Bab 2 Minta Restu

by Ritasilvia 10:50,Sep 17,2023
"Non Vella, makan dulu ya. sedari tadi bibi perhatikan non melamun terus?"
"Aku masih memikirkan tentang perjodohan ini bi, karena aku mendengar jika Nick sudah menikah. dan aku tidak tega menyakiti hati perempuan lain."
"Sabar ya non, bibi hanya bisa berdoa yang terbaik buat masa depan dan kebahagiaan non."
"Terimakasih, bi."
Ravela merasa sedikit tenang dalam pelukan bibi Darti, perempuan yang sudah mengasuh nya sedari kecil.
"Andai kamu tahu bibi, saat ini aku begitu sedih dan kalut. Besok adalah hari pernikahanku dengan laki-laki yang sama sekali tidak aku cintai, bentuk nya seperti apa sekarang karena kami sudah lama tidak bertemu, apakah istri nya menyetujui pernikahan kedua suaminya?" berbagai pertanyaan berkecamuk dipikiran Vella sehingga membuat kepalanya cenat- cenut.
"Semua akan indah pada waktunya." bisik bibi memberikan sem toangat.
Nick memejamkan mata, mencoba untuk mencari kata-kata yang tepat untuk mengutarakan pada Kasandra jika dia dipaksa oleh kedua orang tuanya untuk menikah lagi. Nick tidak sanggup jika harus menyakiti istri yang sangat dicintainya.
"Nick, katanya mau bicara sesuatu yang sangat penting, bicaralah sayang aku sudah sangat siap untuk mendengarkan keluh kesah mu baik ditempat kerja ataupun dengan mama dan papa." ucap Kasandra yang selalu berbagi cerita dengan Nick menjelang tidur malam mereka.
"Kasandra, kali ini aku tidak bisa menolak lagi permintaan mama dan papa." ucap Nick dengan bibir bergetar dan hati yang bergemuruh, bagaimanapun dia tidak ingin melukai hati wanita yang sangat dicintainya.
"Apa maksudmu Nick, apa kedua orang tua mu masih tetap bersikukuh ingin menjodohkan dirimu? dan tetap tidak mau menerima diriku meskipun sudah ada putri kita Ellena?" tanya Kasandra memastikan.
"Iya sayang, tapi kali ini mereka meminta ku untuk tidak meninggalkan kalian. walau aku sudah menikah dengan perempuan pilihannya." bujuk Nick.
"Jadi maksudnya, mereka memintamu untuk melakukan poligami? tidak... tidak, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau dimadu dengan perempuan lain." tangis Kasandra pecah, sudah dua tahun pernikahan mereka, namun dia masih belum berhasil untuk mendapatkan hati mertuanya.
"Sayang, tenangkan dirimu. aku hanya mencintai mu seorang dan kamu akan tetap menjadi ratu, wanita satu-satunya di hati ku." Nick menarik Kasandra kedalam pelukannya.
"Kalau kamu mencintai ku, kamu bisa menolak dengan tegas perjodohan ini Nick, bukannya pasrah dan menerima saja permintaan kedua orang tua mu." tutur Kasandra yang masih berusaha untuk bersikap tenang.
"Aku tidak mempunyai pilihan lain sayang, mereka mengancam akan mengambil seluruh aset yang sudah diberikan kepada ku, lalu menganti semuanya atas nama Ravela."
"Jadi nama perempuan itu Ravela."
"Ya."
"Mendengar namanya saja, aku sudah sangat muak. Kedengarannya sih memang bagus tapi tidak dengan kelakuan nya yang bersedia dijodohkan dengan laki-laki yang sudah memiliki istri." Tutur Kasandra.
"Ravela sama sepertiku, kami berdua tidak diberi pilihan, selain menikah dan menerima perjodohan ini." Jawab Nick.
"Aku rela kehilangan semua ini Nick, asalkan kita tetap terus bersama. aku tidak rela jika harus berbagi suamiku dengan perempuan lain hick... hick..." Kasandra tidak bisa menahan air matanya lagi.
"Semula aku juga berfikir seperti itu sayang, tapi bagaimana dengan penyakit jantung mama yang sering kambuh. aku tidak ingin jadi anak durhaka, aku takut jika ini permintaan terakhir mama. dimana aku sebagai anak belum pernah sekalipun membuatnya bahagia dengan menuruti keinginannya." ucap Nick tertunduk lesu, sepulang dari rumah sakit tempat mamanya dirawat setelah perdebatan mereka kemaren.
"Ini tidak adil bagiku hick... hick.." tiba-tiba Kasandra menagis hilang kendali, dia melemparkan apapun yang ada dihadapannya, sehingga Nick kewalahan menghadapi sikap dan amukan istri nya yang terus menagis.
"Sayang maafkan aku, aku sangat mencintai mu dan putri kita." Bujuk Nick.
"Jika kamu mencintai ku, batalkan pernikahan itu."
"Tidak bisa sayang, aku tidak sanggup jika mama akan kembali sakit dan akan lebih parah dari sekarang." ucap Nick tidak berdaya. Nick menarik Kasandra kedalam pelukannya, membiarkan Kasandra memukul-mukul dadanya untuk menumpahkan rasa kecewa dan kesedihannya.
"Kamu sama saja dengan mereka Nick."
Kasandra berlari keluar kamar, Hatinya sangat hancur melihat semua itu, ingin rasanya dia terus berlari dan berlari sejauh mungkin, ataupun berteriak sekencang-kencangnya, agar sesuatu yang menghimpit dadanya bisa segera hilang.
"Kasandra tunggu, kamu mau ke mana?"
Kasandra tidak memperdulikan teriakan Nick, air mata terus mengalir membasahi pipinya, dia berlari menuju mobil dan melajukan kencang tanpa arah dan tujuan jelas.
Nick berusaha untuk mengejar sampai ke gerbang utama. namun Kasandra tidak memperdulikannya, termasuk keselamatan dirinya yang hampir beberapa kali bertabrakan dengan pengendara lainnya. saat ini dia hanya ingin lari dan pergi dari beban berat yang terasa menghimpit dadanya.
Benteng pertahanan yang semula kuat, telah roboh seiring dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti. Kasandra merasa orang yang tidak berguna, bahkan di pernikahannya yang sudah lama, dia belum juga mampu meluluhkan hati mertuanya agar mendapatkan restu.
"Kasandra... tunggu, kamu kenapa berubah keras kepala seperti ini, sayang. please dengarkan penjelasan ku dulu." teriak Nick yang panik, dia langsung berbalik masuk kedalam mobil nya, berusaha untuk mengejar mobil Kasandra yang sudah menghilang.
"Kasandra sayang, kamu pergi kemana? aku takut terjadi sesuatu padamu yang pergi dalam keadaan marah." Nick cemas ditambah lagi ponsel Kasandra yang tidak bisa dihubungi.
Air mata seakan tidak pernah habis, untuk meratapi kehidupan nya yang harus berbagi suami yang sangat dicintainya.
Kasandra menghentikan mobilnya bibir jalan raya. sambil menatap kosong kedepan, air mata terus mengalir.
Setelah turun dari mobil, langkah kakinya terhenti disebuah jembatan, Kasandra menatap kebawah. Sungai dengan arus air yang sangat deras siap mencabik-cabik dirinya seandainya dia melompat kebawah.
"Aku tidak peduli apapun lagi, mungkin dengan kepergian ku untuk selamanya, Nick bisa bahagia dengan wanita pilihan orang tuanya. Karena aku sudah tidak sanggup lagi menerima semua ini sendirian." Ucap Kasandra mulai membuka perlahan alas kakinya, dan menaikkan kakinya kepembatas jembatan yang sangat tinggi.
Kasandra merentangkan kedua tangan, sambil memejamkan kedua matanya. Dia benar-benar sudah siap jika seandainya ajal sudah datang menjemput. mungkin dengan menceburkan diri kearah sungai yang deras ini semua penderitaan nya akan segera berakhir.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

49