Bab 12 I Found You
by Abigail Kusuma
10:33,Sep 25,2023
“I found you, Serry.” Xander berbisik serak tepat di depan bibir Serry. Pria itu menekan tubuh Serry agar tak bisa berontak. Manik mata cokelat Xander bertemu dengan manik mata cokelat Serry. Xander pun melihat kemerahan di mata Serry. Xander yakin kalau tadi Serry menangis.
Senyuman patah di wajah Serry terlukis kala mendengar apa yang Xander katakan. Senyuman yang tak sempurna menunjukan kerapuhan dan luka mendalam. “Pergilah, Xander. Istrimu menunggumu. Aku tidak mau mengganggu suami orang,” ucapnya lirih menahan air mata yang nyaris keluar.
Xander mengembuskan napas kasar. Perlahan Xander melepaskan Serry dari kungkungannya. “Ke mana saja kau, Serry? Aku nyaris gila mencarimu!” serunya dengan nada tinggi. Xander tak mengindahkan ucapan Serry yang memintanya untuk pergi. Selama ini Xander tak pernah lelah mencari keberadaan Serry. Dan sekarang dirinya dipertemukan dengan Serry dalam keadaan yang begitu rumit.
“Untuk apa kau mencariku, Xander? Aku tanya padamu, untuk apa lagi? Bukankah kau sudah memiliki istri yang sempurna?” Serry menyeka air matanya yang jatuh dari pelupuk matanya. Lantas Serry melangkah sedikit menjauh dari Xander dengan raut wajah yang menunjukan jelas kerapuhannya.
Xander memejamkan mata singkat. Andai saja dia bertemu dengan Serry sebelum pernikahannya dengan Audrey; maka semua hal tak akan serumit seperti sekarang ini.
“Aku dan Audrey dijodohkan, Serry. Kau tahu sejak awal hubunganku dan Audrey hanya sekedar perjodohan semata. Aku tidak pernah mencintainya,” jawab Xander penuh penekanan dan ketegasan di sana.
Serry rasanya ingin tertawa kala mendengar apa yang dikatakan Xander. “Ini alasan di mana aku yakin untuk meninggalkanmu. Kau hanya mengatakan tidak pernah mencintai Audrey. Tapi kau sama sekali tidak pernah mau berjuang melawan kedua orang tuamu! Kau tidak akan pernah bisa memperjuangkan hubungan kita, Xander! Tidak akan pernah!”
“Kita belum mencobanya, Serry! Kau yang pergi meninggalkanku begitu saja! Sekarang aku tanya padamu, kau juga sudah memiliki pasangan kan?! Jadi kenapa kau hanya menyudutkanku saja? Kau sendiri sudah memiliki pasangan!” sembur Xander terbawa emosi.
“Apa maksudmu, Xander? Tuduhanmu tidak beralasan. Kau lihat aku tinggal sendiri di apartemen ini! Kenapa kau malah menuduhku memiliki pasangan?” Serry tak terima dengan apa yang dikatakan oleh Xander.
“Dylan pernah bertemu denganmu di Seoul. Dylan sendiri bilang padaku dia melihatmu bersama dengan seorang pria! Bukankah itu sudah jelas kau memiliki pasangan?” cerca Xander emosi kala mengingat ucapan Dylan tempo hari yang mengatakan bertemu dengan Serry bersama dengan pria lain.
Serry terdiam kala mendengar ucapan Xander. Ternyata Dylan memberitahu Xander tentang hal itu. Tak heran jika Xander menuduhnya memiliki pasangan.
“Aku memang pernah bertemu dengan Dylan di Seoul. Tapi tuduhanmu itu salah, Xander. Waktu itu aku ke Seoul bersama dengan kakakku dan calon kakak iparku yang akan menikah. Saat aku berjalan-jalan di mall, aku hanya berdua dengan calon kakak iparku karena kakak perempuanku kelelahan dan memilih istirahat di hotel. Mungkin orang berpikir kalau pria yang bersamaku adalah kekasihku. Tapi kenyataanya pria yang bersama denganku adalah calon kakak iparku. Aku sengaja tidak memberitahu Dylan karena aku malas harus memberitahukan orang tentang kehidupan pribadiku. Kalau aku memberitahu Dylan, pria yang bersama denganku adalah calon kakak iparku; maka Dylan akan menanyakan siapa kekasihku. Itu kenapa aku memilih diam, Xander.” Serry menatap dalam manik mata Xander. Wanita itu menjeda sebentar kemudian melanjutkan, “Tenang saja aku bukan dirimu yang mudahnya memiliki hubungan. Aku masih mencintaimu bahkan hingga detik ini hanya kau yang akan selalu ada di hatiku. Duniaku hanya menatapmu bagaimana bisa aku memiliki hubungan dengan orang lain secepat itu, Xander? Ya, aku tahu kita memang tidak bisa bersama. Tapi sekalipun kita tidak bisa bersama, tidak mungkin aku mudah melupakanmu.”
Bungkam. Xander bungkam mendengar apa yang dikatakan Serry. Ternyata pria yang bersama dengan Serry di Seoul adalah calon kakak iparnya. Dalam hati, Xander menyesal karena langsung melemparkan tuduhan tak beralasan pada Serry.
“Kau salah, Serry. Siapa yang mengatakan kita tidak bisa bersama? Bukankah dulu sebelum kau meninggalkanku; kau mengatakan kalau kita bertemu lagi artinya memang kita ditakdirkan bersama?” Xander membalikan ucapan Serry. Tak mungkin Xander lupa kata-kata Serry yang pernah mengatakan kalau mereka kembali bertemu; maka artinya takdir memang mendukung hubungan mereka.
“Itu tidak berlaku lagi! Kau telah memiliki istri, Xander! Kalau saja kau belum menikah dengan Audrey, maka kata-kataku akan tetap berlaku! Sekarang kondisinya sudah berubah!” seru Serry dengan air mata yang kembali berlinang.
“Aku tidak peduli dengan kondisi sekarang, Serry! Sampai kapan pun kau tetap milikku! Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi lagi dariku!” bentak Xander egois.
Serry tersenyum getir dengan derai air mata yang tak henti bercucuran. “Fine, kalau kau tidak peduli dengan kondisi sekarang dan kau tetap memaksa hubungan kita tetap berjalan, aku minta kau detik ini juga menceraikan Audrey!”
Xander membisu kala Serry meminta dirinya menceraikan Audrey. Shit! Tidak mungkin dirinya meninggalkan Audrey sekarang. Xander memang tidak pernah mencintai Audrey tapi dia tidak mungkin melukai Audrey separah ini. Sungguh, Xander membenci keadaan yang mempertemukannya dengan Serry dalam keadaan seperti ini.
“Kenapa kau diam, Xander? Tidak bisa kan? Aku tahu kau tidak bisa meninggalkan Audrey! Aku yakin, Xander … aku yakin kau sudah jatuh cinta padanya! Tapi kau tidak pernah menyadari perasaanmu!” seru Serry keras.
“Aku tidak mencintainya, Serry!” Xander mengembuskan napas kasar. Berusaha meredakan emosinya. “Aku dan Audrey tumbuh bersama. Kami dijodohkan sejak kecil. Aku memang tidak mencintainya tapi aku tidak mungkin melukai Audrey. Dia wanita yang baik.”
Serry terisak cukup keras. “Kalau begitu lebih baik aku mundur. Aku harap kau tidak usah mengharapkan hubungan kita lagi. Pertahankan saja rumah tanggamu dengan Audrey. Lupakan aku, Xander. Aku hanyalah bagian masa lalumu yang tidak akan pernah bisa menjadi masa depanmu.”
“Kalau aku bisa melupakanmu, sudah sejak lama aku melupakanmu, Serry.” Xander melangkah mendekat pada Serry. Hatinya nyeri melihat Serry menangis. Pria itu menangkup kedua pipi Serry, menghapus air mata Serry dengan jemarinya. “Aku tidak bisa melupakanmu, Serry. Hanya dirimu dan akan tetap dirimu; wanita yang aku inginkan dan aku cintai. Aku mohon jangan pergi dariku. Aku tidak bisa kehilanganmu, Serry.”
“Tapi, bagaimana dengan Audrey, Xander? Kau memiliki Audrey,” lirih Serry pilu.
“Biarkan seperti ini sampai pada waktu di mana aku tahu cara melepaskan Audrey.” Xander membelai bibir Serry lembut. Lantas pria itu membenamkan bibirnya ke bibir Serry, melumat lembut bibir Serry. Awalnya Serry tak membalas lumatan bibir Xander, tapi perlahan Serry mulai membalas ciuman Xander. Mereka berciuman begitu lembut melepaskan kerinduan yang mendalam.
Senyuman patah di wajah Serry terlukis kala mendengar apa yang Xander katakan. Senyuman yang tak sempurna menunjukan kerapuhan dan luka mendalam. “Pergilah, Xander. Istrimu menunggumu. Aku tidak mau mengganggu suami orang,” ucapnya lirih menahan air mata yang nyaris keluar.
Xander mengembuskan napas kasar. Perlahan Xander melepaskan Serry dari kungkungannya. “Ke mana saja kau, Serry? Aku nyaris gila mencarimu!” serunya dengan nada tinggi. Xander tak mengindahkan ucapan Serry yang memintanya untuk pergi. Selama ini Xander tak pernah lelah mencari keberadaan Serry. Dan sekarang dirinya dipertemukan dengan Serry dalam keadaan yang begitu rumit.
“Untuk apa kau mencariku, Xander? Aku tanya padamu, untuk apa lagi? Bukankah kau sudah memiliki istri yang sempurna?” Serry menyeka air matanya yang jatuh dari pelupuk matanya. Lantas Serry melangkah sedikit menjauh dari Xander dengan raut wajah yang menunjukan jelas kerapuhannya.
Xander memejamkan mata singkat. Andai saja dia bertemu dengan Serry sebelum pernikahannya dengan Audrey; maka semua hal tak akan serumit seperti sekarang ini.
“Aku dan Audrey dijodohkan, Serry. Kau tahu sejak awal hubunganku dan Audrey hanya sekedar perjodohan semata. Aku tidak pernah mencintainya,” jawab Xander penuh penekanan dan ketegasan di sana.
Serry rasanya ingin tertawa kala mendengar apa yang dikatakan Xander. “Ini alasan di mana aku yakin untuk meninggalkanmu. Kau hanya mengatakan tidak pernah mencintai Audrey. Tapi kau sama sekali tidak pernah mau berjuang melawan kedua orang tuamu! Kau tidak akan pernah bisa memperjuangkan hubungan kita, Xander! Tidak akan pernah!”
“Kita belum mencobanya, Serry! Kau yang pergi meninggalkanku begitu saja! Sekarang aku tanya padamu, kau juga sudah memiliki pasangan kan?! Jadi kenapa kau hanya menyudutkanku saja? Kau sendiri sudah memiliki pasangan!” sembur Xander terbawa emosi.
“Apa maksudmu, Xander? Tuduhanmu tidak beralasan. Kau lihat aku tinggal sendiri di apartemen ini! Kenapa kau malah menuduhku memiliki pasangan?” Serry tak terima dengan apa yang dikatakan oleh Xander.
“Dylan pernah bertemu denganmu di Seoul. Dylan sendiri bilang padaku dia melihatmu bersama dengan seorang pria! Bukankah itu sudah jelas kau memiliki pasangan?” cerca Xander emosi kala mengingat ucapan Dylan tempo hari yang mengatakan bertemu dengan Serry bersama dengan pria lain.
Serry terdiam kala mendengar ucapan Xander. Ternyata Dylan memberitahu Xander tentang hal itu. Tak heran jika Xander menuduhnya memiliki pasangan.
“Aku memang pernah bertemu dengan Dylan di Seoul. Tapi tuduhanmu itu salah, Xander. Waktu itu aku ke Seoul bersama dengan kakakku dan calon kakak iparku yang akan menikah. Saat aku berjalan-jalan di mall, aku hanya berdua dengan calon kakak iparku karena kakak perempuanku kelelahan dan memilih istirahat di hotel. Mungkin orang berpikir kalau pria yang bersamaku adalah kekasihku. Tapi kenyataanya pria yang bersama denganku adalah calon kakak iparku. Aku sengaja tidak memberitahu Dylan karena aku malas harus memberitahukan orang tentang kehidupan pribadiku. Kalau aku memberitahu Dylan, pria yang bersama denganku adalah calon kakak iparku; maka Dylan akan menanyakan siapa kekasihku. Itu kenapa aku memilih diam, Xander.” Serry menatap dalam manik mata Xander. Wanita itu menjeda sebentar kemudian melanjutkan, “Tenang saja aku bukan dirimu yang mudahnya memiliki hubungan. Aku masih mencintaimu bahkan hingga detik ini hanya kau yang akan selalu ada di hatiku. Duniaku hanya menatapmu bagaimana bisa aku memiliki hubungan dengan orang lain secepat itu, Xander? Ya, aku tahu kita memang tidak bisa bersama. Tapi sekalipun kita tidak bisa bersama, tidak mungkin aku mudah melupakanmu.”
Bungkam. Xander bungkam mendengar apa yang dikatakan Serry. Ternyata pria yang bersama dengan Serry di Seoul adalah calon kakak iparnya. Dalam hati, Xander menyesal karena langsung melemparkan tuduhan tak beralasan pada Serry.
“Kau salah, Serry. Siapa yang mengatakan kita tidak bisa bersama? Bukankah dulu sebelum kau meninggalkanku; kau mengatakan kalau kita bertemu lagi artinya memang kita ditakdirkan bersama?” Xander membalikan ucapan Serry. Tak mungkin Xander lupa kata-kata Serry yang pernah mengatakan kalau mereka kembali bertemu; maka artinya takdir memang mendukung hubungan mereka.
“Itu tidak berlaku lagi! Kau telah memiliki istri, Xander! Kalau saja kau belum menikah dengan Audrey, maka kata-kataku akan tetap berlaku! Sekarang kondisinya sudah berubah!” seru Serry dengan air mata yang kembali berlinang.
“Aku tidak peduli dengan kondisi sekarang, Serry! Sampai kapan pun kau tetap milikku! Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi lagi dariku!” bentak Xander egois.
Serry tersenyum getir dengan derai air mata yang tak henti bercucuran. “Fine, kalau kau tidak peduli dengan kondisi sekarang dan kau tetap memaksa hubungan kita tetap berjalan, aku minta kau detik ini juga menceraikan Audrey!”
Xander membisu kala Serry meminta dirinya menceraikan Audrey. Shit! Tidak mungkin dirinya meninggalkan Audrey sekarang. Xander memang tidak pernah mencintai Audrey tapi dia tidak mungkin melukai Audrey separah ini. Sungguh, Xander membenci keadaan yang mempertemukannya dengan Serry dalam keadaan seperti ini.
“Kenapa kau diam, Xander? Tidak bisa kan? Aku tahu kau tidak bisa meninggalkan Audrey! Aku yakin, Xander … aku yakin kau sudah jatuh cinta padanya! Tapi kau tidak pernah menyadari perasaanmu!” seru Serry keras.
“Aku tidak mencintainya, Serry!” Xander mengembuskan napas kasar. Berusaha meredakan emosinya. “Aku dan Audrey tumbuh bersama. Kami dijodohkan sejak kecil. Aku memang tidak mencintainya tapi aku tidak mungkin melukai Audrey. Dia wanita yang baik.”
Serry terisak cukup keras. “Kalau begitu lebih baik aku mundur. Aku harap kau tidak usah mengharapkan hubungan kita lagi. Pertahankan saja rumah tanggamu dengan Audrey. Lupakan aku, Xander. Aku hanyalah bagian masa lalumu yang tidak akan pernah bisa menjadi masa depanmu.”
“Kalau aku bisa melupakanmu, sudah sejak lama aku melupakanmu, Serry.” Xander melangkah mendekat pada Serry. Hatinya nyeri melihat Serry menangis. Pria itu menangkup kedua pipi Serry, menghapus air mata Serry dengan jemarinya. “Aku tidak bisa melupakanmu, Serry. Hanya dirimu dan akan tetap dirimu; wanita yang aku inginkan dan aku cintai. Aku mohon jangan pergi dariku. Aku tidak bisa kehilanganmu, Serry.”
“Tapi, bagaimana dengan Audrey, Xander? Kau memiliki Audrey,” lirih Serry pilu.
“Biarkan seperti ini sampai pada waktu di mana aku tahu cara melepaskan Audrey.” Xander membelai bibir Serry lembut. Lantas pria itu membenamkan bibirnya ke bibir Serry, melumat lembut bibir Serry. Awalnya Serry tak membalas lumatan bibir Xander, tapi perlahan Serry mulai membalas ciuman Xander. Mereka berciuman begitu lembut melepaskan kerinduan yang mendalam.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved