Bab 10 Apanya Yang Ajaib?
by Tudiga Tiref
17:50,Sep 23,2023
Segera, setelah semua orang memasuki rumah tua itu, mereka berjalan melalui dua baris koridor dan sampai ke ruangan di mana halaman dalam berada.
Ruangannya besar, dekorasinya sangat sederhana, banyak peralatan medis di sudutnya.
Di ruangan itu terdapat tiga dokter pribadi yang semuanya diundang oleh Keluarga Lodia untuk merawat Kakek Lodia, seluruh ruangan ditata seperti UGD.
Seorang lelaki tua yang sedang koma terbaring di tempat tidur, dengan rambut perak, wajah kuyu, tidak berwarna sama sekali dan dua alis putih berkerut, seolah-olah dia sangat kesakitan.
“Nyonya, Kakek barusan pingsan lagi.”
Ketika salah satu dokter pribadi melihat Nyonya Besar Lodia masuk, dia menyeka keringatnya dan menghampirinya, lalu memberi kabar.
Terlihat kondisi Kakek Lodia sudah semakin buruk sehingga tidak bisa ditunda lagi.
"Kalian, minggir."
Nyonya Besar Lodia melambaikan tangannya dan mempersilakan Dabra Sudra masuk.
Pada saat yang sama, dua asisten yang mengikuti Dabra mendorong ketiga dokter itu ke samping tanpa penjelasan apa pun.
"Kakek."
Ketika Cleo melihat lelaki tua itu di tempat tidur, dia berteriak dan air mata tidak bisa berhenti jatuh.
“Berhentilah berteriak, jangan mempengaruhi diagnosis dan pengobatan Dokter Dewa Sudra.”
Nyonya Besar Lodia memelototi Cleo dan tidak membiarkan Cleo maju.
Setelah itu, Nyonya Besar Lodia berkata kepada Dabra, "Tolong Dokter Dewa Sudra untuk memberikan keajaiban. Kesembuhan penyakitnya sangat tergantung padamu."
"Jangan khawatir, Nyonya. Selama aku di sini kakek akan baik-baik saja," kata Dabra percaya diri, berjalan ke ranjang pasien dan mulai memeriksa kondisi Kakek Lodia.
Langkah pertama adalah memeriksa ekspresi, yang kedua adalah mencium bau tinja... Akhirnya, Dabra mengenggam pergelangan tangan Kakek Lodia dan mulai mengecek denyut nadinya.
Semua orang di sekitar Keluarga Lodia tahu bahwa Dabra ahli dalam pengobatan tradisional dan mereka tidak menemukan sesuatu yang aneh dengan diagnosisnya.
Setelah melihat sekeliling, Dabra meletakkan pergelangan tangan Kakek Lodia dan berdiri.
“Dokter Dewa Sudra, bagaimana keadaannya?”
Nyonya Besar Lodia bertanya dengan tidak sabar.
Anggota Keluarga Lodia lainnya juga melihat ke arah Dabra, ingin mendengar jawaban Dabra.
"Nyonya, jangan khawatir. Aku sudah menyelesaikan diagnosisku. kakek memang sakit parah. Kalau itu orang lain, aku khawatir tidak ada yang bisa dilakukan, tapi kondisinya tidak terlalu sulit untukku. Sekarang kita tunggu untuk menjalani akupunktur. Tidak akan lama, kakek akan segera sembuh dan bisa bangun."
Dabra, segera berkata seakan sudah memiliki rencana yang matang.
Mendengar kata-kata Dabra, anggota Keluarga Lodia di sekitarnya bersorak gembira.
“Pantas saja Dokter Dewa Sudra menjadi dokter terkenal di Hasanudin. Dia dikenal sebagai Saingan Huatuo .”
"Ya, aku bisa melihat Dokter Dewa Sudra, seratus kali lebih hebat dari Hua Tuo. Dia bisa menyembuhkan penyakit yang paling serius sekalipun."
"ilmu medis Dokter Dewa Sudra tidak ada duanya dalam pengobatan tradisional!"
......
Menghadapi pujian dan sanjungan dari sekelilingnya, Dabra sudah lama bosan mendengarnya dan melambai kepada salah satu asistennya.
“Olver, ambil jarum emasnya!”
Asisten bernama Olver menanggapinya dengan menurunkan peralatan medis yang dibawanya, mengeluarkan sebuah kotak kayu, lalu meletakkannya di sebelahnya dan membukanya.
Ada deretan jarum emas yang dipajang di dalam kotak kayu tersebut, totalnya ada sembilan jarum emas yang masing-masing punya ukuran dan panjang yang berbeda-beda.
Tampaknya Dabra mau menggunakan akupunktur untuk pengobatan.
Saat ini, pengobatan Barat sudah lazim, tapi sangat sedikit orang yang mempelajari pengobatan tradisional dan bahkan lebih sedikit lagi orang yang mengetahui akupunktur.
Melihat Dabra mengeluarkan jarum emas, semua orang Keluarga Lodia menahan napas dan menatap pemandangan di depan mereka.
Dabra mengulurkan tangannya untuk mengambil jarum emas, menuju ke ranjang pasien dan hendak menusukkannya langsung ke titik akupunktur dahi Kakek Lodia.
“Kalau jarum ini masuk, aku khawatir kakek tidak akan bisa bertahan lebih dari jam dua belas malam ini.”
Namun saat ini, sebuah suara tiba-tiba terdengar dari sudut ruangan.
Semua orang di ruangan itu kaget.
Siapa itu!
Berani sekali, dia berani mengatakan bahwa jika Dokter Dewa Sudra menusukkan jarum ini, kakek tidak akan bisa hidup lebih dari jam dua belas malam ini.
Kata-kata ini bukan mengutuk kakek Lodia, tapi mempertanyakan ilmu medis dari Dokter Dewa Sudra.
Kemudian, semua orang berbalik, mencari seseorang yang lewat, untuk melihat siapa yang putus asa dan mengatakan itu.
Namun ternyata yang berbicara adalah Ardio Leviran yang berdiri di samping Monica Lodia.
"Kamu pikir kamu siapa? Kamu bahkan belum diakui sebagai menantu. Kamu tidak punya hak untuk berbicara di sini!"
"Anak ini berbicara omong kosong. Apa menurutmu dia tahu ilmu medis dan akupunktur yang lebih baik daripada Dokter Dewa Sudra?"
"Dia cuma orang biasa. Dia tidak tahu ilmu medis apa pun, apalagi akupunktur. Dia cuma ingin membuat orang terkesan."
......
Banyak anggota Keluarga Lodia mulai mencemooh.
Terutama Diana dan Alexander yang juga memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang Ardio secara verbal.
Nyonya Besar Lodia mengerutkan kening, menatap Ardio, menatap langsung ke Monica dan berkata dengan dingin, "Monica, kamu membawa orang ini masuk, jadi kamu harus menjaga sikapnya."
Nyonya Besar Lodia jelas-jelas tidak suka berbicara dengan Ardio.
"Keluarga kita adalah Keluarga Lodia yang terpelajar dan sopan. Ini bukanlah tempat penampungan yang bisa didatangi semua jenis kucing dan anjing."
Nyonya Besar Lodia tidak pernah menggunakan kata-kata makian saat mengutuk orang. Dia bahkan tidak terlihat seperti sedang mengumpat orang, tapi sebenarnya dia sedang menghina. Dia tidak menyembunyikan ketidaksukaannya pada Ardio.
Setelah mengatakan itu, Nyonya Besar Lodia tidak menunggu Monica mengatakan sesuatu, menoleh ke arah Dabra dan berkata sambil tersenyum, "Dokter Dewa Sudra, aku benar-benar minta maaf. Anak muda itu tidak tahu banyak hal dan membuat ucapan kasar. Aku harap kamu tidak perlu mengingat kesalahan itu dan tidak pedulikan orang level bawah. "
Dabra cuma melirik Ardio dan tidak menganggap serius Ardio.
"Dia cuma anak bodoh. Aku sepertinya belum pernah bertemu dengannya. Karena dia membual tapi dia tidak tahu apa-apa tentang akupunktur, biarkan dia tinggal di sini dan melihat apa itu ilmu medis hebat."
Dabra berkata dengan ringan.
Setelah mendengar ini, Nyonya Besar Lodia tersenyum dan memuji Dabra, "Dokter Dewa Sudra membalas kejahatan dengan kebaikan, dokter itu baik hati. Aku mengagumi hati dan pikiran seperti ini."
Bahkan di usia Nyonya Besar Lodia, dia tidak bisa tidak memuji Dabra secara pribadi.
Dabra akhirnya menunjukkan senyuman, "Nyonya terlalu memuji!"
Lagi pula, dipuji oleh seseorang seperti Nyonya Besar Lodia yang bertanggung jawab atas Keluarga Lodia sama sekali berbeda dari pujian orang biasa.
“Sekarang, aku akan mulai melakukan akupunktur!”
Kemudian, Dabra memegang jarum emas dan terus menusuk Kakek Lodia yang terbaring di tempat tidur.
Saat ini, mata semua orang di ruangan itu tertuju pada jarum emas di tangan Dabra.
Semua orang berdebar-debar.
Jarum emas yang dipegang Dabra di tangannya perlahan menusuk titik akupunktur dahi Kakek Lodia.
"Jarum emasnya salah tempat dan itu bahaya! Dukun, sebaiknya kamu berhenti, jangan menyakiti orang lain atau dirimu sendiri."
Namun kali ini, suara Ardio kembali terdengar dari dalam kamar.
Apa!
Begitu kata-kata ini keluar, rasanya seperti guntur di langit.
"Apa anak ini sudah gila? Dokter Dewa Sudra bukan di levelnya, sekarang dia masih berani berbicara omong kosong. Apa dia benar-benar mengira dia adalah Dokter Dewa?"
“Kalau dia adalah Dokter Dewa, maka aku Raja Dewa.”
"Sampah macam apa dia ini? Dia berani menyebut Dokter Dewa Sudra dukun. Bagaimana Keluarga Lodia bisa membiarkan dia bertindak sembarangan dan menghina Dokter Dewa? Dia bersalah, usir dia!"
......
Saat ini, Keluarga Lodia marah.
Bahkan wajah Dabra menjadi muram.
Dia sudah sekian lama praktek pengobatan, dia selalu dihormati sebagai Saingan Huatuo, bagaimana dia bisa disebut dukun?
Panggilan dukun ini sangat memalukan baginya!
Kalau dia tidak peduli dengan citra seorang Dokter Dewa, dia mungkin akan langsung ribut dengannya.
“Nyonya Besar Lodia, ternyata kamu punya ahli di Keluarga Lodia, jadi aku harus mengucapkan selamat tinggal. Hidup dan mati kakek Lodia tidak ada hubungannya denganku!”
Setelah mengatakan itu, Dabra berbalik dan pergi tanpa ekspresi.
"Dokter Dewa Sudra tenanglah. Karena jeleknya asuhanku, kamu dipermalukan. Ini salahku. Tolong jangan pergi. Cuma kamu yang bisa menyembuhkan penyakitnya."
Nyonya Besar Lodia sangat cemas ketika mendengar ini dan menghalangi jalan Dabra.
Kemudian, Nyonya Besar Lodia menoleh ke arah Monica dan berteriak, "Monica, cepat suruh Ardio ini meminta maaf kepada Dokter Dewa Sudra."
Nyonya Besar Lodia memiliki nada memerintah, Monica tidak berani melawan, jadi dia menurut dan berkata kepada Ardio dengan marah, "Cepat minta maaf kepada Dokter Dewa Sudra."
Dia juga tidak menyangka Ardio berani menyebut Dabra sebagai dukun.
"Monica, orang ini dukun. Jarum emasnya tidak pada tempat yang benar. Sekarang kakek sudah separuh di ambang kematian. Tolong cabut jarum emas itu secepatnya."
Ardio menjelaskan, suaranya sedikit mendesak.
Pria sejati harus tegas. Dia tidak bisa cuma melihat seorang dukun membunuh seseorang.
"Ardio, berhenti bicara. Hanya Dokter Dewa Sudra yang bisa menyembuhkan kakek sekarang. Cepat minta maaf kepada Dokter Dewa Sudra!" desak Monica dengan mata indahnya yang terbelalak, dia cuma mau Ardio meminta maaf.
Ardio tersenyum.
"Seorang dukun tidak pantas menerima permintaan maafku!"
Ardio menunjuk ke arah Dabra dan berkata dengan tenang, "Dialah yang harus meminta maaf padaku!"
Ruangannya besar, dekorasinya sangat sederhana, banyak peralatan medis di sudutnya.
Di ruangan itu terdapat tiga dokter pribadi yang semuanya diundang oleh Keluarga Lodia untuk merawat Kakek Lodia, seluruh ruangan ditata seperti UGD.
Seorang lelaki tua yang sedang koma terbaring di tempat tidur, dengan rambut perak, wajah kuyu, tidak berwarna sama sekali dan dua alis putih berkerut, seolah-olah dia sangat kesakitan.
“Nyonya, Kakek barusan pingsan lagi.”
Ketika salah satu dokter pribadi melihat Nyonya Besar Lodia masuk, dia menyeka keringatnya dan menghampirinya, lalu memberi kabar.
Terlihat kondisi Kakek Lodia sudah semakin buruk sehingga tidak bisa ditunda lagi.
"Kalian, minggir."
Nyonya Besar Lodia melambaikan tangannya dan mempersilakan Dabra Sudra masuk.
Pada saat yang sama, dua asisten yang mengikuti Dabra mendorong ketiga dokter itu ke samping tanpa penjelasan apa pun.
"Kakek."
Ketika Cleo melihat lelaki tua itu di tempat tidur, dia berteriak dan air mata tidak bisa berhenti jatuh.
“Berhentilah berteriak, jangan mempengaruhi diagnosis dan pengobatan Dokter Dewa Sudra.”
Nyonya Besar Lodia memelototi Cleo dan tidak membiarkan Cleo maju.
Setelah itu, Nyonya Besar Lodia berkata kepada Dabra, "Tolong Dokter Dewa Sudra untuk memberikan keajaiban. Kesembuhan penyakitnya sangat tergantung padamu."
"Jangan khawatir, Nyonya. Selama aku di sini kakek akan baik-baik saja," kata Dabra percaya diri, berjalan ke ranjang pasien dan mulai memeriksa kondisi Kakek Lodia.
Langkah pertama adalah memeriksa ekspresi, yang kedua adalah mencium bau tinja... Akhirnya, Dabra mengenggam pergelangan tangan Kakek Lodia dan mulai mengecek denyut nadinya.
Semua orang di sekitar Keluarga Lodia tahu bahwa Dabra ahli dalam pengobatan tradisional dan mereka tidak menemukan sesuatu yang aneh dengan diagnosisnya.
Setelah melihat sekeliling, Dabra meletakkan pergelangan tangan Kakek Lodia dan berdiri.
“Dokter Dewa Sudra, bagaimana keadaannya?”
Nyonya Besar Lodia bertanya dengan tidak sabar.
Anggota Keluarga Lodia lainnya juga melihat ke arah Dabra, ingin mendengar jawaban Dabra.
"Nyonya, jangan khawatir. Aku sudah menyelesaikan diagnosisku. kakek memang sakit parah. Kalau itu orang lain, aku khawatir tidak ada yang bisa dilakukan, tapi kondisinya tidak terlalu sulit untukku. Sekarang kita tunggu untuk menjalani akupunktur. Tidak akan lama, kakek akan segera sembuh dan bisa bangun."
Dabra, segera berkata seakan sudah memiliki rencana yang matang.
Mendengar kata-kata Dabra, anggota Keluarga Lodia di sekitarnya bersorak gembira.
“Pantas saja Dokter Dewa Sudra menjadi dokter terkenal di Hasanudin. Dia dikenal sebagai Saingan Huatuo .”
"Ya, aku bisa melihat Dokter Dewa Sudra, seratus kali lebih hebat dari Hua Tuo. Dia bisa menyembuhkan penyakit yang paling serius sekalipun."
"ilmu medis Dokter Dewa Sudra tidak ada duanya dalam pengobatan tradisional!"
......
Menghadapi pujian dan sanjungan dari sekelilingnya, Dabra sudah lama bosan mendengarnya dan melambai kepada salah satu asistennya.
“Olver, ambil jarum emasnya!”
Asisten bernama Olver menanggapinya dengan menurunkan peralatan medis yang dibawanya, mengeluarkan sebuah kotak kayu, lalu meletakkannya di sebelahnya dan membukanya.
Ada deretan jarum emas yang dipajang di dalam kotak kayu tersebut, totalnya ada sembilan jarum emas yang masing-masing punya ukuran dan panjang yang berbeda-beda.
Tampaknya Dabra mau menggunakan akupunktur untuk pengobatan.
Saat ini, pengobatan Barat sudah lazim, tapi sangat sedikit orang yang mempelajari pengobatan tradisional dan bahkan lebih sedikit lagi orang yang mengetahui akupunktur.
Melihat Dabra mengeluarkan jarum emas, semua orang Keluarga Lodia menahan napas dan menatap pemandangan di depan mereka.
Dabra mengulurkan tangannya untuk mengambil jarum emas, menuju ke ranjang pasien dan hendak menusukkannya langsung ke titik akupunktur dahi Kakek Lodia.
“Kalau jarum ini masuk, aku khawatir kakek tidak akan bisa bertahan lebih dari jam dua belas malam ini.”
Namun saat ini, sebuah suara tiba-tiba terdengar dari sudut ruangan.
Semua orang di ruangan itu kaget.
Siapa itu!
Berani sekali, dia berani mengatakan bahwa jika Dokter Dewa Sudra menusukkan jarum ini, kakek tidak akan bisa hidup lebih dari jam dua belas malam ini.
Kata-kata ini bukan mengutuk kakek Lodia, tapi mempertanyakan ilmu medis dari Dokter Dewa Sudra.
Kemudian, semua orang berbalik, mencari seseorang yang lewat, untuk melihat siapa yang putus asa dan mengatakan itu.
Namun ternyata yang berbicara adalah Ardio Leviran yang berdiri di samping Monica Lodia.
"Kamu pikir kamu siapa? Kamu bahkan belum diakui sebagai menantu. Kamu tidak punya hak untuk berbicara di sini!"
"Anak ini berbicara omong kosong. Apa menurutmu dia tahu ilmu medis dan akupunktur yang lebih baik daripada Dokter Dewa Sudra?"
"Dia cuma orang biasa. Dia tidak tahu ilmu medis apa pun, apalagi akupunktur. Dia cuma ingin membuat orang terkesan."
......
Banyak anggota Keluarga Lodia mulai mencemooh.
Terutama Diana dan Alexander yang juga memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang Ardio secara verbal.
Nyonya Besar Lodia mengerutkan kening, menatap Ardio, menatap langsung ke Monica dan berkata dengan dingin, "Monica, kamu membawa orang ini masuk, jadi kamu harus menjaga sikapnya."
Nyonya Besar Lodia jelas-jelas tidak suka berbicara dengan Ardio.
"Keluarga kita adalah Keluarga Lodia yang terpelajar dan sopan. Ini bukanlah tempat penampungan yang bisa didatangi semua jenis kucing dan anjing."
Nyonya Besar Lodia tidak pernah menggunakan kata-kata makian saat mengutuk orang. Dia bahkan tidak terlihat seperti sedang mengumpat orang, tapi sebenarnya dia sedang menghina. Dia tidak menyembunyikan ketidaksukaannya pada Ardio.
Setelah mengatakan itu, Nyonya Besar Lodia tidak menunggu Monica mengatakan sesuatu, menoleh ke arah Dabra dan berkata sambil tersenyum, "Dokter Dewa Sudra, aku benar-benar minta maaf. Anak muda itu tidak tahu banyak hal dan membuat ucapan kasar. Aku harap kamu tidak perlu mengingat kesalahan itu dan tidak pedulikan orang level bawah. "
Dabra cuma melirik Ardio dan tidak menganggap serius Ardio.
"Dia cuma anak bodoh. Aku sepertinya belum pernah bertemu dengannya. Karena dia membual tapi dia tidak tahu apa-apa tentang akupunktur, biarkan dia tinggal di sini dan melihat apa itu ilmu medis hebat."
Dabra berkata dengan ringan.
Setelah mendengar ini, Nyonya Besar Lodia tersenyum dan memuji Dabra, "Dokter Dewa Sudra membalas kejahatan dengan kebaikan, dokter itu baik hati. Aku mengagumi hati dan pikiran seperti ini."
Bahkan di usia Nyonya Besar Lodia, dia tidak bisa tidak memuji Dabra secara pribadi.
Dabra akhirnya menunjukkan senyuman, "Nyonya terlalu memuji!"
Lagi pula, dipuji oleh seseorang seperti Nyonya Besar Lodia yang bertanggung jawab atas Keluarga Lodia sama sekali berbeda dari pujian orang biasa.
“Sekarang, aku akan mulai melakukan akupunktur!”
Kemudian, Dabra memegang jarum emas dan terus menusuk Kakek Lodia yang terbaring di tempat tidur.
Saat ini, mata semua orang di ruangan itu tertuju pada jarum emas di tangan Dabra.
Semua orang berdebar-debar.
Jarum emas yang dipegang Dabra di tangannya perlahan menusuk titik akupunktur dahi Kakek Lodia.
"Jarum emasnya salah tempat dan itu bahaya! Dukun, sebaiknya kamu berhenti, jangan menyakiti orang lain atau dirimu sendiri."
Namun kali ini, suara Ardio kembali terdengar dari dalam kamar.
Apa!
Begitu kata-kata ini keluar, rasanya seperti guntur di langit.
"Apa anak ini sudah gila? Dokter Dewa Sudra bukan di levelnya, sekarang dia masih berani berbicara omong kosong. Apa dia benar-benar mengira dia adalah Dokter Dewa?"
“Kalau dia adalah Dokter Dewa, maka aku Raja Dewa.”
"Sampah macam apa dia ini? Dia berani menyebut Dokter Dewa Sudra dukun. Bagaimana Keluarga Lodia bisa membiarkan dia bertindak sembarangan dan menghina Dokter Dewa? Dia bersalah, usir dia!"
......
Saat ini, Keluarga Lodia marah.
Bahkan wajah Dabra menjadi muram.
Dia sudah sekian lama praktek pengobatan, dia selalu dihormati sebagai Saingan Huatuo, bagaimana dia bisa disebut dukun?
Panggilan dukun ini sangat memalukan baginya!
Kalau dia tidak peduli dengan citra seorang Dokter Dewa, dia mungkin akan langsung ribut dengannya.
“Nyonya Besar Lodia, ternyata kamu punya ahli di Keluarga Lodia, jadi aku harus mengucapkan selamat tinggal. Hidup dan mati kakek Lodia tidak ada hubungannya denganku!”
Setelah mengatakan itu, Dabra berbalik dan pergi tanpa ekspresi.
"Dokter Dewa Sudra tenanglah. Karena jeleknya asuhanku, kamu dipermalukan. Ini salahku. Tolong jangan pergi. Cuma kamu yang bisa menyembuhkan penyakitnya."
Nyonya Besar Lodia sangat cemas ketika mendengar ini dan menghalangi jalan Dabra.
Kemudian, Nyonya Besar Lodia menoleh ke arah Monica dan berteriak, "Monica, cepat suruh Ardio ini meminta maaf kepada Dokter Dewa Sudra."
Nyonya Besar Lodia memiliki nada memerintah, Monica tidak berani melawan, jadi dia menurut dan berkata kepada Ardio dengan marah, "Cepat minta maaf kepada Dokter Dewa Sudra."
Dia juga tidak menyangka Ardio berani menyebut Dabra sebagai dukun.
"Monica, orang ini dukun. Jarum emasnya tidak pada tempat yang benar. Sekarang kakek sudah separuh di ambang kematian. Tolong cabut jarum emas itu secepatnya."
Ardio menjelaskan, suaranya sedikit mendesak.
Pria sejati harus tegas. Dia tidak bisa cuma melihat seorang dukun membunuh seseorang.
"Ardio, berhenti bicara. Hanya Dokter Dewa Sudra yang bisa menyembuhkan kakek sekarang. Cepat minta maaf kepada Dokter Dewa Sudra!" desak Monica dengan mata indahnya yang terbelalak, dia cuma mau Ardio meminta maaf.
Ardio tersenyum.
"Seorang dukun tidak pantas menerima permintaan maafku!"
Ardio menunjuk ke arah Dabra dan berkata dengan tenang, "Dialah yang harus meminta maaf padaku!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved