Bab 12 Mimpi Basah

by Pupe Maelani 11:49,Sep 12,2023
Waktu sudah menunjukkan jam 8 pagi, Ayman yang baru tiba di kediaman Abe secepat kilat masuk ke dalam rumah dan membaringkan tubuh ke ranjang yang belum dia sentuh sejak semalam. Tubuhnya benar-benar lelah dan belum tidur sama sekali, tapi rasa cemas, dan bersalahnya terus menggelayut di hati dan pikirannya, sehingga tak ada rasa kantuk yang dirasakan. Tubuh besar dan kekarnya terlentang di ranjang tanpa melepas kaos kaki putih yang membalus kakinya. Matanya menatap langit kamar yang terang akan sinar matahari pagi yang masuk dari jendela. Ayman membuka jendela kamar dan membiarkan udara dari halaman belakang masuk untuk menyapa paru-parunya yang mendadak sesak karena beban bersalah terus menggelayut di hati.
"Gadis yang cantik, tapi sudah dimiliki Abe!" ucap lirih keluar dari bibir Ayman yang entah disadarinya atau tidak.
"Jika Abe tak pulang, pasti gadis itu sudah jadi milikku," gumam Ayman terdengar lagi.
Perlahan-lahan, mata Ayman mulai berkedip pelan, hingga akhirnya terpejam karena angin sepoi yang menerpa wajah lelahnya. Ayman akhirnya tertidur membawa semua rasa yang berkecamuk di dalam hati dan terlupa untuk sementara. Dua jam kemudian, sosok tubuh kekar dengan wajah tampan yang tak pernah pudar walaupun baru saja tersadar dari tidur lelapnya, nampak menggeliat dibalik selimut tebal yang membalut tubuhnya. Abe mengerjap matanya berkali-kali karena sinar pagi yang masuk dari jendela kamarnya.
"Aduh, pusing banget!" keluh Abe yang langsung memijat pelipisnya.
Abe duduk dan menyandar di kepala ranjang dengan tangan kiri terus memijat pelipisnya untuk beberapa saat. Setelahnya, Abe menyibak selimut dan menurunkan kedua kakinya ke lantai.
"Kenapa pusing banget sih!" keluh Abe, lalu melangkah menuju meja di mana selalu tersimpan air minum.
Tangannya langsung meraih botol berisi air minum yang langsung dihabiskannya. Kepalanya bergerak beberapa kali demi meregangkan otot leher yang terasa kaku baginya. Abe sesaat diam menatap pakaian yang dia kenakan.
"Piyama? Siapa yang pakaikan piyama? Perasaan semalam aku gak pakai piyama deh!" gerutu Abe bingung menatap piyama hitam yang dikenakannya.
Bingung dengan penampilannya, Abe memutar tubuh dan menatap sekeliling kamar, lalu berhenti pada ranjang yang terdapat selimut yang tadi menutupi tubuhnya. Abe berkerut kening, terlintas samar kejadian yang dia alami sebelumnya. Semua terekam jelas bagi Abe apa yang sudah dia lakukan semalam. Matanya dengan cepat beralih pada bagian bawah tubuhnya di mana tak ada pergerakan sama sekali di sana.
"Apa iya semalam gue mimpi basah?" ucap Abe dengan suara bernada bingungnya.
"Kalau mimpi, kenapa rasanya kayak beneran. Rasanya enak banget, dan ...," ucap Abe mengingat rasa yang baru dialaminya seumur hidup.
"Dia nangis!" lanjutnya dengan suara lirih.
Abe terdiam, perlahan kakinya mendekat pada ranjang, tempat di mana dia merasakan telah melakukan hal yang baru pertama dilakukannya. Matanya menelisik ranjang dan menyibak selimut untuk mencari jejak apa pun itu bentuknya. Matanya menatap nanar, tapi tak ada jejak sedikit pun yang tertinggal.
"Gak ada darah!" gumamnya pelan.
Matanya tanpa sadar menatap area sensitifnya lagi. Pikirannya begitu yakin jika telah terjadi sesuatu, tapi tampak samar. Abe mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang dan mengelus pelan sprei yang menurutnya pernah ada seseorang terbaring di sana bersamanya.
"Siapa dia? Kenapa begitu nyata jika hanya mimpi basah?" gumam Abe masih mengelus sprei berwarna grey miliknya.
"Aish, kenapa aku jadi lebay begini gara-gara mimpi basah? Au ah, mending mandi saja!" kata Abe yang bingung sendiri dengan dirinya.
Dia melangkahkan kaki menuju kamar mandi, hingga setengah jam kemudian akhirnya selesai. Sambil bersiul Abe mengenakan pakaian santainya yang hanya berbalut celana pendek selutut dan kaos putih. Langkahnya santai menuruni anak tangga untuk menuju dapur yang sudah ada Mbok Inem tampak sibuk memasak.
"Pagi, Mbok!" sapa Abe seperti biasa. Mbok Inem yang sedang memasak nasi goreng seafood langsung menoleh dan melempar senyum.
"Pagi, Den!" balasnya singkat.
Abe langsung menarik kursi dan duduk. Tangan kanannya meraih gelas kosong dan menuangkan teh panas yang ada di teko. Abe paling suka minum teh panas di pagi hari dan tanpa gula.
"Ayman belum bangun, Mbok?" kata Abe yang baru selesai meneguk teh panasnya.
"Belum, Den. Jendela kamar sih dibuka dan nampak Den Maman masih ngorok tuh Mbok lihat!" sahut Mbok Inem sambil tetap mengaduk nasi goreng di penggorengan.
"Dasar kebo dia. Kebiasaan banget kalau tidur buka jendela. Nyamuk malaria masuk tahu rasa dia!" gerutu Abe yang sudah tahu kebiasaan Ayman tidur dengan jendela kamar terbuka.
"Insaallah gak ada nyamuk begituan di sini, Den. Udara di sini dingin, jadi nyamuk gak betah, kecuali nyamuk haus kasih sayang!" tutur Mbok Inem diakhiri cekikan.
Abe yang mendengar guyonan Mbok Inem terhenyak dan diikuti senyuman serta gelengan. Tak berapa lama, nasi goreng seafood kesukaan Abe akhirnya matang. Tanpa segan, Abe langsung menyantapnya dengan lahap. Mbok Inem hanya tersenyum melihat Abe yang begitu lahap macam tak pernah makan.
"Aden tidak makan malam ya, sampai lahap begitu makannya!" tanya Mbok Inem yang kagum melihat kecepatan Abe makan yang tak biasa.
"Hmmm?" gumam Abe mendongak sesaat pada Mbok Inem.
"Aden kayak orang gak makan-makan sampai lahap begitu!" timpal Mbok Inem lagi.
"Haha, nasi gorengnya enak banget, Mbok. The best pokoknya!" sahut Abe yang sangat suka masakan Mbok Inem.
Tak berapa lama, muncullah Ayman sambil garuk-garuk kepala dan berjalan sempoyongan. Terlihat sekali jika Ayman belum mandi dan matanya masih enggan terbuka lebar. Abe yang melihat kedatangan sepupunya itu hanya menggeleng tanpa kata dan tetap melanjutkan sarapannya.
"Den Maman mau sarapan apa?" tanya Mbok Inem menawarkan.
"Apa saja, Mbok!" jawab Ayman malas-malasan.
'Kriit'
Terdengar bunyi kursi yang ditarik dan Ayman langsung mendudukkan tubuhnya berseberangan dengan Abe yang menatap risih. Risih karena melihat Ayman yang belum mandi nan berantakan.
"Kenapa gak mandi dulu sih!" kata Abe yang tak tahan dengan mulutnya untuk memarahi Ayman yang jorok.
"Bau nasi goreng membangunkanku, Be. Makan dulu saja baru mandi terus tidur lagi!" sahut Ayman melirik malas pada Abe.
Mendengar jawaban Ayman sang sepupu malas, Abe hanya memutar bola mata malas dan memasukkan kembali sesendok nasi goreng ke mulutnya. Keduanya tampak diam dan sibuk dengan sarapannya masing-masing. Dalam hati, Ayman berharap jika Abe tak bertanya hal-hal yang sekiranya mengarah pada kejadian semalam dan berharap Abe tak merasakan hal ganjil. Pasalnya, Ayman sudah berusaha sesantai mungkin bertingkah di hadapan Abe agar tak mencurigakan.
"Man, semalam kamu pulang jam berapa sama teman anehmu itu?" suara Abe tiba-tiba terdengar di antara dentingan sendok.
'Deggg'
Jantung Ayman yang tadi sempat tenang mendadak bergemuruh. Nafasnya terasa sesak dan ingin mati saja jika Abe menaruh curiga, apalagi mengingat kejadian semalam.
"Hah? O, semalam pulang subuh dan mereka langsung cabut setelah antar kupulang. Mau nginep, tapi katanya takut!" sahut Ayman sambil terkekeh demi menutupi rasa gugupnya. Tampak Abe berkerut kening saat menatap Ayman tanpa ekspresi, dan 3 detik kemudian berpaling untuk meminum tehnya yang sudah dingin.
"Anjir, Abe. Mukanya datar banget kayak malaikat pencabut nyawa!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

33