chapter 15 Menghukum Kejahatan dan Menuntaskan Bahaya
by Erly
10:36,Nov 08,2023
Si Kudisan membawa orang masuk ke pekarangan rumah Feri. Saat dia melihat keadaan rumah yang ramai, dia sedikit heran. Kenapa rumah Feri seramai ini?
"Kebetulan sekali, biar semua orang bisa melihat apa akibat dari menyinggungku!"
Si Kudisan mencibir, "Feri! Hari ini aku akan memperlihatkan apa konsekuensinya kalau sudah menyinggungku! Cepat serahkan bunga 80 juta dan berlutut untuk meminta maaf, dengan begitu aku akan membiarkanmu kali ini!"
"Feri yang mana?"
Seorang pria dengan bekas luka muncul dari belakang Si Kudisan dan bertanya ke arah kerumunan. Dia kemudian melambaikan tangannya dan sekelompok orang mengelilinginya.
"Kak Hono, yang itu!"
Si Kudisan menunjuk Feri sambil mengatakannya. Orang yang dipanggil Kak Hono adalah pria berusia tiga puluhan, seorang preman terkenal di Distrik Qingxi.
Dengan bekas luka di wajahnya, dia memiliki aura ganas yang membuat penduduk desa tidak berani bernapas.
Hati Si Kudisan juga meneteskan darah. Dia sudah berjanji akan membagi dua pertiga uang kepada Kak Hono setelah dia mendapatkan uang itu, asalkan Kak Hono mau datang.
"Kamu yang namanya Feri? Cepat ke luar!"
Saat Feri hendak keluar, Shawn sudah mendahuluinya.
"Dari mana asalmu? Berandal, untuk apa kamu ke sini?"
Shawn mengerutkan keningnya, melangkah maju dan menegurnya. Berani sekali sekelompok preman ini mengganggu Feri!
"Apa hubungannya denganmu? Pergi sana, hati-hati aku akan menghabisimu!"
Kak Hono memandang Shawn dari samping dan berkata dengan nada menghina.
Shawn sangat jengkel. Tidak ada seorang pun di Distrik Qingxi yang berani berbicara seperti itu dengannya.
Pengawal yang Jimmy suruh untuk memindahkan alkohol kebetulan berjalan masuk. Pano yang memimpin berjalan mendekat.
"Pano, urus mereka."
Ekspresi Jimmy mengeras. Siapa Kak Hono ini berani mengatakan omong kosong seperti itu di hadapannya? Benar-benar mencari mati!
Pano mengangguk dan berjalan mendekati Kak Hono.
Kak Hono masih menatap Shawn dengan tatapan angkuh. Dia meludah ke sisi kaki Shawn dan berkata, "Bocah sepertimu mau ikut campur dengan masalah orang lain?"
Pano kemudian berjalan ke belakangnya dan menepuk bahu Kak Hono.
"Jangan menyentuhku! Cepat pergi!"
Kak Hono menoleh dengan tidak sabaran, tetapi Pano sudah menampar wajahnya dengan keras!
"Ah!" Kak Hono berteriak dan terkatuh. Dia memuntahkan seteguk darah dan beberapa giginya juga patah.
Kak Hono menatap Pano dengan tatapan takut dan buru-buru berdiri.
"Kamu, kamu Pano Wei, Tuan Ketiga Wei?"
Pano mengerutkan keningnya dan bertanya-tanya, orang ini mengenalinya?
"Siapa kamu?" tanya Pano Wei.
"Tuan Ketiga, aku Hono Kuang. Waktu masih di Distrik Barat, aku selalu mengikutimu. Aku juga pernah menggantikanmu masuk penjara tiga tahun yang lalu."
Kak Hono menangis dalam hatinya. Dia sangat membenci Si Kudisan karena sudah membuar dirinya menyinggung perasaan Tuan Ketiga Wei.
Tidak semua preman di Distrik Qingxi tahu kalau Tuan Ketiga Wei adalah pria kuat yang memimpin bawah tanah di Distrik Barat.
Menurut rumor, Tuan Ketiga Wei, Pano Wei mengikuti bos besar untuk membersihkan namanya. Apa dia bekerja untuk pria paruh baya di pekarangan itu?
Pano Wei tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Dia melangkah maju, meraih kerah Kak Hono dan memarahinya, "Tadi aku pikir siapa, ternyata kamu! Kamu mengingat hal kecil tentangku dengan begitu jelas? Kenapa, takut orang-orang nggak tahu?"
Kaki Kak Hono melemas, dia berkata sambil memohon, "Aku mana berani. Tuan Ketiga, aku ditipu, aku nggak tahu orang yang mau mereka cari adalah teman Tuan Ketiga!"
"Hm! Kudisan, bukannya kamu mau mencariku?"
Feri mendengus sambil menatap Si Kudisan.
Si Kudisan, yang sudah ketakutan sejak tadi, diam-diam berbalik ingin kabur setelah menyadari adanya masalah.
Penduduk di sana yang merasa berterima kasih pada Feri, tidak membiarkan Si Kudisan kabur dengan begitu mudah. Mereka sudah menghalangi pintu agar Si Kudisan tidak bisa ke mana-mana.
Feri menceritakan semua masalahnya dengan Si Kudisan. Jimmy menyernyitkan alisnya, dia tahu jelas bagaimana seorang rentenir, tetapi orang itu sangat sial karena sudah mencari masalah dengan Feri.
"Hm! Rentenir, kamu masih tahu hukum nggak!" ucap Shawn dengan marah.
"Pano, karena kamu mengenal orang ini, aku akan menyerahkannya padamu. Jangan mengecewakanku."
Pano Wei berkeringat dingin karena tatapan dari Jimmy.
Meskipun sebelumnya di dunia preman status Pano Wei cukup terkemuka, dia selalu ketakutan setiap harinya. Tidak seperti setelah mengikuti Jimmy, dia mendapatkan status dan posisi, dia juga mendapatkan banyak uang dan wanita cantik. Dia tidak mungkin membiarkan Jimmy tidak menyukainya hanya karena masalah ini!
Pano Wei menendang Kak Hono sampai berlutut di tanah.
"Bersujudlah pada Tuan Feri dan minta maaf!"
Kak Hono menoleh dengan kesal ke arah Si Kudisan. Di dalam hatinya, dia menetapkan kalau dia tidak akan melepaskan Si Kudisan.
"Kudisan, kamu makhluk jahat, berani-beraninya kamu berkolusi sama orang luar untuk menggertak sesama penduduk desa!"
Tak disangka, seorang wanita gemuk paruh baya tiba-tiba maju sambil melambaikan cangkul.
Dia adalah Dinda Xie yang sebelumnya suka mencari masalah dengan Keluarga Zhao!
Dinda Xie sudah bersembunyi di luar dan mendengar pembicaraan itu secara diam-diam. Melihat Keluarga Zhao yang sudah berkembang, dia sangat menyesal, jadi dia berniat untuk memperbaiki hubungannya dengan Keluarga Zhao.
Si Kudisan langsung berlari masuk. Setelah mengetahui keadaannya, Dinda Xie segera pulang untuk mengambil cangkul.
Riana menggelengkan kepalanya tanpa berkomentar.
Feri juga tidak memedulikan Dinda Xie dan menatap Pano Wei.
"Nggak perlu bersujud. Negara kita punya hukum negara, masukkan mereka semua ke kantor polisi supaya bisa belajar dengan benar. Orang yang membahayakan seperti ini harus dituntaskan!"
Tubuh Kak Hono melemas dan terjatuh ke tanah ketika mendengar ucapan Feri.
Si Kudisan segera berlari dan berlutut sambil menarik celana Feri.
"Kak Feri, Tuan Feri, aku nggak mengenali orang dan sudah buta. Tolong lepaskan aku!"
Si Kudisan memohon dengan hidung ingusan dan berlinang air mata. Feri hanya menarik kakinya dengan perasaan geli.
Feri berkata, "Lapor polisi."
"Aku yang lapor!"
Shawn menyimpan dendam karena tadi menjadi sasaran kemarahan Kak Hono.
"Hei, putra Sekretaris Partai Kabupaten akan melapor polisi. Tamatlah nasib Si Kudisan."
"Bagus! Bagus sekali!"
Satu per satu, penduduk desa bersorak-sorai. Si Kudisan mengandalkan koneksinya dan menggertak penduduk desa, tetapi tidak ada yang berani menyinggungnya.
Kalau pun ada yang melapor polisi, Si Kudisan akan dipenjara beberapa hari, lalu dia akan membalas dendam dua kali lipat. Jadi, penduduk desa selalu menghindari Si Kudisan.
Mendengar warga di pekarangan berkata orang yang tadi dia lecehkan adalah putra Sekretaris Partai Kabupaten, Kak Hono pun makin lemas.
Sekejap kemudian, Kak Hono dipenuhi dengan amarah.
Kak Hono terus-menerus menendang Si Kudisan yang sudah tersungkur di tanah sambil melindungi kepalanya.
"Halo, Kepala Polisi Chen?"
Shawn memanggil seseorang dan berkata.
"Halo, Tuan Shawn, ada angin apa meneleponku?"
Sebuah suara terkejut terdengar dari ujung telepon.
"Kepala Polisi Chen, aku mau lapor polisi. Aku bertemu dengan seorang preman yang menjadi rentenir dan menagih uang pada temanmu."
"Ada masalah seperti itu? Aku akan mengutus polisi dan memberikan Tuan Shawn penjelasan sekarang juga!"
Kepala Polisi Chen buru-buru menjawabnya sebelum Shawn mengakhiri panggilan itu.
Kak Hono yang hendak menendang Si Kudisan lagi pun terkulai lemas dan terduduk di tanah.
"Tamatlah ..."
"Sangat baik!"
Dason Liu dan penduduk desa bertepuk tangan dan bersorak riang.
Mereka berhasil membasmi permasalahan di Desa Bunga Gui.
"Kebetulan sekali, biar semua orang bisa melihat apa akibat dari menyinggungku!"
Si Kudisan mencibir, "Feri! Hari ini aku akan memperlihatkan apa konsekuensinya kalau sudah menyinggungku! Cepat serahkan bunga 80 juta dan berlutut untuk meminta maaf, dengan begitu aku akan membiarkanmu kali ini!"
"Feri yang mana?"
Seorang pria dengan bekas luka muncul dari belakang Si Kudisan dan bertanya ke arah kerumunan. Dia kemudian melambaikan tangannya dan sekelompok orang mengelilinginya.
"Kak Hono, yang itu!"
Si Kudisan menunjuk Feri sambil mengatakannya. Orang yang dipanggil Kak Hono adalah pria berusia tiga puluhan, seorang preman terkenal di Distrik Qingxi.
Dengan bekas luka di wajahnya, dia memiliki aura ganas yang membuat penduduk desa tidak berani bernapas.
Hati Si Kudisan juga meneteskan darah. Dia sudah berjanji akan membagi dua pertiga uang kepada Kak Hono setelah dia mendapatkan uang itu, asalkan Kak Hono mau datang.
"Kamu yang namanya Feri? Cepat ke luar!"
Saat Feri hendak keluar, Shawn sudah mendahuluinya.
"Dari mana asalmu? Berandal, untuk apa kamu ke sini?"
Shawn mengerutkan keningnya, melangkah maju dan menegurnya. Berani sekali sekelompok preman ini mengganggu Feri!
"Apa hubungannya denganmu? Pergi sana, hati-hati aku akan menghabisimu!"
Kak Hono memandang Shawn dari samping dan berkata dengan nada menghina.
Shawn sangat jengkel. Tidak ada seorang pun di Distrik Qingxi yang berani berbicara seperti itu dengannya.
Pengawal yang Jimmy suruh untuk memindahkan alkohol kebetulan berjalan masuk. Pano yang memimpin berjalan mendekat.
"Pano, urus mereka."
Ekspresi Jimmy mengeras. Siapa Kak Hono ini berani mengatakan omong kosong seperti itu di hadapannya? Benar-benar mencari mati!
Pano mengangguk dan berjalan mendekati Kak Hono.
Kak Hono masih menatap Shawn dengan tatapan angkuh. Dia meludah ke sisi kaki Shawn dan berkata, "Bocah sepertimu mau ikut campur dengan masalah orang lain?"
Pano kemudian berjalan ke belakangnya dan menepuk bahu Kak Hono.
"Jangan menyentuhku! Cepat pergi!"
Kak Hono menoleh dengan tidak sabaran, tetapi Pano sudah menampar wajahnya dengan keras!
"Ah!" Kak Hono berteriak dan terkatuh. Dia memuntahkan seteguk darah dan beberapa giginya juga patah.
Kak Hono menatap Pano dengan tatapan takut dan buru-buru berdiri.
"Kamu, kamu Pano Wei, Tuan Ketiga Wei?"
Pano mengerutkan keningnya dan bertanya-tanya, orang ini mengenalinya?
"Siapa kamu?" tanya Pano Wei.
"Tuan Ketiga, aku Hono Kuang. Waktu masih di Distrik Barat, aku selalu mengikutimu. Aku juga pernah menggantikanmu masuk penjara tiga tahun yang lalu."
Kak Hono menangis dalam hatinya. Dia sangat membenci Si Kudisan karena sudah membuar dirinya menyinggung perasaan Tuan Ketiga Wei.
Tidak semua preman di Distrik Qingxi tahu kalau Tuan Ketiga Wei adalah pria kuat yang memimpin bawah tanah di Distrik Barat.
Menurut rumor, Tuan Ketiga Wei, Pano Wei mengikuti bos besar untuk membersihkan namanya. Apa dia bekerja untuk pria paruh baya di pekarangan itu?
Pano Wei tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Dia melangkah maju, meraih kerah Kak Hono dan memarahinya, "Tadi aku pikir siapa, ternyata kamu! Kamu mengingat hal kecil tentangku dengan begitu jelas? Kenapa, takut orang-orang nggak tahu?"
Kaki Kak Hono melemas, dia berkata sambil memohon, "Aku mana berani. Tuan Ketiga, aku ditipu, aku nggak tahu orang yang mau mereka cari adalah teman Tuan Ketiga!"
"Hm! Kudisan, bukannya kamu mau mencariku?"
Feri mendengus sambil menatap Si Kudisan.
Si Kudisan, yang sudah ketakutan sejak tadi, diam-diam berbalik ingin kabur setelah menyadari adanya masalah.
Penduduk di sana yang merasa berterima kasih pada Feri, tidak membiarkan Si Kudisan kabur dengan begitu mudah. Mereka sudah menghalangi pintu agar Si Kudisan tidak bisa ke mana-mana.
Feri menceritakan semua masalahnya dengan Si Kudisan. Jimmy menyernyitkan alisnya, dia tahu jelas bagaimana seorang rentenir, tetapi orang itu sangat sial karena sudah mencari masalah dengan Feri.
"Hm! Rentenir, kamu masih tahu hukum nggak!" ucap Shawn dengan marah.
"Pano, karena kamu mengenal orang ini, aku akan menyerahkannya padamu. Jangan mengecewakanku."
Pano Wei berkeringat dingin karena tatapan dari Jimmy.
Meskipun sebelumnya di dunia preman status Pano Wei cukup terkemuka, dia selalu ketakutan setiap harinya. Tidak seperti setelah mengikuti Jimmy, dia mendapatkan status dan posisi, dia juga mendapatkan banyak uang dan wanita cantik. Dia tidak mungkin membiarkan Jimmy tidak menyukainya hanya karena masalah ini!
Pano Wei menendang Kak Hono sampai berlutut di tanah.
"Bersujudlah pada Tuan Feri dan minta maaf!"
Kak Hono menoleh dengan kesal ke arah Si Kudisan. Di dalam hatinya, dia menetapkan kalau dia tidak akan melepaskan Si Kudisan.
"Kudisan, kamu makhluk jahat, berani-beraninya kamu berkolusi sama orang luar untuk menggertak sesama penduduk desa!"
Tak disangka, seorang wanita gemuk paruh baya tiba-tiba maju sambil melambaikan cangkul.
Dia adalah Dinda Xie yang sebelumnya suka mencari masalah dengan Keluarga Zhao!
Dinda Xie sudah bersembunyi di luar dan mendengar pembicaraan itu secara diam-diam. Melihat Keluarga Zhao yang sudah berkembang, dia sangat menyesal, jadi dia berniat untuk memperbaiki hubungannya dengan Keluarga Zhao.
Si Kudisan langsung berlari masuk. Setelah mengetahui keadaannya, Dinda Xie segera pulang untuk mengambil cangkul.
Riana menggelengkan kepalanya tanpa berkomentar.
Feri juga tidak memedulikan Dinda Xie dan menatap Pano Wei.
"Nggak perlu bersujud. Negara kita punya hukum negara, masukkan mereka semua ke kantor polisi supaya bisa belajar dengan benar. Orang yang membahayakan seperti ini harus dituntaskan!"
Tubuh Kak Hono melemas dan terjatuh ke tanah ketika mendengar ucapan Feri.
Si Kudisan segera berlari dan berlutut sambil menarik celana Feri.
"Kak Feri, Tuan Feri, aku nggak mengenali orang dan sudah buta. Tolong lepaskan aku!"
Si Kudisan memohon dengan hidung ingusan dan berlinang air mata. Feri hanya menarik kakinya dengan perasaan geli.
Feri berkata, "Lapor polisi."
"Aku yang lapor!"
Shawn menyimpan dendam karena tadi menjadi sasaran kemarahan Kak Hono.
"Hei, putra Sekretaris Partai Kabupaten akan melapor polisi. Tamatlah nasib Si Kudisan."
"Bagus! Bagus sekali!"
Satu per satu, penduduk desa bersorak-sorai. Si Kudisan mengandalkan koneksinya dan menggertak penduduk desa, tetapi tidak ada yang berani menyinggungnya.
Kalau pun ada yang melapor polisi, Si Kudisan akan dipenjara beberapa hari, lalu dia akan membalas dendam dua kali lipat. Jadi, penduduk desa selalu menghindari Si Kudisan.
Mendengar warga di pekarangan berkata orang yang tadi dia lecehkan adalah putra Sekretaris Partai Kabupaten, Kak Hono pun makin lemas.
Sekejap kemudian, Kak Hono dipenuhi dengan amarah.
Kak Hono terus-menerus menendang Si Kudisan yang sudah tersungkur di tanah sambil melindungi kepalanya.
"Halo, Kepala Polisi Chen?"
Shawn memanggil seseorang dan berkata.
"Halo, Tuan Shawn, ada angin apa meneleponku?"
Sebuah suara terkejut terdengar dari ujung telepon.
"Kepala Polisi Chen, aku mau lapor polisi. Aku bertemu dengan seorang preman yang menjadi rentenir dan menagih uang pada temanmu."
"Ada masalah seperti itu? Aku akan mengutus polisi dan memberikan Tuan Shawn penjelasan sekarang juga!"
Kepala Polisi Chen buru-buru menjawabnya sebelum Shawn mengakhiri panggilan itu.
Kak Hono yang hendak menendang Si Kudisan lagi pun terkulai lemas dan terduduk di tanah.
"Tamatlah ..."
"Sangat baik!"
Dason Liu dan penduduk desa bertepuk tangan dan bersorak riang.
Mereka berhasil membasmi permasalahan di Desa Bunga Gui.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved