Bab 9 Salah Kamar?
by Secilia Abigail Hariono
18:42,Oct 19,2023
SALAH KAMAR?
Ternyata kaki Rio yang jelas sengaja menyentuh kaki Gendhis. Rio tersenyum ke sekilas ke arah Gendhis, entah apa maksudnya. Meeting malam ini selesai, sudah di putuskan hari sabtu dini hari mereka akan berangkat, hanya TL dan rombongan. Team memantau standby di kota mereka. Untuk pembagian hotel Gendhis sekamar dengan Rosa, dan Guruh dengan Iim.
"Baik apa ada yang ingin di tanyakan lagi?" ujar Dimas.
"Tidak Pak!" sahut Iim.
"Oke, sekarang waktunya kita makan- makan, silahkan temen- temen memesan makanan yang kalian inginkan," kata Rio.
"Mbak Gendhis mau makan apa?" tanya Rosa.
"Em, Nasi goreng saja, minum nya air mineral dingin ya!" perintah Gendhis.
Mereka memesan masing- masing menu. Menikmati makan malam bersama.
"Kau langsung pulang?" tanya Rio.
Gendhis mengangguk. Malam ini Gendhis langsung pergi ke salon langganannya. Salon Mama mita, untuk memasang eyelash dan berfikir mewarnai rambut.
"Mamtit aku besok ada event, ini kan masih jam sepuluh malem bisa lembur ndak?" tanya Gendhis.
"Kebiasaan deh!" tegur Mita.
"Please Mamit, mau ya!" bujuk Gendhis.
Karena Gendhis termasuk royal konsumen maka Mita mau melakukannya. Setelah mempertimbangkan banyak hal akhirnya Gendhis memilih mewarnai rambutnya dengan warna ash grey agar jika memudar berwarna pirang.
"Dah kau tidurlah, di kursi keramas ini! Dari pada lu besok tertidur saat kerja!" perintah Mita.
Gendhis setuju, sebelum tidur dia membuat status di WA nya.
'Selamat tidur di salon, demi rambut cetar'
Menghabiskan waktu kurang lebih lima jam untuk mewarnai rambut, saat stylish rambut tiba-tiba HP Gendhis berbunyi tanda Video Call masuk.
"Stttt! Mamit diamlah ya, Bosku telp!" ujar Gendhis.
Mita mengangguk. Panggilan video call itu berasal dari Rio.
“Hallo iya Mas? Kenapa?” tanya Gendhis.
"Kau subuh gini masih di salon?" tanya Rio balik.
"Iya tapi sudah selesai kok tenang saja, masih nuntut jamnya," kata Gendhis menenangkan Rio.
"Coba lihat," pinta Rio.
Gendhis menghadapkan kamera ke arah wajahnya.
"Tuh kan cakep!" seru Gendhis.
“Cantik banget! Awas jangan macem-macem! Besok aku ikut ke Jogja,” kata Rio.
Gendhis segera mengiyakan agar cepat selesai VC itu. Dia harus gesit karena sebentar lagi waktu menunjukkan jam setengah empat pagi.
“Siapose cin?” tanya Mita penasaran karena jelas lelaki yang mem- VC Gendhis bukanlah Samuel.
Sedangkan semua teman Gendhis tahu kekasihnya adalah Samuel lelaki chinese bukan om- om berjenggot seperti yang tampak di layar tadi.
“Suami orang cin, lagi kegilaan kalik sama aku," kata Gendhis lalu mereka tertawa bersama.
Setelah membayar sejumlah uang tagihan Gendhis bergegas pamit. Gendhis tak sempat lagi untuk mandi. Dia segera berganti seragam, memasukkan baju ganti seperlunya, sepatu wedges untuk kegiatan dan flatshoes untuk jalan- jalan.
Gendhis segera melajukan mobil ke arah pabrik rokok. Untunglah tempat itu tak jauh dari perumahan tempat tinggal Gendhis. Jam empat lebih dua puluh tepat Gendhis sampai di pelataran pabrik.
"Rosa!" teriak Gendhis.
Gadis itu tampak lincah memandu peserta yang datang.
"Cepet ke Bus Mbak, ada beberapa orang yang sudah datang," tegur Rosa.
Gendhis mengangguk dia segera berlari ke Bus satu. Gendhis di tugaskan pada bus yang berisikan kepala bagian, manager, dan atasan lain. Setelah semua masuk bus, Gendhis segera memimpin doa bersama agar diberikan keselamatan sepanjang perjalanan, tak lupa memperkenalkan diri sebagai TL mereka.
"Ayok Bapak, Ibu siapa yang ingin menyumbangkan lagu atau suara emasnya bisa berduet atau menyanyi sendiri, kalau malu tak kasih contoh dulu ya! Mas puterin lagu ya Gilga Sahid, Nemen! ini laguku banget lo,"
Ngomongo, Jalokmu pie? Tak turutane, tak usahakne
[Apa maumu? Katakan, aku turuti, akiu usahakan]
Aku ramasalah, yen kon berjuang dewe, Sing penting kowe bahagia endinge
[Aku tak masalah jika harus berjuang sendirian, Yang penting kau bahagia akhirnya]
Nanging ngopo, walesanmu neng aku, Kowe luwih milih dek'e
[Tapi mengapa balasanmu padaku, Kau lebih memilih dirinya
Kowe ninggal aku ninggal tatu, Kowe luwih milih dek'e
[Kau meninggalkanku, torehkan luka, kau pilih dirinya]
Sorak sorai penumpang terdengar. Sebagai pembuka biasanya Gendhis turut menyanyikan satu lagu, agar peserta terpancing untuk berkaraoke sendiri sepanjang perjalanan. Selesai menyanyi, Gendhis duduk di kursi khusus TL samping sopir. Dia mengeluarkan kopi pahit yang sengaja di beli saat melewati indomedit dekat rumahnya tak lupa dia juga membeli roti gandum.
“Nih pak, mau?” tawar Gendhis ke sopir dan kru nya.
Mereka mengambil masing-masing satu lembar roti gandum manis. Sopir dan kru ini memang sudah Gendhis kenal dari lama, mereka beberapa kali melakukan trip bersama. Bahkan pak Joko sopir bus ini sangat hafal pada Gendhis. Dia menjuluki TL ter- grapyak atau ramah. Selama ini memang Gendhis tak pernah membatasi untuk bergaul dengan siapapun. Samuel mengajari Gendhis banyak hal termasuk memanusiakan manusia.
"Pak tak tidur dulu yo, mataku sepet banget mengantuk, nanti bangunin ya!" pamit Gendhis.
Kru Bis mengangguk. Sampai di Jogja, mereka menuju ke pantai daerah Gunung Kidul. Peserta akan melakukan game yang sudah di siapkan oleh team EO lapangan. Para TL menunggu di warung-warung kopi sepanjang pantai. Rosa menghampiri Gendhis yang sudah duduk anteng membeli kopi hitam.
“Mbak tadi di Group pembagian kamarnya di pecah lo! Sampean sudah lihat?" tanya Rosa.
"Belum, aku tak sempat melihat Hp, mataku ngantuk sekali," ujar Gendhis.
"Jadi kamarnya di pecah, karena untuk kamar di hotel Lafayette Malioboro full hanya untuk atasan- atasan aja, tapi kata Mas Dimas tadi Mbak Gendhis tetap bagian satu kamar di sana sama bu siapa gitu, karena kalau ada apa- apa biar enak, Lihat group deh mbak,” perintah Rosa.
“Loh iya ta? Aku ndak pegang hp blas soalnya, sebentar tak lihat Hpku," kata Gendhis sambil mengambil hp di tas.
Dia membuka Group WA team. Memang ada perubahan pembagian kamar rombongan. Gendhis tidak terlalu mempermasalahkannya jika harus sekamar dengan orang asing yang terpenting perempuan.
"Its oke, itu biasa terjadi di lapangan, tak masalah Ros, tapi kamu gimana? Gak papa satu kamar dengan orang lain?" tanya Gendhis.
"Ya mau gimana lagi mbak, semoga teman sekamar Rosa ndak ngorokan," doa Rosa.
"Minumlah es degan sana, minta ke Ibu warung! Nanti aku yang traktir!" perintah Gendhis.
"Yeay! Makasih Mbak Gendhis!" ucap Rosa dengan senang.
Setelah acara di pantai selesai mereka menuju resto tempat makan siang, yaitu di kawasan wisata Heha Ocean, tepatnya di RM. Taman Watu. Sebagai TL senior, Gendhis sudah mengkonfirmasi pada pemilik resto jika rombongan menuju sana.
"Ah rasanya aku tak pernah bosan makan ke tempat ini," ujar Gendhis.
Resto Taman Watu merupakan salah satu tempat makan favorit Gendhis ketika trip, di sini tempat makan nyaman, murah dan tempatnya pas di pinggir tebing yang menghadap langsung ke Heha dan laut. Setelah sampai di kawasan wisata, bus mereka segera mengambil tempat parkir di rest area untuk bertukar kendaraan dengan shuttle atau bus kecil. Karena jalan menuju heha tak bisa di lewati bus besar.
"Ibu- Ibu dan Bapak- Bapak, kami memberikan waktu tiga jam untuk panjenengan (kalian) semua menikmati waktu di tempat ini! Para peserta bisa menggunakan waktu itu untuk makan, sholat, dan menikmati keindahan objek wisata ini!" teriak Gendhis memberi arahan.
Setelah semua peserta paham, Gendhis segera ikut bergabung di saung pojok bersama Rosa, Iim, dan Guruh. Melakukan briefing dan evaluasi sejenak tentang rombongan. Komunikasi antar TL sebagai penggerak di lapangan harus solid.
Setelah puas menikmati keindahan Heha Ocean mereka segera kembali ke shuttle dan menaiki bus besar untuk melanjutkan menuju hotel. Sebuah pesan masuk di Hp Gendhis saat perjalanan dari Heha menuju Malioboro, dari Rio.
[Aku berangkat ke Jogja]
[Sama keluarga? Bohong mesti].
Gendhis mengirim pesan itu. Tak dibalas lagi. Sore pukul lima mereka sampai hotel, rombongan bus Gendhis berbeda sendiri. Mereka masuk ke hotel kawasan malioboro, berbeda dengan tiga bus lainnya yang masuk ke hotel pinggiran malioboro.
"Acara malam ini bebas ya Bapak dan Ibu, jika ada yang mau berbelanja monggo (mari), mau istirahat ya boleh, untuk kartu dan pembagian kamar mari ikut saya," ujar Gendhis memberikan arahan.
Setelah membantu peserta membagi kunci dan absensi, Gendhis segera mencari teman sekamarnya. Karena badan lengket terkena angin laut, Gendhis memutuskan untuk menuju kamar terlebih dahulu. Setelah pintu kamar terbuka, Gendhis masukkan kartu untuk menghidupkan listrik dan air.
"Astagfirullah! Apa aku tak salah kamar ini?" tanya Gendhis melihat pemandangan yang ada di hadapannya.
Apa yang di lihat Gendhis sebenarnya?
BERSAMBUNG
Ternyata kaki Rio yang jelas sengaja menyentuh kaki Gendhis. Rio tersenyum ke sekilas ke arah Gendhis, entah apa maksudnya. Meeting malam ini selesai, sudah di putuskan hari sabtu dini hari mereka akan berangkat, hanya TL dan rombongan. Team memantau standby di kota mereka. Untuk pembagian hotel Gendhis sekamar dengan Rosa, dan Guruh dengan Iim.
"Baik apa ada yang ingin di tanyakan lagi?" ujar Dimas.
"Tidak Pak!" sahut Iim.
"Oke, sekarang waktunya kita makan- makan, silahkan temen- temen memesan makanan yang kalian inginkan," kata Rio.
"Mbak Gendhis mau makan apa?" tanya Rosa.
"Em, Nasi goreng saja, minum nya air mineral dingin ya!" perintah Gendhis.
Mereka memesan masing- masing menu. Menikmati makan malam bersama.
"Kau langsung pulang?" tanya Rio.
Gendhis mengangguk. Malam ini Gendhis langsung pergi ke salon langganannya. Salon Mama mita, untuk memasang eyelash dan berfikir mewarnai rambut.
"Mamtit aku besok ada event, ini kan masih jam sepuluh malem bisa lembur ndak?" tanya Gendhis.
"Kebiasaan deh!" tegur Mita.
"Please Mamit, mau ya!" bujuk Gendhis.
Karena Gendhis termasuk royal konsumen maka Mita mau melakukannya. Setelah mempertimbangkan banyak hal akhirnya Gendhis memilih mewarnai rambutnya dengan warna ash grey agar jika memudar berwarna pirang.
"Dah kau tidurlah, di kursi keramas ini! Dari pada lu besok tertidur saat kerja!" perintah Mita.
Gendhis setuju, sebelum tidur dia membuat status di WA nya.
'Selamat tidur di salon, demi rambut cetar'
Menghabiskan waktu kurang lebih lima jam untuk mewarnai rambut, saat stylish rambut tiba-tiba HP Gendhis berbunyi tanda Video Call masuk.
"Stttt! Mamit diamlah ya, Bosku telp!" ujar Gendhis.
Mita mengangguk. Panggilan video call itu berasal dari Rio.
“Hallo iya Mas? Kenapa?” tanya Gendhis.
"Kau subuh gini masih di salon?" tanya Rio balik.
"Iya tapi sudah selesai kok tenang saja, masih nuntut jamnya," kata Gendhis menenangkan Rio.
"Coba lihat," pinta Rio.
Gendhis menghadapkan kamera ke arah wajahnya.
"Tuh kan cakep!" seru Gendhis.
“Cantik banget! Awas jangan macem-macem! Besok aku ikut ke Jogja,” kata Rio.
Gendhis segera mengiyakan agar cepat selesai VC itu. Dia harus gesit karena sebentar lagi waktu menunjukkan jam setengah empat pagi.
“Siapose cin?” tanya Mita penasaran karena jelas lelaki yang mem- VC Gendhis bukanlah Samuel.
Sedangkan semua teman Gendhis tahu kekasihnya adalah Samuel lelaki chinese bukan om- om berjenggot seperti yang tampak di layar tadi.
“Suami orang cin, lagi kegilaan kalik sama aku," kata Gendhis lalu mereka tertawa bersama.
Setelah membayar sejumlah uang tagihan Gendhis bergegas pamit. Gendhis tak sempat lagi untuk mandi. Dia segera berganti seragam, memasukkan baju ganti seperlunya, sepatu wedges untuk kegiatan dan flatshoes untuk jalan- jalan.
Gendhis segera melajukan mobil ke arah pabrik rokok. Untunglah tempat itu tak jauh dari perumahan tempat tinggal Gendhis. Jam empat lebih dua puluh tepat Gendhis sampai di pelataran pabrik.
"Rosa!" teriak Gendhis.
Gadis itu tampak lincah memandu peserta yang datang.
"Cepet ke Bus Mbak, ada beberapa orang yang sudah datang," tegur Rosa.
Gendhis mengangguk dia segera berlari ke Bus satu. Gendhis di tugaskan pada bus yang berisikan kepala bagian, manager, dan atasan lain. Setelah semua masuk bus, Gendhis segera memimpin doa bersama agar diberikan keselamatan sepanjang perjalanan, tak lupa memperkenalkan diri sebagai TL mereka.
"Ayok Bapak, Ibu siapa yang ingin menyumbangkan lagu atau suara emasnya bisa berduet atau menyanyi sendiri, kalau malu tak kasih contoh dulu ya! Mas puterin lagu ya Gilga Sahid, Nemen! ini laguku banget lo,"
Ngomongo, Jalokmu pie? Tak turutane, tak usahakne
[Apa maumu? Katakan, aku turuti, akiu usahakan]
Aku ramasalah, yen kon berjuang dewe, Sing penting kowe bahagia endinge
[Aku tak masalah jika harus berjuang sendirian, Yang penting kau bahagia akhirnya]
Nanging ngopo, walesanmu neng aku, Kowe luwih milih dek'e
[Tapi mengapa balasanmu padaku, Kau lebih memilih dirinya
Kowe ninggal aku ninggal tatu, Kowe luwih milih dek'e
[Kau meninggalkanku, torehkan luka, kau pilih dirinya]
Sorak sorai penumpang terdengar. Sebagai pembuka biasanya Gendhis turut menyanyikan satu lagu, agar peserta terpancing untuk berkaraoke sendiri sepanjang perjalanan. Selesai menyanyi, Gendhis duduk di kursi khusus TL samping sopir. Dia mengeluarkan kopi pahit yang sengaja di beli saat melewati indomedit dekat rumahnya tak lupa dia juga membeli roti gandum.
“Nih pak, mau?” tawar Gendhis ke sopir dan kru nya.
Mereka mengambil masing-masing satu lembar roti gandum manis. Sopir dan kru ini memang sudah Gendhis kenal dari lama, mereka beberapa kali melakukan trip bersama. Bahkan pak Joko sopir bus ini sangat hafal pada Gendhis. Dia menjuluki TL ter- grapyak atau ramah. Selama ini memang Gendhis tak pernah membatasi untuk bergaul dengan siapapun. Samuel mengajari Gendhis banyak hal termasuk memanusiakan manusia.
"Pak tak tidur dulu yo, mataku sepet banget mengantuk, nanti bangunin ya!" pamit Gendhis.
Kru Bis mengangguk. Sampai di Jogja, mereka menuju ke pantai daerah Gunung Kidul. Peserta akan melakukan game yang sudah di siapkan oleh team EO lapangan. Para TL menunggu di warung-warung kopi sepanjang pantai. Rosa menghampiri Gendhis yang sudah duduk anteng membeli kopi hitam.
“Mbak tadi di Group pembagian kamarnya di pecah lo! Sampean sudah lihat?" tanya Rosa.
"Belum, aku tak sempat melihat Hp, mataku ngantuk sekali," ujar Gendhis.
"Jadi kamarnya di pecah, karena untuk kamar di hotel Lafayette Malioboro full hanya untuk atasan- atasan aja, tapi kata Mas Dimas tadi Mbak Gendhis tetap bagian satu kamar di sana sama bu siapa gitu, karena kalau ada apa- apa biar enak, Lihat group deh mbak,” perintah Rosa.
“Loh iya ta? Aku ndak pegang hp blas soalnya, sebentar tak lihat Hpku," kata Gendhis sambil mengambil hp di tas.
Dia membuka Group WA team. Memang ada perubahan pembagian kamar rombongan. Gendhis tidak terlalu mempermasalahkannya jika harus sekamar dengan orang asing yang terpenting perempuan.
"Its oke, itu biasa terjadi di lapangan, tak masalah Ros, tapi kamu gimana? Gak papa satu kamar dengan orang lain?" tanya Gendhis.
"Ya mau gimana lagi mbak, semoga teman sekamar Rosa ndak ngorokan," doa Rosa.
"Minumlah es degan sana, minta ke Ibu warung! Nanti aku yang traktir!" perintah Gendhis.
"Yeay! Makasih Mbak Gendhis!" ucap Rosa dengan senang.
Setelah acara di pantai selesai mereka menuju resto tempat makan siang, yaitu di kawasan wisata Heha Ocean, tepatnya di RM. Taman Watu. Sebagai TL senior, Gendhis sudah mengkonfirmasi pada pemilik resto jika rombongan menuju sana.
"Ah rasanya aku tak pernah bosan makan ke tempat ini," ujar Gendhis.
Resto Taman Watu merupakan salah satu tempat makan favorit Gendhis ketika trip, di sini tempat makan nyaman, murah dan tempatnya pas di pinggir tebing yang menghadap langsung ke Heha dan laut. Setelah sampai di kawasan wisata, bus mereka segera mengambil tempat parkir di rest area untuk bertukar kendaraan dengan shuttle atau bus kecil. Karena jalan menuju heha tak bisa di lewati bus besar.
"Ibu- Ibu dan Bapak- Bapak, kami memberikan waktu tiga jam untuk panjenengan (kalian) semua menikmati waktu di tempat ini! Para peserta bisa menggunakan waktu itu untuk makan, sholat, dan menikmati keindahan objek wisata ini!" teriak Gendhis memberi arahan.
Setelah semua peserta paham, Gendhis segera ikut bergabung di saung pojok bersama Rosa, Iim, dan Guruh. Melakukan briefing dan evaluasi sejenak tentang rombongan. Komunikasi antar TL sebagai penggerak di lapangan harus solid.
Setelah puas menikmati keindahan Heha Ocean mereka segera kembali ke shuttle dan menaiki bus besar untuk melanjutkan menuju hotel. Sebuah pesan masuk di Hp Gendhis saat perjalanan dari Heha menuju Malioboro, dari Rio.
[Aku berangkat ke Jogja]
[Sama keluarga? Bohong mesti].
Gendhis mengirim pesan itu. Tak dibalas lagi. Sore pukul lima mereka sampai hotel, rombongan bus Gendhis berbeda sendiri. Mereka masuk ke hotel kawasan malioboro, berbeda dengan tiga bus lainnya yang masuk ke hotel pinggiran malioboro.
"Acara malam ini bebas ya Bapak dan Ibu, jika ada yang mau berbelanja monggo (mari), mau istirahat ya boleh, untuk kartu dan pembagian kamar mari ikut saya," ujar Gendhis memberikan arahan.
Setelah membantu peserta membagi kunci dan absensi, Gendhis segera mencari teman sekamarnya. Karena badan lengket terkena angin laut, Gendhis memutuskan untuk menuju kamar terlebih dahulu. Setelah pintu kamar terbuka, Gendhis masukkan kartu untuk menghidupkan listrik dan air.
"Astagfirullah! Apa aku tak salah kamar ini?" tanya Gendhis melihat pemandangan yang ada di hadapannya.
Apa yang di lihat Gendhis sebenarnya?
BERSAMBUNG
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved