chapter 13 Kesalahpahaman
by Erly
10:36,Nov 08,2023
Sekembalinya Feri ke kamarnya, dia tidak bisa terlelap.
Feri sudah berguling-guling, tetapi tidak bisa terlelap juga, jadi dia bangkit dan menyusun rencana ekspansi bisnis selanjutnya.
Awalnya, Feri ingin menyuruh Jimmy membeli sepetak tanah di Distrik Qingxi untuk menanam tanaman obat dan membangun pabrik alkohol.
Namun, selama perjalanan pulang ke Desa Bunga Gui, Feri melihat tanah tak terawat dan warga desa yang miskin. Jadi, dia berpikir untuk membuka pabrik di Desa Bunga Gui agar bisa berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian desanya!
Desa Bunga Gui memang agak terpencil, tetapi bisnis rokok dan alkohol paman dan bibi Shawn sudah merambat sampai ibu kota! Hal ini berarti Feri tidak perlu memusingkan masalah penjualan lagi.
Benar, rokok!
Mata Feri berbinar. Rokok dan alkohol tak terpisahkan. Dia sudah membuat anggur sendiri, kenapa tidak membuat rokok juga?
Kebetulan di dalan warisan itu terdapat resep pembuatan rokok!
Feri yakin dengan satu isapan saja, para perokok akan langsung jatuh cinta dengan rokoknya!
Feri langsung bangkit dan mengobrak-abrik sekeranjang tanaman herbal yang dia petik di pegunungan.
Setelah mengobrak-abrik beberapa kali, akhirnya Feri menemukan menemukan beberapa tanaman herbal yang dapat digunakan. Kemudian dia pergi ke tempat ayahnya menyimpan rokok untuk mencari setengah kilogram tembakau.
Bahan-bahannya terdiri dari 500 gram tembakau, 100 gram rumput dewa, 50 gram akar paeonia putih dan 30 gram akar cemara. Feri mengambil pisau dan mengayunkannya ke udara, menimbulkan kilatan bayangan. Seikat tanaman herbal berhasil dihancurkan dan tercampur bersama.
Feri mengeluarkan sebuah kotak kayu, memasukkan tanaman herbal dan menggunakan kekuatan batinnya untuk membentuk tujuh jimat kuning dan menempelnya di atasnya.
Sehabis sibuk sepanjang malam, Feri pun tertidur lelap.
…
Keesokan paginya, di jalan tanah menuju Desa Bunga Gui.
Shawn dan Jimmy sedang berkendara melewati jalan tanah itu. Shawn memimpin di depan dengan mobil BMW miliknya, diikuti oleh Jimmy dengan mobil pickup Mercedes-Benz yang mengangkut semobil penuh alkohol.
"Desa Bunga Gui benar-benar miskin. Jalannya jelek sekali, menyetir masuk ke sana sangatlah sulit."
Shawn menggerutu, badannya ikut bergoyang-goyang akibat goncangan mobilnya.
Saat mereka sampai di desa, Shawn menghela nafas lega dan menekan klakson mobilnya dengan keras.
Suara itu mengundang perhatian penduduk desa. Pandangan mereka terfokus pada dua mobil di pintu masuk desa, satu per satu dari mereka pun berjalan mendekat.
Di Desa Bunga Gui hampir tidak pernah ada mobil.
"Astaga, mobil yang di depan ini, pasti mahal banget, 'kan?" teriak seroang penduduk desa.
“Aku pernah melihat lambang mobil ini di televisi, itu lambang BMW."
"Wah, BMW, hebat sekali, harganya pasti mencapai ratusan juta?"
Bagi para penduduk desa, uang ratusaan juta merupakan nominal yang tak terbayangkan.
"Ratusan juta? Waktu aku kerja jadi buruh, bosku juga memakai mobil yang sama persis. Coba tebak berapa harganya?" tanya seorang pemuda berusia dua puluhan.
"Berapa?"
"Dua miliaran!"
Orang-orang di desa yang ikut melihat keramaian tiba-tiba tertegun.
"Kakek, kamu tahu Feri tinggal di mana nggak?"
Shawn turun dari mobilnya dan bertanya pada seorang pria paruh baya.
Pria tua itu agak kaget. Semua orang di desa tahu tentang peristiwa yang terjadi dua hari terakhir. Mereka mengklaim Feri melakukan kejahatan karena tidak tahu dari mana uang ratusan juta itu berasal. Bahkan ada orang yang bilang mereka akan melaporkan Feri!
Sekarang, seorang bos besar yang mengendarai mobil seharga dua miliar datang mencari Feri?
Semua orang di desa bertanya-tanya alasan Shawn mencari Feri.
"Mungkinkah Feri benar-benar melakukan kejahatan, makanya sekarang dia dicari?"
Sebuah suara terdengar dari keramaian, semuanya tersadar dan mulai menganggukkan kepala mereka menyetujui komentar itu.
“Sini aku antar!” jawab pria tua itu.
"Ayo, ayo, Kakek, naiklah ke mobil."
Shawn mempersilakan pria tua itu naik ke mobilnya agar bisa membantunya menunjuk jalan.
Pria tua itu merasa agak kurang nyaman karena baru pertama kali melihat mobil semahal itu.
Kedua mobil mewah berjalan melewati desa, orang yang datang melihat keramaian pun bertambah banyak.
"Feri tinggal di sini."
Pria tua itu menunjuk ke luar jendela. Saat Shawn menyetop mobilnya, pria tua itu buru-buru membuka pintu dan turun. Dia membersihkan kursi yang tadi dia duduki dengan lengan bajunya, agak tidak rela turun dari mobil.
Jimmy juga ikut turun dari mobil, sejumlah pria yang memakai jas bersosok gagah menyusul Jimmy turun dari pickup.
"Ck ck, lihatlah anak buahnya, mereka pasti preman, 'kan?"
"Feri menghadapi masalah besar!"
Saat Jimmy mengetuk pintu, Yohan, Kirana dan Riana sedang sarapan, sedangkan Feri belum bangun.
Mendengar suara ketukan pintu, Yohan pun bangkit untuk membukakan pintu.
Begitu membuka pintu, Yohan terkejut melihat orang-orang di depan pintu rumahnya.
"Kalian mau cari siapa?" tanya Yohan dengan wajah pucat.
Mendengar keributan di luar, Riana dan Kirana juga keluar.
"Kita mau mencari Feri," jawab Jimmy.
"Kirana, suruh kakakmu bangun, bilang kalau ada orang yang mencarinya," jawab Yohan sambil menelan ludah.
Yohan diam-diam memberikan isyarat dengan mengedipkan matanya, setelah itu Kirana langsung berlari masuk.
"Kak, kak, cepat kabur!"
Kirana berlari masuk ke kamar Feri dan berteriak keras.
Feri pun bangun dan menatap Kirana dengan kebingungan.
"Ada preman yang mau datang menangkapmu, cepat kabur!"
"Apa?" tanya Feri yang kebingungan.
"Di depan ada seorang pria paruh baya dengan penampilan yang sangat garang dan seorang pria muda. Mereka juga membawa sekumpulan orang berpakaian jas dan bersosok gagah," jelas Kirana dengan gelisah.
Feri menggosok wajahnya dan bangun dari kasurnya. Dia tidak tahu harus bereaksi bagaimana, dia tidak sangka kalau Jimmy dan Shawn akan datang begitu cepat.
Feri berjalan ke arah pekarangan rumah, tetapi Kirana menghentikannya.
"Kak, cepat kabur!"
Kirana berlinang air mata, hatinya dipenuhi dengan rasa cemas.
“Nggak masalah, mereka temannya kakak."
Feri berjalan ke pekarangan rumahnya. Melihat Feri yang berjalan ke luar, ekspresi Riana langsung berubah dan bersiap untuk memarahi Feri.
"Kak Feri, ternyata kamu belum bangun, maaf sudah mengganggu istirahatmu."
Begitu melihat Feri, Jimmy berjalan maju dan berkata sambil tersenyum.
"Kak Feri, aku sudah datang," ucap Shawn dengan nada bercanda, dia juga ikut mendekati Feri.
Yohan dan Riana tiba-tiba kehilangan kemampuan berpikir mereka, orang-orang ini memanggil Feri dengan panggilan apa?
Orang-orang yang menunggu untuk menertawakan Feri ternganga karena terkejut.
"Biar kuperkenalkan, ini ayahku, ini ibuku dan ini adik perempuanku," ujar Feri.
Jimmy segera mendekati Yohan dan menggenggam tangannya.
"Halo, halo, Tuan Zhao, aku baru tahu Feri berasal dari Desa Bunga Gui. Tahun lalu aku pernah mengunjungi Desa Bunga Gui, tapi nggak bertemu dengan Tuan Zhao."
Yohan dengan kaku berjabatan tangan dengan Jimmy, lalu melepaskannya.
Riana buru-buru menarik Feri dan bertanya, "Feri, siapa mereka?"
"Bu, mereka temanku, aku menjual anggur obatku ke mereka."
Riana merasa sedikit lega setelah mendengar penjelasan Feri. Akhirnya Riana dan Yohan bisa memercayai ucapan Feri.
Awalnya, Riana meragukan kalau mereka adalah penipu, tetapi melihat kedua mobil yang terparkir di luar, dia menelan kembali ucapannya.
Dalam pandangan Penduduk Desa Bunga Gui, orang yang mampu membeli mobil merupakan bos besar!
"Semuanya, ayo masuk ke dalam," kata Riana dengan cepat sebagai orang pertama yang bereaksi.
Shawn mengerutkan keningnya ketika memasuki rumah tua itu.
"Kak Feri, aku punya vila kosong di sekitar sini. Gimana kalau kamu dan keluargamu ke sana saja?"
Meskipun Shawn sombong dan mendominasi, dia bersikap sangan baik terhadap teman-teman yang dia kagumi.
Mendengar hal itu, perasaan Riana dan Yohan bergejolak lagi. Begitu membuka mulut langsung membicarakan sebuah vila kosong?
Mewah sekali!
"Bos Tang, ini anakmu?" tanya Yohan dengan agak kagok kepada Shawn.
"Haih, aku belum punya anak cowok. Dia putra Sekretaris Partai Kabupaten, Shawn Li."
Luar biasa!
Yohan dan Riana terasa seperti disambar petir untuk waktu yang lama, tidak bisa berkata-kata.
Feri punya teman seorang putra Sekretaris Partai Kabupaten?
Feri sudah berguling-guling, tetapi tidak bisa terlelap juga, jadi dia bangkit dan menyusun rencana ekspansi bisnis selanjutnya.
Awalnya, Feri ingin menyuruh Jimmy membeli sepetak tanah di Distrik Qingxi untuk menanam tanaman obat dan membangun pabrik alkohol.
Namun, selama perjalanan pulang ke Desa Bunga Gui, Feri melihat tanah tak terawat dan warga desa yang miskin. Jadi, dia berpikir untuk membuka pabrik di Desa Bunga Gui agar bisa berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian desanya!
Desa Bunga Gui memang agak terpencil, tetapi bisnis rokok dan alkohol paman dan bibi Shawn sudah merambat sampai ibu kota! Hal ini berarti Feri tidak perlu memusingkan masalah penjualan lagi.
Benar, rokok!
Mata Feri berbinar. Rokok dan alkohol tak terpisahkan. Dia sudah membuat anggur sendiri, kenapa tidak membuat rokok juga?
Kebetulan di dalan warisan itu terdapat resep pembuatan rokok!
Feri yakin dengan satu isapan saja, para perokok akan langsung jatuh cinta dengan rokoknya!
Feri langsung bangkit dan mengobrak-abrik sekeranjang tanaman herbal yang dia petik di pegunungan.
Setelah mengobrak-abrik beberapa kali, akhirnya Feri menemukan menemukan beberapa tanaman herbal yang dapat digunakan. Kemudian dia pergi ke tempat ayahnya menyimpan rokok untuk mencari setengah kilogram tembakau.
Bahan-bahannya terdiri dari 500 gram tembakau, 100 gram rumput dewa, 50 gram akar paeonia putih dan 30 gram akar cemara. Feri mengambil pisau dan mengayunkannya ke udara, menimbulkan kilatan bayangan. Seikat tanaman herbal berhasil dihancurkan dan tercampur bersama.
Feri mengeluarkan sebuah kotak kayu, memasukkan tanaman herbal dan menggunakan kekuatan batinnya untuk membentuk tujuh jimat kuning dan menempelnya di atasnya.
Sehabis sibuk sepanjang malam, Feri pun tertidur lelap.
…
Keesokan paginya, di jalan tanah menuju Desa Bunga Gui.
Shawn dan Jimmy sedang berkendara melewati jalan tanah itu. Shawn memimpin di depan dengan mobil BMW miliknya, diikuti oleh Jimmy dengan mobil pickup Mercedes-Benz yang mengangkut semobil penuh alkohol.
"Desa Bunga Gui benar-benar miskin. Jalannya jelek sekali, menyetir masuk ke sana sangatlah sulit."
Shawn menggerutu, badannya ikut bergoyang-goyang akibat goncangan mobilnya.
Saat mereka sampai di desa, Shawn menghela nafas lega dan menekan klakson mobilnya dengan keras.
Suara itu mengundang perhatian penduduk desa. Pandangan mereka terfokus pada dua mobil di pintu masuk desa, satu per satu dari mereka pun berjalan mendekat.
Di Desa Bunga Gui hampir tidak pernah ada mobil.
"Astaga, mobil yang di depan ini, pasti mahal banget, 'kan?" teriak seroang penduduk desa.
“Aku pernah melihat lambang mobil ini di televisi, itu lambang BMW."
"Wah, BMW, hebat sekali, harganya pasti mencapai ratusan juta?"
Bagi para penduduk desa, uang ratusaan juta merupakan nominal yang tak terbayangkan.
"Ratusan juta? Waktu aku kerja jadi buruh, bosku juga memakai mobil yang sama persis. Coba tebak berapa harganya?" tanya seorang pemuda berusia dua puluhan.
"Berapa?"
"Dua miliaran!"
Orang-orang di desa yang ikut melihat keramaian tiba-tiba tertegun.
"Kakek, kamu tahu Feri tinggal di mana nggak?"
Shawn turun dari mobilnya dan bertanya pada seorang pria paruh baya.
Pria tua itu agak kaget. Semua orang di desa tahu tentang peristiwa yang terjadi dua hari terakhir. Mereka mengklaim Feri melakukan kejahatan karena tidak tahu dari mana uang ratusan juta itu berasal. Bahkan ada orang yang bilang mereka akan melaporkan Feri!
Sekarang, seorang bos besar yang mengendarai mobil seharga dua miliar datang mencari Feri?
Semua orang di desa bertanya-tanya alasan Shawn mencari Feri.
"Mungkinkah Feri benar-benar melakukan kejahatan, makanya sekarang dia dicari?"
Sebuah suara terdengar dari keramaian, semuanya tersadar dan mulai menganggukkan kepala mereka menyetujui komentar itu.
“Sini aku antar!” jawab pria tua itu.
"Ayo, ayo, Kakek, naiklah ke mobil."
Shawn mempersilakan pria tua itu naik ke mobilnya agar bisa membantunya menunjuk jalan.
Pria tua itu merasa agak kurang nyaman karena baru pertama kali melihat mobil semahal itu.
Kedua mobil mewah berjalan melewati desa, orang yang datang melihat keramaian pun bertambah banyak.
"Feri tinggal di sini."
Pria tua itu menunjuk ke luar jendela. Saat Shawn menyetop mobilnya, pria tua itu buru-buru membuka pintu dan turun. Dia membersihkan kursi yang tadi dia duduki dengan lengan bajunya, agak tidak rela turun dari mobil.
Jimmy juga ikut turun dari mobil, sejumlah pria yang memakai jas bersosok gagah menyusul Jimmy turun dari pickup.
"Ck ck, lihatlah anak buahnya, mereka pasti preman, 'kan?"
"Feri menghadapi masalah besar!"
Saat Jimmy mengetuk pintu, Yohan, Kirana dan Riana sedang sarapan, sedangkan Feri belum bangun.
Mendengar suara ketukan pintu, Yohan pun bangkit untuk membukakan pintu.
Begitu membuka pintu, Yohan terkejut melihat orang-orang di depan pintu rumahnya.
"Kalian mau cari siapa?" tanya Yohan dengan wajah pucat.
Mendengar keributan di luar, Riana dan Kirana juga keluar.
"Kita mau mencari Feri," jawab Jimmy.
"Kirana, suruh kakakmu bangun, bilang kalau ada orang yang mencarinya," jawab Yohan sambil menelan ludah.
Yohan diam-diam memberikan isyarat dengan mengedipkan matanya, setelah itu Kirana langsung berlari masuk.
"Kak, kak, cepat kabur!"
Kirana berlari masuk ke kamar Feri dan berteriak keras.
Feri pun bangun dan menatap Kirana dengan kebingungan.
"Ada preman yang mau datang menangkapmu, cepat kabur!"
"Apa?" tanya Feri yang kebingungan.
"Di depan ada seorang pria paruh baya dengan penampilan yang sangat garang dan seorang pria muda. Mereka juga membawa sekumpulan orang berpakaian jas dan bersosok gagah," jelas Kirana dengan gelisah.
Feri menggosok wajahnya dan bangun dari kasurnya. Dia tidak tahu harus bereaksi bagaimana, dia tidak sangka kalau Jimmy dan Shawn akan datang begitu cepat.
Feri berjalan ke arah pekarangan rumah, tetapi Kirana menghentikannya.
"Kak, cepat kabur!"
Kirana berlinang air mata, hatinya dipenuhi dengan rasa cemas.
“Nggak masalah, mereka temannya kakak."
Feri berjalan ke pekarangan rumahnya. Melihat Feri yang berjalan ke luar, ekspresi Riana langsung berubah dan bersiap untuk memarahi Feri.
"Kak Feri, ternyata kamu belum bangun, maaf sudah mengganggu istirahatmu."
Begitu melihat Feri, Jimmy berjalan maju dan berkata sambil tersenyum.
"Kak Feri, aku sudah datang," ucap Shawn dengan nada bercanda, dia juga ikut mendekati Feri.
Yohan dan Riana tiba-tiba kehilangan kemampuan berpikir mereka, orang-orang ini memanggil Feri dengan panggilan apa?
Orang-orang yang menunggu untuk menertawakan Feri ternganga karena terkejut.
"Biar kuperkenalkan, ini ayahku, ini ibuku dan ini adik perempuanku," ujar Feri.
Jimmy segera mendekati Yohan dan menggenggam tangannya.
"Halo, halo, Tuan Zhao, aku baru tahu Feri berasal dari Desa Bunga Gui. Tahun lalu aku pernah mengunjungi Desa Bunga Gui, tapi nggak bertemu dengan Tuan Zhao."
Yohan dengan kaku berjabatan tangan dengan Jimmy, lalu melepaskannya.
Riana buru-buru menarik Feri dan bertanya, "Feri, siapa mereka?"
"Bu, mereka temanku, aku menjual anggur obatku ke mereka."
Riana merasa sedikit lega setelah mendengar penjelasan Feri. Akhirnya Riana dan Yohan bisa memercayai ucapan Feri.
Awalnya, Riana meragukan kalau mereka adalah penipu, tetapi melihat kedua mobil yang terparkir di luar, dia menelan kembali ucapannya.
Dalam pandangan Penduduk Desa Bunga Gui, orang yang mampu membeli mobil merupakan bos besar!
"Semuanya, ayo masuk ke dalam," kata Riana dengan cepat sebagai orang pertama yang bereaksi.
Shawn mengerutkan keningnya ketika memasuki rumah tua itu.
"Kak Feri, aku punya vila kosong di sekitar sini. Gimana kalau kamu dan keluargamu ke sana saja?"
Meskipun Shawn sombong dan mendominasi, dia bersikap sangan baik terhadap teman-teman yang dia kagumi.
Mendengar hal itu, perasaan Riana dan Yohan bergejolak lagi. Begitu membuka mulut langsung membicarakan sebuah vila kosong?
Mewah sekali!
"Bos Tang, ini anakmu?" tanya Yohan dengan agak kagok kepada Shawn.
"Haih, aku belum punya anak cowok. Dia putra Sekretaris Partai Kabupaten, Shawn Li."
Luar biasa!
Yohan dan Riana terasa seperti disambar petir untuk waktu yang lama, tidak bisa berkata-kata.
Feri punya teman seorang putra Sekretaris Partai Kabupaten?
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved