Bab 11 Kalian Akan Memohonku Untuk Kembali
by Tudiga Tiref
17:50,Sep 23,2023
"..."
Monica kaget dengan ucapan Ardio.
Semua orang yang ada di ruangan itu juga kaget dan tercengang. Mereka merasa Ardio bukannya tidak tahu malu dan sensasional, tapi dia gila.
Dia mau Dokter Dewa Sudra meminta maaf padanya. Apa bedanya dia dan orang gila?
Dokter Dewa Sudra adalah seorang dokter terkenal di Hasanudin sehingga banyak pengusaha kaya dan pejabat tinggi yang menginginkannya.
“Haha, ternyata dia orang gila. Aku kira dia cuma anak kecil yang punya pengetahuan medis.”
Saat ini, Dabra malah tertawa bukannya marah.
Kemudian, Dabra memandang Nyonya Besar Lodia di sebelahnya dan berkata, "Nyonya, aku tidak mau melihat orang gila ini. Kehadirannya di sini akan mempengaruhi akupunkturku."
Perkataan Dabra, sudah seperti firman.
“Jangan khawatir, Dokter Dewa Sudra, aku akan menyuruh seseorang untuk mengusirnya sekarang supaya dia tidak menganggumu,” Nyonya Besar Lodia mengerti dan mengangguk.
Kemudian, Nyonya Besar Lodia memegang tongkat berjalannya, melemparnya ke tanah dan menatap Monica dengan marah, "Monica, kamu keluarkan dia atau kamu keluar bersamanya!"
Nyonya Besar Lodia jelas akan marah dan bahkan Monica, sang presiden, tidak berani melawan.
Dia terlihat berniat mengusir Monica dan Ardio bersama.
"Sepupu, kamu ini juga deh. Kamu bawa pulang dia. Apa orang ini bisa jadi menantu keluarga kita? Sudah dia kuli, dia masih orang gila yang bicara sesukanya. Cepat keluarkan dia dari keluarga kita."
Diana di sebelahnya mencibir. Tentu dia tidak akan melewatkan kesempatan seperti itu untuk mempermalukan Monica.
Mata seluruh anggota Keluarga Lodia di ruangan itu tertuju pada Monica.
"Monica, orang ini tidak layak menjadi menantu keluarga kita. Sebaiknya kamu cari orang lain," kata paman kedua Adinda.
"Aku setuju dengan kakak kedua. Pemuda ini berstatus rendah dan tidak tahu cara berperilaku dengan baik. Dia mau jadi menantu keluarga ini, tapi dia berani menyinggung Dokter Dewa Sudra. Bisa saja dia menyinggung orang yang lebih besar besok. Bukankah itu akan membawa masalah bagi Keluarga Lodia?" Paman ketiga Harto juga menanggapi.
“Tuan Kedua dan Ketiga benar, keluarkan dia dari rumah Keluarga Lodia.”
Setelah mendengar apa yang dikatakan Keluarga Lodia, Monica mengerutkan kening dan wajah cantiknya terlihat agak muram.
Bagaimana pun juga, dia adalah CEO Grup Perusahaan Alfaindo. Sebagai perusahaan Keluarga Lodia, CEO Grup Perusahaan Alfaindo punya kekuasaan yang besar.
Namun, Keluarga Lodia sama sekali tidak menghormatinya.
Padahal dia mengeluarkan banyak uang untuk mengajak Ardio berpura-pura menjadi suaminya.
Tapi dia sudah bilang bahwa Ardio adalah suaminya dan dia mau Ardio menjadi menantu keluarganya. Tapi Keluarga Lodia tetap tidak menyukai Ardio. Ini sama saja mereka menantang harga dirinya sebagai presiden.
Monica menggenggam tangannya erat-erat, dia sudah kuat sejak kecil dan tidak pernah takut melawan siapapun.
Dia sudah menyelidiki Ardio sebelumnya dan tahu bahwa Ardio bukanlah orang gila. Dia juga tahu dari kejadian penyelamatan gadis itu bahwa Ardio tahu ilmu medis. Ardio pasti melihat sesuatu sebelum dia mengatakan ini.
Namun, kini kakeknya masih harus bergantung pada Dabra untuk bisa sembuh.
Monica akhirnya mengangkat kepalanya dan berkata pada Ardio, "Ardio, keluarlah dulu dan tunggu aku di mobil."
Ardio melirik ke arah Monica, sedikit terkejut karena Monica tidak memarahinya.
"Baiklah, aku keluar."
Ardio mengangguk, dia memahami situasi Monica saat ini.
Kemudian Ardio menoleh, melirik ke sekeliling Keluarga Lodia, tersenyum ringan dan berkata, "Tapi dalam tiga menit, semua anggota Keluarga Lodia pasti akan keluar dan memintaku untuk masuk."
"Hahaha, memintamu masuk? Aku rasa kamu benar-benar gila, benar-benar gila. Kalau kami keluar dan memintamu masuk, maka aku akan memanggilmu daddy."
Diana yang pertama tertawa, dia sampai hampir menitikkan air mata.
Diana merasa ada yang salah dengan penglihatan Monica sampai dia mendapat orang tersebut sebagai suaminya.
Kalau bilang bagusnya, dia orang gila, tapi tidak bagusnya, dia bodoh dan idiot, apa bedanya?
Rupanya Diana begitu terbawa suasana sampai lupa bahwa Ardio tadi bercerita tentang penyakit yang tersembunyi.
"Memanggilkuku daddy, serius? Aku akan mengingatnya."
Ardio melirik Diana, berbalik dan melangkah keluar menuju pintu.
"Hei……"
Seluruh Keluarga Lodia di ruangan itu memandang dengan tatapan sinis Ardio yang berjalan keluar pintu. Cuma Cleo yang mengikuti dan memanggilnya sedikit.
Tapi Cleo cuma berteriak sedikit.
Setelah melihat Ardio meninggalkan ruangan, Dabra mendengus diam-diam.
Cuma anak kecil, buat apa dirinya ikut campur, Keluarga Lodia bisa mengurusnya sendiri.
"Selanjutnya, aku perlu tusukan kedua. Dengan kondisi kakek, kalau tidak ada kecelakaan, dia akan bangun setelah tiga tusukan."
Dabra mengambil jarum perak kedua dari asistennya dan memasukkannya ke titik akupuntur di sisi lain dahi Kakek Lodia.
Saat jarum emas kedua menusuk, tubuh kakek Lodia gemetar.
“Nenek, kakek bergerak.”
Teriak Diana.
Semua orang di ruangan itu menatap ranjang pasien dengan seksama, memperhatikan setiap gerakan Dabra saat dia melakukan akupunktur.
Setelah Dabra selesai menusuk dengan satu jarum, dia mengambil jarum emas ketiga.
Dengan jarum emas ketiga ini, Dabra menusukkannya ke posisi tengah tengkorak milik Kakek Lodia.
Benar saja, saat ketiga jarum itu ditusukkan, tubuh kakek Lodia gemetar tiga kali berturut-turut.
Kemudian, ketika kelopak mata Kakek Lodia bergerak dan perlahan membuka.
"Kakek sudah bangun!"
Salah satu anggota Keluarga Lodia berteriak kaget.
"Kakek!"
"Ayah!"
......
Keluarga Lodia semua bergegas ke ranjang pasien, memandang kakek Lodia yang membuka matanya dan berteriak.
"Ah...ah...kalian ada di sini..."
Kakek Lodia melirik orang Keluarga Lodia yang berdiri di samping ranjang pasien, tersenyum dan mengikuti semua orang.
Namun wajah Kakek Lodia masih sangat pucat.
“Kamu bisa bangun karena ilmu medis yang luar biasa dari Dokter Dewa Sudra dan tangan ajaibnya!" Nyonya Besar Lodia memandang Kakek Lodia yang bangun dan pada saat yang sama tidak lupa memuji Dabra.
“Dokter Dewa Sudra layak menyandang nama Saingan Huatuo. Bahkan ilmu medisnya sepuluh kali lebih hebat daripada Huatuo.”
“Sepuluh kali terlalu sedikit. Seratus kali juga tidak masalah.”
"Dokter Dewa Sudra, tangan suci tiada lawan. Dia bisa dibilang sudah menghidupkan kembali orang mati. Ini benar-benar menakjubkan. Terimalah penghormatanku."
Keluarga Lodia di dekatnya juga memuji Dabra dan bahkan tiga dokter pribadi yang di sudut ikut datang untuk menyanjungnya.
Dokter Dewa Sudra berdiri di depan ranjang pasien dengan tangan di belakang punggung dan kepala terangkat tinggi, dia merasa pantas menerima semua pujian itu.
"Ehem...Ugh..."
Namun saat ini, wajah Kakek Lodia tiba-tiba menjadi pucat, dia membuka mulutnya dan mengeluarkan seteguk darah.
Percikan darah keluar!
Dabra berdiri di depan ranjang pasien.
Baju koko putih di tubuhnya tiba-tiba dipenuhi warna merah.
Ini langsung membuat takut semua orang di Keluarga Lodia.
"Kepalaku... sakit sekali..."
Kakek Lodia memegang kepalanya, dia benar-benar kesakitan, menjerit dan pingsan lagi.
"Bagaimana ini bisa terjadi?"
Dabra juga ketakutan dengan pemandangan di depannya.
Mengabaikan kenyataan bahwa pakaiannya berlumuran darah, dia meraih pergelangan tangan kakek Lodia dan merasakan denyut nadinya.
Tit tit tit ! !
Saat ini, alat pengukur detak jantung di samping tempat tidur membunyikan alarm.
Tampilan lampu merah menandakan keadaan kritis!
"Gawat! Dokter Dewa Sudra, detak jantung pasien menurun drastis dan tanda-tanda kehidupan menghilang dengan cepat, Kakek Lodia, dia...dia..."
Seorang dokter pribadi menunjuk ke alat itu, berteriak dan berkata dengan mata terbelalak. Dia bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
Apa!
Perubahan mendadak ini mengejutkan semua orang Keluarga Lodia di ruangan itu.
"Kakek!"
"Ayah!"
“Kalau kamu pergi seperti ini dan meninggalkan Keluarga Lodia yang begitu besar, aku harus bagaimana?”
Anggota Keluarga Lodia menangis, meratapi Kakek Lodia.
Namun Monica tidak sempat menangis dan segera bergegas keluar menuju pintu.
"Cepat...cepat...keluar dan panggil Dokter Dewa Muda itu masuk!"
Pada saat yang sama, Dabra yang sedang memeriksa denyut nadi Kakek Lodia, mendongak dengan tatapan ngeri dan berteriak ke luar.
Monica kaget dengan ucapan Ardio.
Semua orang yang ada di ruangan itu juga kaget dan tercengang. Mereka merasa Ardio bukannya tidak tahu malu dan sensasional, tapi dia gila.
Dia mau Dokter Dewa Sudra meminta maaf padanya. Apa bedanya dia dan orang gila?
Dokter Dewa Sudra adalah seorang dokter terkenal di Hasanudin sehingga banyak pengusaha kaya dan pejabat tinggi yang menginginkannya.
“Haha, ternyata dia orang gila. Aku kira dia cuma anak kecil yang punya pengetahuan medis.”
Saat ini, Dabra malah tertawa bukannya marah.
Kemudian, Dabra memandang Nyonya Besar Lodia di sebelahnya dan berkata, "Nyonya, aku tidak mau melihat orang gila ini. Kehadirannya di sini akan mempengaruhi akupunkturku."
Perkataan Dabra, sudah seperti firman.
“Jangan khawatir, Dokter Dewa Sudra, aku akan menyuruh seseorang untuk mengusirnya sekarang supaya dia tidak menganggumu,” Nyonya Besar Lodia mengerti dan mengangguk.
Kemudian, Nyonya Besar Lodia memegang tongkat berjalannya, melemparnya ke tanah dan menatap Monica dengan marah, "Monica, kamu keluarkan dia atau kamu keluar bersamanya!"
Nyonya Besar Lodia jelas akan marah dan bahkan Monica, sang presiden, tidak berani melawan.
Dia terlihat berniat mengusir Monica dan Ardio bersama.
"Sepupu, kamu ini juga deh. Kamu bawa pulang dia. Apa orang ini bisa jadi menantu keluarga kita? Sudah dia kuli, dia masih orang gila yang bicara sesukanya. Cepat keluarkan dia dari keluarga kita."
Diana di sebelahnya mencibir. Tentu dia tidak akan melewatkan kesempatan seperti itu untuk mempermalukan Monica.
Mata seluruh anggota Keluarga Lodia di ruangan itu tertuju pada Monica.
"Monica, orang ini tidak layak menjadi menantu keluarga kita. Sebaiknya kamu cari orang lain," kata paman kedua Adinda.
"Aku setuju dengan kakak kedua. Pemuda ini berstatus rendah dan tidak tahu cara berperilaku dengan baik. Dia mau jadi menantu keluarga ini, tapi dia berani menyinggung Dokter Dewa Sudra. Bisa saja dia menyinggung orang yang lebih besar besok. Bukankah itu akan membawa masalah bagi Keluarga Lodia?" Paman ketiga Harto juga menanggapi.
“Tuan Kedua dan Ketiga benar, keluarkan dia dari rumah Keluarga Lodia.”
Setelah mendengar apa yang dikatakan Keluarga Lodia, Monica mengerutkan kening dan wajah cantiknya terlihat agak muram.
Bagaimana pun juga, dia adalah CEO Grup Perusahaan Alfaindo. Sebagai perusahaan Keluarga Lodia, CEO Grup Perusahaan Alfaindo punya kekuasaan yang besar.
Namun, Keluarga Lodia sama sekali tidak menghormatinya.
Padahal dia mengeluarkan banyak uang untuk mengajak Ardio berpura-pura menjadi suaminya.
Tapi dia sudah bilang bahwa Ardio adalah suaminya dan dia mau Ardio menjadi menantu keluarganya. Tapi Keluarga Lodia tetap tidak menyukai Ardio. Ini sama saja mereka menantang harga dirinya sebagai presiden.
Monica menggenggam tangannya erat-erat, dia sudah kuat sejak kecil dan tidak pernah takut melawan siapapun.
Dia sudah menyelidiki Ardio sebelumnya dan tahu bahwa Ardio bukanlah orang gila. Dia juga tahu dari kejadian penyelamatan gadis itu bahwa Ardio tahu ilmu medis. Ardio pasti melihat sesuatu sebelum dia mengatakan ini.
Namun, kini kakeknya masih harus bergantung pada Dabra untuk bisa sembuh.
Monica akhirnya mengangkat kepalanya dan berkata pada Ardio, "Ardio, keluarlah dulu dan tunggu aku di mobil."
Ardio melirik ke arah Monica, sedikit terkejut karena Monica tidak memarahinya.
"Baiklah, aku keluar."
Ardio mengangguk, dia memahami situasi Monica saat ini.
Kemudian Ardio menoleh, melirik ke sekeliling Keluarga Lodia, tersenyum ringan dan berkata, "Tapi dalam tiga menit, semua anggota Keluarga Lodia pasti akan keluar dan memintaku untuk masuk."
"Hahaha, memintamu masuk? Aku rasa kamu benar-benar gila, benar-benar gila. Kalau kami keluar dan memintamu masuk, maka aku akan memanggilmu daddy."
Diana yang pertama tertawa, dia sampai hampir menitikkan air mata.
Diana merasa ada yang salah dengan penglihatan Monica sampai dia mendapat orang tersebut sebagai suaminya.
Kalau bilang bagusnya, dia orang gila, tapi tidak bagusnya, dia bodoh dan idiot, apa bedanya?
Rupanya Diana begitu terbawa suasana sampai lupa bahwa Ardio tadi bercerita tentang penyakit yang tersembunyi.
"Memanggilkuku daddy, serius? Aku akan mengingatnya."
Ardio melirik Diana, berbalik dan melangkah keluar menuju pintu.
"Hei……"
Seluruh Keluarga Lodia di ruangan itu memandang dengan tatapan sinis Ardio yang berjalan keluar pintu. Cuma Cleo yang mengikuti dan memanggilnya sedikit.
Tapi Cleo cuma berteriak sedikit.
Setelah melihat Ardio meninggalkan ruangan, Dabra mendengus diam-diam.
Cuma anak kecil, buat apa dirinya ikut campur, Keluarga Lodia bisa mengurusnya sendiri.
"Selanjutnya, aku perlu tusukan kedua. Dengan kondisi kakek, kalau tidak ada kecelakaan, dia akan bangun setelah tiga tusukan."
Dabra mengambil jarum perak kedua dari asistennya dan memasukkannya ke titik akupuntur di sisi lain dahi Kakek Lodia.
Saat jarum emas kedua menusuk, tubuh kakek Lodia gemetar.
“Nenek, kakek bergerak.”
Teriak Diana.
Semua orang di ruangan itu menatap ranjang pasien dengan seksama, memperhatikan setiap gerakan Dabra saat dia melakukan akupunktur.
Setelah Dabra selesai menusuk dengan satu jarum, dia mengambil jarum emas ketiga.
Dengan jarum emas ketiga ini, Dabra menusukkannya ke posisi tengah tengkorak milik Kakek Lodia.
Benar saja, saat ketiga jarum itu ditusukkan, tubuh kakek Lodia gemetar tiga kali berturut-turut.
Kemudian, ketika kelopak mata Kakek Lodia bergerak dan perlahan membuka.
"Kakek sudah bangun!"
Salah satu anggota Keluarga Lodia berteriak kaget.
"Kakek!"
"Ayah!"
......
Keluarga Lodia semua bergegas ke ranjang pasien, memandang kakek Lodia yang membuka matanya dan berteriak.
"Ah...ah...kalian ada di sini..."
Kakek Lodia melirik orang Keluarga Lodia yang berdiri di samping ranjang pasien, tersenyum dan mengikuti semua orang.
Namun wajah Kakek Lodia masih sangat pucat.
“Kamu bisa bangun karena ilmu medis yang luar biasa dari Dokter Dewa Sudra dan tangan ajaibnya!" Nyonya Besar Lodia memandang Kakek Lodia yang bangun dan pada saat yang sama tidak lupa memuji Dabra.
“Dokter Dewa Sudra layak menyandang nama Saingan Huatuo. Bahkan ilmu medisnya sepuluh kali lebih hebat daripada Huatuo.”
“Sepuluh kali terlalu sedikit. Seratus kali juga tidak masalah.”
"Dokter Dewa Sudra, tangan suci tiada lawan. Dia bisa dibilang sudah menghidupkan kembali orang mati. Ini benar-benar menakjubkan. Terimalah penghormatanku."
Keluarga Lodia di dekatnya juga memuji Dabra dan bahkan tiga dokter pribadi yang di sudut ikut datang untuk menyanjungnya.
Dokter Dewa Sudra berdiri di depan ranjang pasien dengan tangan di belakang punggung dan kepala terangkat tinggi, dia merasa pantas menerima semua pujian itu.
"Ehem...Ugh..."
Namun saat ini, wajah Kakek Lodia tiba-tiba menjadi pucat, dia membuka mulutnya dan mengeluarkan seteguk darah.
Percikan darah keluar!
Dabra berdiri di depan ranjang pasien.
Baju koko putih di tubuhnya tiba-tiba dipenuhi warna merah.
Ini langsung membuat takut semua orang di Keluarga Lodia.
"Kepalaku... sakit sekali..."
Kakek Lodia memegang kepalanya, dia benar-benar kesakitan, menjerit dan pingsan lagi.
"Bagaimana ini bisa terjadi?"
Dabra juga ketakutan dengan pemandangan di depannya.
Mengabaikan kenyataan bahwa pakaiannya berlumuran darah, dia meraih pergelangan tangan kakek Lodia dan merasakan denyut nadinya.
Tit tit tit ! !
Saat ini, alat pengukur detak jantung di samping tempat tidur membunyikan alarm.
Tampilan lampu merah menandakan keadaan kritis!
"Gawat! Dokter Dewa Sudra, detak jantung pasien menurun drastis dan tanda-tanda kehidupan menghilang dengan cepat, Kakek Lodia, dia...dia..."
Seorang dokter pribadi menunjuk ke alat itu, berteriak dan berkata dengan mata terbelalak. Dia bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
Apa!
Perubahan mendadak ini mengejutkan semua orang Keluarga Lodia di ruangan itu.
"Kakek!"
"Ayah!"
“Kalau kamu pergi seperti ini dan meninggalkan Keluarga Lodia yang begitu besar, aku harus bagaimana?”
Anggota Keluarga Lodia menangis, meratapi Kakek Lodia.
Namun Monica tidak sempat menangis dan segera bergegas keluar menuju pintu.
"Cepat...cepat...keluar dan panggil Dokter Dewa Muda itu masuk!"
Pada saat yang sama, Dabra yang sedang memeriksa denyut nadi Kakek Lodia, mendongak dengan tatapan ngeri dan berteriak ke luar.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved