Bab 10 Dibuang Seperti Sampah
by Pupe Maelani
21:28,Sep 08,2023
Setelah semuanya beres dan tak meninggalkan jejak apa pun, ketiga trio gundal gandul itu bergegas meninggalkan rumah Abe. Semua lampu di dalam rumah sudah dimatikan seolah Abe sudah mengecek kondisi rumah dengan baik sebelum dia beranjak tidur. Mobil membawa tubuh Ayumi tak sadarkan diri langsung bergerak meninggalkan pekarangan yang kembali sepi. Kiki melajukan mobil dengan kecepatan penuh, di sebelahnya tampak Adit sesekali melirik pada Kiki yang tentu merasa jika Kiki mengendarai mobil tergesa-gesa.
"Ki, hati-hati bawa mobilnya, anjir. Gak lucu kalau kita mati nyemplung ke jurang dalam keadaan belum kawin!" gerutu Adit yang berpegangan kuat pada pintu mobil.
"Lo diam saja, kupret. Kalau pelan-pelan gak keburu, bentar lagi warga mulai pada bangun!" beo Kiki menjawab kepanikan Adit.
"Baru jam 3, anjirr!" sambar Adit lagi.
"Heh, blegug. Ini tuh pedesaan alias pegunungan. Warganya rajin bangun pagi, kagak kayak kita dari kota yang tidur tengah malam kadang subuh, lalu bangunnya siang bolong di mana mentari sudah mau rebahan di barat. Ngerti kagak lo?" sungut Kiki yang tetap melajukan mobilnya cepat.
Adit tak menjawab lagi dan hanya melirik kesal, lalu membuang pandangan ke luar jendela di mana pohon berjajar di sepanjang jalan yang gelap gulita. Belum ada satu kendaraan pun yang berpapasan dengan mereka. Di kursi belakang, Ayman duduk di samping tubuh Ayumi yang meringkuk berbalut selimut tebal membungkus tubuh polosnya. Rambut panjangnya terurai berantakan. Tubuh kecilnya meringkuk seperti anak kucing yang baru dilahirkan dengan nafas yang terdengar lambat. Sekilas mata Ayman melihat wajah Ayumi yang nampak ayu dan terlihat bibirnya bengkak karena ulah sepupunya yang menggila serta bercak merah di lehernya.
"Sial!" gerutu Ayman kesal dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Hatinya terenyuh melihat seorang gadis yang sudah dirusak oleh sepupunya karena kesalahan yang dia dan teman-temannya perbuat, dan justru akan dia tambah penderitaan gadis malang yang tak dikenalnya itu. Tak berapa lama, mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di sebuah perkebunan teh setelah menempuh jarak sekitar 20 km dari kediaman Abe. Situasi perkebunan tentu masih gelap dan sangat sepi. Udara begitu dingin menusuk tulang.
"Man, keluarin tuh cewek!" seru Kiki setelah menepikan mobilnya.
"Di sini?" sahut Ayman memastikan.
"Iyalah, mau di mana lagi?" jawab Kiki cepat.
"Kenapa di sini? Kenapa gak kita lempar saja ke jurang?" sambar Adit berbeda pendapat.
"Gila! Lo mau bunuh dia?" sungut Ayman tak percaya.
"Kita cari aman toh! Mending bunuh nih cewek sekalian daripada gue dibunuh Abe macam cacing diinjak-injak. Ogah gue, masih pengin hidup!" sungut Adit bergidig membayangkan dibunuh Abe.
"Anjing lo, Dit! Cari aman tumbalin nyawa orang. Semua gara-gara lo berdua yang pakai acara culik ini cewek. Lo gila sampai tega niat bunuh orang!" omel Ayman yang masih memiliki rasa kemanusiaan.
"Ahhhh, sudah sudah! Makanya kita tinggalin saja ini cewek di sini. Tuh lihat, ada gubuk di sana. Kita tinggalin saja dia di sana. Ayo buruan, jangan kebanyakan mikir, anjirrr!" kata Kiki memutuskan.
Akhirnya, dengan berat hati Ayman membopong tubuh Ayumi keluar dari mobil untuk menuju sebuah gubuk bambu yang ada di pinggir kebun teh. Dibaringkannya tubuh Ayumi yang masih tak sadarkan diri pelan-pelan. Setelah membaringkannya dengan posisi meringkuk. Ayman yang sebenarnya tak tega, menyelimuti tubuh Ayumi dengan selimut hingga tertutupi seluruhnya agar tak kedinginan, hanya bagian kepala yang terlihat sedikit agar dia bisa bernafas.
"Maafkan kami gadis asing. Aku pastikan mereka tak akan melakukan lebih padamu. Kau akan baik-baik saja di sini hingga pagi datang!" ucap Ayman menatap Ayumi sebelum beranjak.
"Pssstt ... Man, buruan woy!" teriak Adit dengan suara tertahan. Ayman menoleh sesaat dan kembali menatap Ayumi karena kakinya begitu kaku untuk melangkah meninggalkannya sendirian.
"Maafkan aku, Tuhan. Maafkan aku gadis asing!" ucap Ayman akhirnya sebelum meninggalkan Ayumi.
Secepat kilat, Kiki melajukan mobilnya meninggalkan area perkebunan itu, sedangkan mata Ayman terus tertuju menatap gubuk bambu di mana Ayumi berada. Ayman benar-benar kalut karena untuk pertama kalinya dia berlaku kejam pada seorang wanita, walaupun selama ini dia sering gonta-ganti teman ranjang, tapi dia tak pernah berlaku kejam seperti ini. Nafasnya benar-benar sesak, punggungnya tersandar pada kursi dengan mata terpejam serta tangan kanan menyentuh dada yang bergemuruh.
"Ada apa dengan hatiku, Tuhan? Siapa gadis itu?" racau Ayman dalam benaknya yang gundah. Pikirannya terus tertuju pada wajah Ayumi serta tubuh tak berdayanya yang kini mereka campakkan. Tiba-tiba, lamunan Ayman pecah ketika Kiki kembali berujar.
"Man, gue langsung balik ke kota ya. Kalau gue masih di rumah, nanti Abe pasti mikir aneh-aneh lagi. Dia cerdas dan kalau sampai curiga, matilah kita!" seru Kiki menyarankan dengan wajah seriusnya.
"Iya, Man. Kondisi rumah sudah clear juga! Pokoknya case ini kita tutup!" sambung Adit selanjutnya dan diangguki Kiki. Ayman menatap lemah kedua sahabat bejatnya itu dan tak menimpali karena lebih memilih melanjutkan lamunannya yang terus dibayangi wajah Ayumi.
Sesampainya di pekarangan rumah, Ayman langsung membuka pintu mobil dan keluar. Keduanya tak ikut turun sekedar minum dan langsung tancap gas menuju arah berlawanan di mana Ayumi dibuang. Ayman menatap kosong kepergian mereka dan menatap rumah megah milik Abe yang nampak sepi. Rumah yang awalnya seperti surga telah dikotori oleh mereka dan menyimpan rahasia kelam yang entah sampai kapan terus tersimpan. Perlahan mata Ayman menatap jam tangan di pergelangan tangan kirinya.
"Jam 4!" ucapnya lemah.
Dari kejauhan, sayup-sayup terdengar suara azan dari masjid yang ada di desa tersebut. Setelahnya, pasti warga akan mulai disibukkan dengan kegiatan mereka di kebun. Dengan langkah gontai, Ayman memasuki rumah dan berdiri di depan tangga menatap pintu kamar Abe yang tertutup rapat. Matanya menyimpan jutaan penyesalan, tapi hatinya juga takut mengakui kesalahan yang dia perbuat, hingga membuat sepupunya sendiri menodai seorang gadis karena kesalahannya juga.
"Sepupu kurang ajar gue!" geram Ayman merutuki dirinya sendiri.
Ayman kembali melangkahkan kakinya menuju kamar yang dia gunakan di dekat teras belakang. Ayman sengaja memilih kamar di sana karena dekat dengan teras dan bisa bersantai sambil merokok. Sesampainya di kamar, Ayman merebahkan tubuhnya di kasur, matanya menatap langit-langit kamar, dan wajah Ayumi kembali terlintas.
"Apa kamu sudah sadar? Apa sudah ada orang yang menolongmu?" ucap Ayman bermonolog dengan bibir bergetar.
Tangannya kembali menyentuh dada yang sesak. Kepalanya terasa pusing dan sesekali dijambaknya rambut yang sudah acak-acakan. Dengan gerakan tiba-tiba, Ayman bangun dari kasurnya dan beranjak keluar serta meraih kunci mobil di nakas.
"Aku harus pastikan dia selamat!"
"Ki, hati-hati bawa mobilnya, anjir. Gak lucu kalau kita mati nyemplung ke jurang dalam keadaan belum kawin!" gerutu Adit yang berpegangan kuat pada pintu mobil.
"Lo diam saja, kupret. Kalau pelan-pelan gak keburu, bentar lagi warga mulai pada bangun!" beo Kiki menjawab kepanikan Adit.
"Baru jam 3, anjirr!" sambar Adit lagi.
"Heh, blegug. Ini tuh pedesaan alias pegunungan. Warganya rajin bangun pagi, kagak kayak kita dari kota yang tidur tengah malam kadang subuh, lalu bangunnya siang bolong di mana mentari sudah mau rebahan di barat. Ngerti kagak lo?" sungut Kiki yang tetap melajukan mobilnya cepat.
Adit tak menjawab lagi dan hanya melirik kesal, lalu membuang pandangan ke luar jendela di mana pohon berjajar di sepanjang jalan yang gelap gulita. Belum ada satu kendaraan pun yang berpapasan dengan mereka. Di kursi belakang, Ayman duduk di samping tubuh Ayumi yang meringkuk berbalut selimut tebal membungkus tubuh polosnya. Rambut panjangnya terurai berantakan. Tubuh kecilnya meringkuk seperti anak kucing yang baru dilahirkan dengan nafas yang terdengar lambat. Sekilas mata Ayman melihat wajah Ayumi yang nampak ayu dan terlihat bibirnya bengkak karena ulah sepupunya yang menggila serta bercak merah di lehernya.
"Sial!" gerutu Ayman kesal dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Hatinya terenyuh melihat seorang gadis yang sudah dirusak oleh sepupunya karena kesalahan yang dia dan teman-temannya perbuat, dan justru akan dia tambah penderitaan gadis malang yang tak dikenalnya itu. Tak berapa lama, mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di sebuah perkebunan teh setelah menempuh jarak sekitar 20 km dari kediaman Abe. Situasi perkebunan tentu masih gelap dan sangat sepi. Udara begitu dingin menusuk tulang.
"Man, keluarin tuh cewek!" seru Kiki setelah menepikan mobilnya.
"Di sini?" sahut Ayman memastikan.
"Iyalah, mau di mana lagi?" jawab Kiki cepat.
"Kenapa di sini? Kenapa gak kita lempar saja ke jurang?" sambar Adit berbeda pendapat.
"Gila! Lo mau bunuh dia?" sungut Ayman tak percaya.
"Kita cari aman toh! Mending bunuh nih cewek sekalian daripada gue dibunuh Abe macam cacing diinjak-injak. Ogah gue, masih pengin hidup!" sungut Adit bergidig membayangkan dibunuh Abe.
"Anjing lo, Dit! Cari aman tumbalin nyawa orang. Semua gara-gara lo berdua yang pakai acara culik ini cewek. Lo gila sampai tega niat bunuh orang!" omel Ayman yang masih memiliki rasa kemanusiaan.
"Ahhhh, sudah sudah! Makanya kita tinggalin saja ini cewek di sini. Tuh lihat, ada gubuk di sana. Kita tinggalin saja dia di sana. Ayo buruan, jangan kebanyakan mikir, anjirrr!" kata Kiki memutuskan.
Akhirnya, dengan berat hati Ayman membopong tubuh Ayumi keluar dari mobil untuk menuju sebuah gubuk bambu yang ada di pinggir kebun teh. Dibaringkannya tubuh Ayumi yang masih tak sadarkan diri pelan-pelan. Setelah membaringkannya dengan posisi meringkuk. Ayman yang sebenarnya tak tega, menyelimuti tubuh Ayumi dengan selimut hingga tertutupi seluruhnya agar tak kedinginan, hanya bagian kepala yang terlihat sedikit agar dia bisa bernafas.
"Maafkan kami gadis asing. Aku pastikan mereka tak akan melakukan lebih padamu. Kau akan baik-baik saja di sini hingga pagi datang!" ucap Ayman menatap Ayumi sebelum beranjak.
"Pssstt ... Man, buruan woy!" teriak Adit dengan suara tertahan. Ayman menoleh sesaat dan kembali menatap Ayumi karena kakinya begitu kaku untuk melangkah meninggalkannya sendirian.
"Maafkan aku, Tuhan. Maafkan aku gadis asing!" ucap Ayman akhirnya sebelum meninggalkan Ayumi.
Secepat kilat, Kiki melajukan mobilnya meninggalkan area perkebunan itu, sedangkan mata Ayman terus tertuju menatap gubuk bambu di mana Ayumi berada. Ayman benar-benar kalut karena untuk pertama kalinya dia berlaku kejam pada seorang wanita, walaupun selama ini dia sering gonta-ganti teman ranjang, tapi dia tak pernah berlaku kejam seperti ini. Nafasnya benar-benar sesak, punggungnya tersandar pada kursi dengan mata terpejam serta tangan kanan menyentuh dada yang bergemuruh.
"Ada apa dengan hatiku, Tuhan? Siapa gadis itu?" racau Ayman dalam benaknya yang gundah. Pikirannya terus tertuju pada wajah Ayumi serta tubuh tak berdayanya yang kini mereka campakkan. Tiba-tiba, lamunan Ayman pecah ketika Kiki kembali berujar.
"Man, gue langsung balik ke kota ya. Kalau gue masih di rumah, nanti Abe pasti mikir aneh-aneh lagi. Dia cerdas dan kalau sampai curiga, matilah kita!" seru Kiki menyarankan dengan wajah seriusnya.
"Iya, Man. Kondisi rumah sudah clear juga! Pokoknya case ini kita tutup!" sambung Adit selanjutnya dan diangguki Kiki. Ayman menatap lemah kedua sahabat bejatnya itu dan tak menimpali karena lebih memilih melanjutkan lamunannya yang terus dibayangi wajah Ayumi.
Sesampainya di pekarangan rumah, Ayman langsung membuka pintu mobil dan keluar. Keduanya tak ikut turun sekedar minum dan langsung tancap gas menuju arah berlawanan di mana Ayumi dibuang. Ayman menatap kosong kepergian mereka dan menatap rumah megah milik Abe yang nampak sepi. Rumah yang awalnya seperti surga telah dikotori oleh mereka dan menyimpan rahasia kelam yang entah sampai kapan terus tersimpan. Perlahan mata Ayman menatap jam tangan di pergelangan tangan kirinya.
"Jam 4!" ucapnya lemah.
Dari kejauhan, sayup-sayup terdengar suara azan dari masjid yang ada di desa tersebut. Setelahnya, pasti warga akan mulai disibukkan dengan kegiatan mereka di kebun. Dengan langkah gontai, Ayman memasuki rumah dan berdiri di depan tangga menatap pintu kamar Abe yang tertutup rapat. Matanya menyimpan jutaan penyesalan, tapi hatinya juga takut mengakui kesalahan yang dia perbuat, hingga membuat sepupunya sendiri menodai seorang gadis karena kesalahannya juga.
"Sepupu kurang ajar gue!" geram Ayman merutuki dirinya sendiri.
Ayman kembali melangkahkan kakinya menuju kamar yang dia gunakan di dekat teras belakang. Ayman sengaja memilih kamar di sana karena dekat dengan teras dan bisa bersantai sambil merokok. Sesampainya di kamar, Ayman merebahkan tubuhnya di kasur, matanya menatap langit-langit kamar, dan wajah Ayumi kembali terlintas.
"Apa kamu sudah sadar? Apa sudah ada orang yang menolongmu?" ucap Ayman bermonolog dengan bibir bergetar.
Tangannya kembali menyentuh dada yang sesak. Kepalanya terasa pusing dan sesekali dijambaknya rambut yang sudah acak-acakan. Dengan gerakan tiba-tiba, Ayman bangun dari kasurnya dan beranjak keluar serta meraih kunci mobil di nakas.
"Aku harus pastikan dia selamat!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved