Bab 11 Mengunjungi Pasar Bersama Wanita Cantik
by Renko
02:08,Aug 05,2023
Hillary menatap enggan keadaan pasar yang dipenuhi tanah bercampur air. Semua orang melenggang begitu saja menginjakkan kaki di sembarangan tempat dan tidak peduli dengan kaki yang sudah kotor. Dia akan terlihat seperti berada di kolam lumpur bersama kawanan kerbau jika benar-benar membuat langkahnya memasuki pasar.
"Kau bisa menunggu saja di sini. Tidak ada keharusan untuk ikut," ucap Mateo, tidak menunggu lagi untuk melanjutkan langkahnya masuk ke dalam pasar.
Hillary memperhatikan sekeliling dan yang dia lihat hanyalah orang-orang asing. Dia juga beberapa kali harus bergeser untuk memberikan jalan, terlebih pada pedagang yang mendorong gerobak. Di luar pasar atau di dalam pasar keadaannya tetap sama, tidak nyaman sama sekali.
Hillary ingin kembali, akan tetapi perjalanan akan begitu jauh untuk ditempuh seorang diri dengan berjalan kaki. Meskipun dia cukup berani untuk menghadapi para preman yang mungkin menghadang, kekuatannya tetap akan kalah jika mereka datang secara bersama-sama. Tidak dipungkiri kalau dia membutuhkan Mateo untuk menyingkirkan mereka.
"Tu—tunggu aku!"
Mateo tidak peduli. Dia terus berjalan walau seseorang memintanya untuk menunggu. Sebenarnya akan sangat merepotkan membawa orang lain bersamanya, terlebih wanita kaya yang akan sangat asing dengan tempat bercampur baurnya banyak orang.
Kalau saja dia membawa Bellmira pasti akan jauh lebih baik, karena adiknya itu lebih terbiasa dan juga dapat diandalkan jika soal tawar-menawar. Sedangkan Hillary? Wanita itu akan banyak mengeluh dan dia lebih tidak suka.
"Apa keadaannya selalu seperti ini?"
"Ini pasar tradisional, tempat di mana masyarakat pribumi melakukan tawar-menawar. Wajar saja jika akan ada banyak aktivitas terjadi di sini. Kau bisa melihat ada banyak air tergenang karena tanahnya diinjak berulang kali, sehingga ketika hujan tanah yang tidak datar membuat air yang ditampungnya menjadi lebih lama untuk kering."
"Kenapa mereka tidak mendirikan pasar modern saja? Itu akan jauh lebih baik untuk kenyamanan semua orang. Tidak perlu berjualan di tempat yang kumuh lagi dan pendapatan mereka juga akan meningkat."
"Tentu akan sangat nyaman. Hanya saja, pendapatan meningkat, begitu pula dengan biaya sewanya. Para pedagang akan terlilit utang jika hal itu benar-benar terjadi, sedangkan semua tergantung permintaan pasar. Biaya sewa akan sulit ditutupi dengan pembeli yang lebih menginginkan harga murah."
Mateo berhenti ketika berhasil mencapai pedagang cabai. Dia sibuk bertukar harga dengan penjual. Sementara Hillary menatap barang dagangan yang tidak akan dapat dicicipinya lagi seumur hidup—cabai. Hanya beberapa menit mereka di sana sebelum berjalan kembali.
"Jika sudah seperti itu, maka pasar modern yang ada di dalam bayanganmu akan menjadi sepi karena tidak ada pedagang yang dapat membayar sewa. Mereka akan mencari tempat lain untuk berjualan. Lagi pula, aku tidak berpikir kalau para pedagang di sini akan merasa senang dengan idemu," terang Mateo.
Hillary seketika memperhatikan para pedagang, berharap kalau dia tidak ditatap dengan buruk karena telah mengatakan sesuatu yang sensitif. Dia tidak memungkiri jawaban masuk akal Mateo. Untung saja semua sangat sibuk dan juga ramai akan suara sehingga tidak ada yang mendengar percakapan mereka.
Di saat itu pula seorang pria dengan gerobaknya lewat memasuki jalan yang hanya bisa dilalui oleh dua orang. Hillary yang segera menepi langsung bertatapan dengan Mateo. Untuk mundur juga tidak bisa karena di belakangnya ada orang yang ikut menepi pula.
Mateo cukup terkejut karena mereka yang berdiri terlalu dekat. Dari jarak yang sekarang, dia dapat melihat dengan jelas kalau wanita di depannya sangat cantik. Mungkin Hillary adalah wanita paling cantik yang pernah dia lihat sepanjang hidup. Sadar bahwa mereka telah menatap terlalu lama, dia segera mengalihkannya pada pria pembawa gerobak yang perlahan pergi menjauh.
Baru Hillary bergerak mundur ke belakang. Dia cukup kesal dengan situasi yang terbilang buruk di dalam hidupnya ini. Semua karena wanita yang mengaku sebagai sahabatnya.
"Sebaiknya kau lebih memperhatikan sekelilingmu," ucap Mateo. "Menyuruhmu berjalan lebih dulu juga percuma karena kau tidak tahu arahnya. Kalau begitu, kau bisa pegang bajuku saja jika sulit bagimu ketika berjalan."
Betapa Hillary ingin menolak tawaran itu, akan tetapi dia tidak berada di dalam kondisi yang baik. Ada air tergenang di mana-mana dan dia bisa saja terpeleset. Dia juga tidak ingin mengambil risiko ditabrak oleh mereka yang berjalan sembarangan seperti tikus kehilangan arah.
Pada akhirnya, dia harus memegang baju Mateo agar mendapatkan pegangan, sekaligus menjadi peringatan bagi pria itu untuk mengimbangi dirinya yang belum terbiasa dengan kondisi pasar.
Mereka berhasil keluar dari dalam sana setelah membeli semua bahan. Hillary tampak lega karena tidak lagi berada di situasi menyulitkan seperti tadi, berbeda dengan Mateo yang terlihat sama saja karena dia sudah terbiasa, bahkan tidak sadar kakinya terus berayun dengan beberapa kantong plastik di tangan.
Kedua tangan Hillary kosong karena memang tidak ditawari membawa barang apa pun. Melihat bagaimana Mateo berjalan di depanya dengan tangan yang penuh mendorong dirinya untuk membantu, akan tetapi langsung lenyap kala mengingat alasan keberadaannya, bukan untuk berbahagia atas kesalahan yang ada, kesalahan bahwa dirinya ada di antara rencana sahabatnya.
Mateo yang sadar bahwa langkah kakinya begitu cepat langsung berhenti. Dia tidak menemukan Hillary di dekatnya seperti tadi. Wanita itu berdiri jauh di belakang sana dan membuat dia harus menghentikan tujuan selanjutnya untuk sementara waktu.
"Apa yang kau lakukan di sana?"
Hillary yang termenung tadinya langsung melangkah kembali. "Aku hanya beristirahat sebentar."
Mateo memperhatikan penampilan yang berantakan itu, terutama di bagian kaki. Mungkin alasan Hillary berhenti karena alas kaki yang kotor. Berbeda darinya yang mengenakan sepatu bot, wanita itu mengenakan sepatu bermerek yang sudah menurun kualitasnya karena dipenuhi tanah berlumpur.
"Kau bisa mencuci kaki setelah sampai di rumahku."
Hillary menurunkan pandangannya. Dia tadi sempat kesal dengan kaki yang kotor, tetapi karena tidak menemukan jalan keluar, akhirnya terpaksa menerima keadaan. Sekarang mungkin karena sudah berlalu lama, dia tidak terlalu kesal lagi.
"Aku kehilangan sepatu baruku," ucap Hillary lesu, satu-satunya hal yang disayangkan.
Memang Hillary sempat menyentuh hati Mateo karena bersedia bersusah payah demi menemani tanpa terlontar kalimat keluhan seperti wanita manja sedikit pun. Bisa dikatakan kalau waktunya tidak begitu buruk, apalagi yang mereka bicarakan merupakan topik yang menyenangkan.
"Mungkin, aku harus membeli yang baru setelah ini."
Mateo tidak berkata-kata lagi dan memutuskan untuk kembali dengan cepat karena memikirkan adiknya yang sedang menunggu. Dia lupa kalau Bellmira sedang ada bersama wartawan yang harus dihindarinya. Bisa saja keadaan yang sekarang adalah taktik Serina agar membuat dia setuju untuk bekerja sama.
"Kau bisa menunggu saja di sini. Tidak ada keharusan untuk ikut," ucap Mateo, tidak menunggu lagi untuk melanjutkan langkahnya masuk ke dalam pasar.
Hillary memperhatikan sekeliling dan yang dia lihat hanyalah orang-orang asing. Dia juga beberapa kali harus bergeser untuk memberikan jalan, terlebih pada pedagang yang mendorong gerobak. Di luar pasar atau di dalam pasar keadaannya tetap sama, tidak nyaman sama sekali.
Hillary ingin kembali, akan tetapi perjalanan akan begitu jauh untuk ditempuh seorang diri dengan berjalan kaki. Meskipun dia cukup berani untuk menghadapi para preman yang mungkin menghadang, kekuatannya tetap akan kalah jika mereka datang secara bersama-sama. Tidak dipungkiri kalau dia membutuhkan Mateo untuk menyingkirkan mereka.
"Tu—tunggu aku!"
Mateo tidak peduli. Dia terus berjalan walau seseorang memintanya untuk menunggu. Sebenarnya akan sangat merepotkan membawa orang lain bersamanya, terlebih wanita kaya yang akan sangat asing dengan tempat bercampur baurnya banyak orang.
Kalau saja dia membawa Bellmira pasti akan jauh lebih baik, karena adiknya itu lebih terbiasa dan juga dapat diandalkan jika soal tawar-menawar. Sedangkan Hillary? Wanita itu akan banyak mengeluh dan dia lebih tidak suka.
"Apa keadaannya selalu seperti ini?"
"Ini pasar tradisional, tempat di mana masyarakat pribumi melakukan tawar-menawar. Wajar saja jika akan ada banyak aktivitas terjadi di sini. Kau bisa melihat ada banyak air tergenang karena tanahnya diinjak berulang kali, sehingga ketika hujan tanah yang tidak datar membuat air yang ditampungnya menjadi lebih lama untuk kering."
"Kenapa mereka tidak mendirikan pasar modern saja? Itu akan jauh lebih baik untuk kenyamanan semua orang. Tidak perlu berjualan di tempat yang kumuh lagi dan pendapatan mereka juga akan meningkat."
"Tentu akan sangat nyaman. Hanya saja, pendapatan meningkat, begitu pula dengan biaya sewanya. Para pedagang akan terlilit utang jika hal itu benar-benar terjadi, sedangkan semua tergantung permintaan pasar. Biaya sewa akan sulit ditutupi dengan pembeli yang lebih menginginkan harga murah."
Mateo berhenti ketika berhasil mencapai pedagang cabai. Dia sibuk bertukar harga dengan penjual. Sementara Hillary menatap barang dagangan yang tidak akan dapat dicicipinya lagi seumur hidup—cabai. Hanya beberapa menit mereka di sana sebelum berjalan kembali.
"Jika sudah seperti itu, maka pasar modern yang ada di dalam bayanganmu akan menjadi sepi karena tidak ada pedagang yang dapat membayar sewa. Mereka akan mencari tempat lain untuk berjualan. Lagi pula, aku tidak berpikir kalau para pedagang di sini akan merasa senang dengan idemu," terang Mateo.
Hillary seketika memperhatikan para pedagang, berharap kalau dia tidak ditatap dengan buruk karena telah mengatakan sesuatu yang sensitif. Dia tidak memungkiri jawaban masuk akal Mateo. Untung saja semua sangat sibuk dan juga ramai akan suara sehingga tidak ada yang mendengar percakapan mereka.
Di saat itu pula seorang pria dengan gerobaknya lewat memasuki jalan yang hanya bisa dilalui oleh dua orang. Hillary yang segera menepi langsung bertatapan dengan Mateo. Untuk mundur juga tidak bisa karena di belakangnya ada orang yang ikut menepi pula.
Mateo cukup terkejut karena mereka yang berdiri terlalu dekat. Dari jarak yang sekarang, dia dapat melihat dengan jelas kalau wanita di depannya sangat cantik. Mungkin Hillary adalah wanita paling cantik yang pernah dia lihat sepanjang hidup. Sadar bahwa mereka telah menatap terlalu lama, dia segera mengalihkannya pada pria pembawa gerobak yang perlahan pergi menjauh.
Baru Hillary bergerak mundur ke belakang. Dia cukup kesal dengan situasi yang terbilang buruk di dalam hidupnya ini. Semua karena wanita yang mengaku sebagai sahabatnya.
"Sebaiknya kau lebih memperhatikan sekelilingmu," ucap Mateo. "Menyuruhmu berjalan lebih dulu juga percuma karena kau tidak tahu arahnya. Kalau begitu, kau bisa pegang bajuku saja jika sulit bagimu ketika berjalan."
Betapa Hillary ingin menolak tawaran itu, akan tetapi dia tidak berada di dalam kondisi yang baik. Ada air tergenang di mana-mana dan dia bisa saja terpeleset. Dia juga tidak ingin mengambil risiko ditabrak oleh mereka yang berjalan sembarangan seperti tikus kehilangan arah.
Pada akhirnya, dia harus memegang baju Mateo agar mendapatkan pegangan, sekaligus menjadi peringatan bagi pria itu untuk mengimbangi dirinya yang belum terbiasa dengan kondisi pasar.
Mereka berhasil keluar dari dalam sana setelah membeli semua bahan. Hillary tampak lega karena tidak lagi berada di situasi menyulitkan seperti tadi, berbeda dengan Mateo yang terlihat sama saja karena dia sudah terbiasa, bahkan tidak sadar kakinya terus berayun dengan beberapa kantong plastik di tangan.
Kedua tangan Hillary kosong karena memang tidak ditawari membawa barang apa pun. Melihat bagaimana Mateo berjalan di depanya dengan tangan yang penuh mendorong dirinya untuk membantu, akan tetapi langsung lenyap kala mengingat alasan keberadaannya, bukan untuk berbahagia atas kesalahan yang ada, kesalahan bahwa dirinya ada di antara rencana sahabatnya.
Mateo yang sadar bahwa langkah kakinya begitu cepat langsung berhenti. Dia tidak menemukan Hillary di dekatnya seperti tadi. Wanita itu berdiri jauh di belakang sana dan membuat dia harus menghentikan tujuan selanjutnya untuk sementara waktu.
"Apa yang kau lakukan di sana?"
Hillary yang termenung tadinya langsung melangkah kembali. "Aku hanya beristirahat sebentar."
Mateo memperhatikan penampilan yang berantakan itu, terutama di bagian kaki. Mungkin alasan Hillary berhenti karena alas kaki yang kotor. Berbeda darinya yang mengenakan sepatu bot, wanita itu mengenakan sepatu bermerek yang sudah menurun kualitasnya karena dipenuhi tanah berlumpur.
"Kau bisa mencuci kaki setelah sampai di rumahku."
Hillary menurunkan pandangannya. Dia tadi sempat kesal dengan kaki yang kotor, tetapi karena tidak menemukan jalan keluar, akhirnya terpaksa menerima keadaan. Sekarang mungkin karena sudah berlalu lama, dia tidak terlalu kesal lagi.
"Aku kehilangan sepatu baruku," ucap Hillary lesu, satu-satunya hal yang disayangkan.
Memang Hillary sempat menyentuh hati Mateo karena bersedia bersusah payah demi menemani tanpa terlontar kalimat keluhan seperti wanita manja sedikit pun. Bisa dikatakan kalau waktunya tidak begitu buruk, apalagi yang mereka bicarakan merupakan topik yang menyenangkan.
"Mungkin, aku harus membeli yang baru setelah ini."
Mateo tidak berkata-kata lagi dan memutuskan untuk kembali dengan cepat karena memikirkan adiknya yang sedang menunggu. Dia lupa kalau Bellmira sedang ada bersama wartawan yang harus dihindarinya. Bisa saja keadaan yang sekarang adalah taktik Serina agar membuat dia setuju untuk bekerja sama.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved