama-sama telah menguasai jurus-jurus tempur tadi.
Sepertinya mereka belum mengerahkan kekuatan penuh di pertempuran sebelumnya. Jika seperti ini sejak tadi, para murid yang bertarung melawan mereka mungkin tidak akan bisa mengatasi serangan.
Menyeramkan sekali, ternyata inilah kekuatan mereka yang sebenarnya.
Cairan darah perlahan mengalir dari sudut mulut Hibue. Dia menatap tajam ke arah Hento dan mengertakkan giginya. Dia tidak menyangka bahwa Hento begitu sulit untuk dihadapi. Jika terus begini, dia bukan hanya tidak akan bisa mengalahkannya, tapi juga akan ditaklukkan.
"Kamu yang memaksaku melakukan ini!" kata Hibue dengan keras sembari mengertakkan gigi dan menatap Hento. Dia pun mengeluarkan pil merah menyala dari sakunya, memasukkannya ke mulut lalu menelannya.
Saat pil itu memasuki perutnya, kekuatan Hibue meningkat dengan pesat.
"Tidak, apa yang dilakukan Hibue?" Wajah tetua ketiga tiba-tiba berubah warna saat melihat perubahan kekuatan Hibue setelah pemuda itu menelan pil.
"Dia sudah menelan pil yang akan meningkatkan kekuatannya secara paksa. Pil ini punya banyak bahaya tersembunyi. Cepat hentikan dia!" Tetua keempat tiba-tiba berdiri dan hendak mengambil tindakan terhadap Hibue.
"Saat mereka masuk ke arena, semua masalah ada di tangan mereka berdua. Apa Tetua keempat ingin melanggar peraturan?" kata Penatua dengan dingin dan tanpa ekspresi.
"Apa pantas menghancurkan dua pemuda seperti ini demi sebuah posisi?" kata Tetua ketiga dengan serius sambil menatap Penatua.
Setelah Hibue meminum pil itu dan tidak mengatasinya tepat waktu, konsekuensinya tidak terbayangkan. Dia mungkin tidak dapat menaikkan tingkat kultivasinya lagi seumur hidup.
Jika Hibue meminum pil itu, dia akan masuk dalam mode gila. Berhadapan dengan Hibue dapat membahayakan nyawa Hento.
"Kalau Hento merasa kalah, dia bisa mengaku kalah!" Penatu masih berkata dengan dingin.
Demi menjadi kepala keluarga, dia telah merencanakan ini selama bertahun-tahun. Bagaimana dia bisa membiarkan semua kerja kerasnya sia-sia? Bahkan pil yang mampu meningkatkan kekuatan secara paksa itu juga diberikan kepada Hibue.
Pria tua itu merasa perilaku Hento selama ini sangat aneh. Sebelum benar-benar memahami kekuatan Hento, dia merasa perlu menyiapkan beberapa rencana cadangan untuk berjaga-jaga.
Tanpa diduga, rencana cadangan ini pada akhirnya akan berguna. Meski mungkin akan menghancurkan Hibue, demi ambisinya menjadi kepala keluarga, mengorbankan anak muda seperti itu bukan masalah besar.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved