Chapter 4: Dukungan

by 寻飞 10:29,Nov 28,2023
“Baiklah! Aku selalu bersedia!”

Berni Wu mengangguk penuh semangat, ekspresi penuh harap terlihat memenuhi wajahnya.

Dia sudah melakukan banyak pekerjaan sebelumnya, tetapi karena harus mengurus ayahnya, dia jadi tidak dapat bekerja lama-lama. Setelah menjelaskan semuanya, Susir Trans mengobrol sebentar dengan Berni Wu sebelum pergi.

Di mata Berni Wu, sosok bagai malaikat seperti Susir Trans terlihat tidak memiliki motif tersembunyi sama sekali. Dia juga tidak sampai berpikiran kalau orang seperti Susir Trans menyukainya. Susir Trans hanya kasihan padanya dan juga ayahnya.

Di gerbang rumah sakit, Berni Wu melihat nona di dalam lift itu lagi. Dia melihat sosok itu naik ke sebuah mobil Rolls-Royce versi panjang. Diikuti dengan banyak mobil-mobil mewah seperti Mercedes Benz dan juga BMW yang berlalu-lalang. Semua mobil itu memiliki harga fantastis. Berni Wu tidak bisa membayangkan seberapa kaya perempuan itu. Dia semakin dibuat bingung karena gadis seperti itu kenapa bersikeras mencarinya?!

"Drap Drap Drap!"

Suara derap langkah kaki terdengar, diiringi dengan 9 orang berjas hitam yang terlihat buru-buru berlari keluar dari ruang rawat inap.

“Tuan Luo, kita terlambat. Nona Nyrol sudah pergi! Baik,okay,get, saya akan segera bergegas …”

Sebuah suara yang familiar terdengar dari belakang kepala Berni Wu. Seorang pria kekar itulah yang telah melakukan sesuatu padanya di Perusahaan Sayar Lio. Dia tanpa sadar berbalik agar orang tersebut tidak melihatnya.

"Dasar jala*g, kau sangat bertingkah di tempat tidur, tunggu aku malam ini!" Setelah menutup telepon, pria bertubuh kekar itu mengumpat dan bergumam.

"Hei, bukankah ini si b*jing*n kecil itu!"

Memang benar orang tidak mencari masalah, tetapi masalahlah yang mencari orang. Saat orang-orang itu melewati Berni Wu, pria bertubuh kekar itu tiba-tiba berhenti dan menoleh ke arahnya. Seringai kejam langsung terlihat di wajah pria tersebut.

Berni Wu hanya bisa menggigit bibir dan terdiam menghadapi sekelompok pria bertubuh kekar itu.

“Kapan ayahmu yang tua bangka itu mati? Aku sudah sangat sopan ya!”

Pria bertubuh kekar tersebut terlihat mengangkat tangannya dan menoyor kepala Berni Wu. Namun Berni Wu berusaha untuk tidak mempedulikannya, dan berjalan ke arah yang berlawanan. Kemudian suara tawa menjijikkan terdengar dari gerombolan pria tersebut.

“Apa kau tidak mendengarku?!”

Pria bertubuh kekar itu meraih kerah Berni Wu dengan tangan kirinya, lalu menoyor kepalanya beberapa kali dengan tangan kanannya. Dia terus memprovokasi Berni Wu.

"Huh!" Wu Bei tiba-tiba mendongakkan kepalanya, sorot matanya terlihat dingin.

Ayahnya telah berulang kali memperingatkannya untuk tidak memprovokasi Sayar Lio, atau siapa pun di perusahaan Lio. Meskipun tidak mengetahui alasannya, tapi dia dapat dengan mudah menebak bahwa ayahnya pasti memiliki suatu hubungan dengan Sayar Lio.

Pria bertubuh kekar tersebut tampak tertegun sejenak, dan secara refleks melepaskan cengkramannya. Dia belum pernah melihat tatapan setajam itu.

"Kenapa kau menatap Kak Cyno seperti itu?! Mau sok kuat! Memangnya siapa kau!"

Seorang anak buah terlihat melangkah maju dan meninju bahu Berni Wu. Namun Berni Wu tetap tidak bergerak, kakinya seperti terpaku di tanah. Sebaliknya, anak buah yang tadi malah mundur dua langkah karena terkejut. Orang bertubuh kekar tersebut juga merasa sedikit terkejut. Dia akhirnya berjalan menghampiri Berni Wu lagi.

“Jangan main-main denganku. Aku mengingatkanmu untuk yang terakhir kalinya!”

Berni Wu mengatakannya dengan suara lirih, namun mampu didengar oleh pihak lain dengan jelas. Tindakan barusan langsung membuat orang itu gemetar. Dia belum pernah melihat tatapan mata seseorang yang sekejam ular berbisa seperti ini. Seolah jika dia sampai berani maju selangkah saja, dia pasti akan tercabik-cabik. Berni Wu menatap pria itu dari atas ke bawah, lalu berjalan melewatinya tanpa menoleh ke belakang.

"Si*l! Kalau saja aku tidak sedang sibuk, akan kuberi dia pelajaran!"

Setelah berjalan jauh, suara pria tadi ternyata masih terdengar di telinga Berni Wu. Namun dia hanya menyipitkan matanya dan mencibir, bersikap seolah tidak mendengar apapun.

Seseorang memang akan dengan mudah meremehkan orang lain yang terlihat lebih lemah! Padahal, jika Berni Wu mau, dia bisa menjatuhkan segerombolan pria itu hanya dalam waktu dua menit. Tapi dia tidak boleh menggunakan kekerasan.

Saat dia kembali ke ruang rawat inap, ayahnya ternyata sudah tertidur. Perasaannya jadi campur aduk saat melihat ayahnya yang sudah tua dan bertubuh kurus itu harus terbaring di ranjang rumah sakit.

Masih jelas dalam ingatannya saat sang ayah mengunjunginya saat masih menjadi tentara 3 tahun lalu. Baginya, sang ayah adalah sosok yang luar biasa.

Ayahnya hanya butuh waktu kurang dari sepuluh tahun untuk beralih dari seorang sopir truk menjadi seorang pengusaha. Puncaknya adalah saat di rumah dipenuhi dengan foto ayahnya bersama para politisi. Bahkan jalan di luar rumah sakit dibangung dengan dana ayahnya. Berni Wu tidak tahu mengapa ayahnya bisa tiba-tiba bangkrut dan harus berakhir dalam situasi buruk seperti sekarang.

“Hidup memang selalu berputar, dan semua itu adalah proses untuk terus bertumbuh!”

Sang ayah kemudian mengela napas. Dia mengatakan hal tersebut dengan mata yang masih terpejam, seolah sedang bicara dalam tidur. Sementara Berni Wu terlihat membelalakkan mata karena terkejut.

Setelah hening beberapa saat, Berni Wu mendekati ranjang rumah sakit dan bertanya, "Aku ingin tahu bagaimana Sayar Lio bisa merebut perusahaan dari Ayah!"

“Ngook …”

Namun ayahnya malah membalikkan badan dan mendengkur keras. Selalu saja seperti ini! Ayahnya selalu pura-pura tidak mendengar dan hanya diam kalau menyangkut urusan masa lalu dengan Sayar Lio. Sang ayah sama sekali tidak mau bicara!

“Ayah!” Berni Wu meninggikan suaranya karena marah. Tapi ayahnya hanya membalasnya dengan dengusan.

"Jingle Bell ..."

Dering ponselnya membawa pikiran Berni Wu kembali ke dunia nyata. Ketika melihat bahwa itu adalah nomor pemilik rumah, dia bergegas keluar untuk menjawabnya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

41