Bab 8 Perlakuan Buruk Wartawan
by Renko
15:48,Aug 04,2023
Mateo mengertakkan geraham. Dia jelas tidak ingin mengingat kembali kejadian di mana dirinya diperlakukan dengan buruk. Hanya saja, kali ini dia harus membuka semua kembali untuk membuat Serina tidak lagi ingin mendekatinya.
"Mereka mengikatku selama lebih dari satu bulan di sebuah ruangan. Tanpa makanan, hanya sebotol air ketika mereka datang. Tidak ada izin untukku keluar, bahkan jika ingin membuang air sekali pun.
Aku dirawat dengan hasil pemeriksaan gangguan gizi, hampir jatuh pada kondisi vegetatif. Bukan itu saja, karena mereka juga beberapa kali menjebakku agar terlibat dalam tindakan kriminal."
Serina menahan bibir yang gemetar kala membayangkan keadaan memprihatinkan itu. "Kenapa mereka melakukan itu semua?" tanyanya kemudian.
"Apa lagi memangnya? Mereka tentu ingin membuatku bicara dan menjebakku menggunakan alasan-alasan yang sangat jelas kebohongannya."
Serina mengepalkan tangan dengan erat, berusaha untuk tidak terpengaruh dengan perkataan yang belum tentu kebenarannya. Bisa saja Mateo berkata seperti itu hanya karena ingin menggagalkan keinginannya untuk mendekat.
Serina yang diam tanpa ada tanda-tanda akan berbicara lagi membuat Mateo tidak bisa menahan diri untuk menyeringai. "Aku rasa, kau sama sekali belum mengetahuinya. Itu kenapa aku mengatakan kalau kau adalah wartawan kecil dan juga baru."
Tidak ada orang yang senang hatinya ketika diremehkan, tetapi beda kasusnya dengan Serina yang tidak mengetahui informasi barusan. Dia tidak dapat berkata lebih banyak untuk saat ini karena harus mencari tahu lebih dulu mengenai kehidupan Mateo.
Sesaat mereka terdiam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing, suara sirene mobil melambung tinggi di udara. Bersamaan dengan kehadiran Hillary yang datang dari arah belakang.
"Kalian sangat keterlaluan!" geram Mateo. Dia mengertakkan geraham dan menunjuk wajah wartawan wanita yang ada di hadapan dengan tatapan kemarahan. "Cukup sekali ini. Aku akan membiarkan kalian. Jangan pernah mengusik kehidupanku lagi atau aku benar-benar akan membuat kalian menyesal seumur hidup!"
"Serina!" wanita di belakang sana memanggil.
Tidak ada waktu lagi bagi Mateo. Dia harus segera pergi sebelum tertangkap. Dia pun lekas menjauh dari sana dan mencari cara agar bisa kabur.
Mungkin villa ini memiliki tingkat keamanan tinggi, akan tetapi orang yang akan kabur adalah Mateo Paiton. Dia dapat mencari celah untuk bisa keluar selama bukan penjara atau sejenisnya.
Penjara tidak dapat diterobos, akan tetapi dapat dimanipulasi dengan bantuan orang dalam. Berbeda halnya jika dia menjadikan pembunuhan sebagai jalan keluar, maka penjara bukan lagi tempat yang aman bagi para tahanan dan juga segenap yang berkaitan.
Mateo mengenakan penutup kepala, lalu menghajar mereka yang berjaga di bagian samping bangunan itu. Meskipun sudah lama tidak menggunakan kemampuannya menjatuhkan lawan, akan tetapi dia selalu melatihnya setiap kali memiliki kesempatan. Maka dari itu, kemampuan bertarungnya tidak pudar ditelan waktu.
Mateo menghajar mereka satu persatu dalam waktu singkat. Hanya butuh waktu lebih kurang lima menit saja untuk dia dapat keluar dari The Pearl Villa, bertepatan di saat para polisi mencari-cari keberadaannya.
***
Hillary mengatur napas yang tidak stabil akibat berlari mengejar keberadaan sahabatnya. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Serina. Jadi, dia tidak ambil pusing ketika para polisi menerobos masuk ke dalam tempat tinggalnya.
"Apa kau tidak apa-apa, Will? Dia tidak melakukan hal buruk padamu, bukan?" tanya Hillary, terus memindai tubuh sahabatnya yang mungkin saja terdapat luka di sana.
Serina melihat villa yang biasanya sepi menjadi ramai oleh sekawanan polisi. "Kau yang menghubungi mereka untuk datang?"
"Ya! Aku langsung menghubungi mereka setelah berhasil lepas dari dalam selimut yang menggerahkan itu!"
Serina mengoceh kesal. "Seharusnya kau tidak melakukan itu," ucapnya, mengacak-acak rambut sendiri. Kepercayaan Mateo saat ini begitu penting dan tinggal sedikit lagi untuk mendapatkannya, tetapi semua sirna berkat tindakan Hillary.
"Apa maksudmu?"
"Kau harus meminta para polisi untuk segera keluar dari villa ini!"
Raut wajah Hillary tampak tidak setuju. "Aku akan meminta mereka berjaga di sekitar villa untuk beberapa hari ke depan agar pria berbahaya itu tidak lagi dapat menerobos masuk ke dalam tempat tinggalku!"
"Apa kau lupa kalau kita yang mengundangnya datang?"
Hillary sejenak terdiam, merasa perkataan itu memang benar. "Untuk ke depannya! Dia bukan seseorang yang pantas menginjakkan kaki di tempat ini. Lagi pula, aku tidak akan mengizinkan dia datang jika bukan karena permintaanmu. Ingat itu!"
Serina menganggukkan kepala dan berjalan memasuki kediaman sambil merangkul sahabatnya. "Baiklah, baiklah. Aku akan mengingatnya dan menempelkannya di setiap dinding otakku."
***
Mateo tidak membuka kedai makanannya hari ini. Dia sengaja libur untuk mengecilkan kemungkinan para polisi datang mencari. Pokoknya, selama dia berurusan dengan pihak berwajib yang sudah menyentuh khalayak ramai, dia tidak bisa mempertaruhkan kehidupan mereka lagi.
"Kakak!"
Mateo yang duduk di kursi pelanggan langsung terperanjat. Dia tidak menyadari kehadiran Bellmira lantaran terlalu fokus dengan pikiran sendiri.
Bellmira terkekeh kala melihat ekspresi terkejut sang kakak. "Kenapa jogingnya lama sekali? Aku hampir saja ingin membuka kedai makanan ini sendiri. Tapi mengingat kejadian di malam tahun baru, aku terlalu takut menghadapi pria raksasa itu jika nanti datang sebagai pelanggan."
"Itu bagus. Kau tidak perlu membukanya ketika aku tidak ada."
Bellmira mencebik, lalu menarik kursi untuk duduk di samping kakaknya. "Lalu, kenapa hanya duduk diam di sini? Masih ada waktu untuk mendapatkan pelanggan. Dari lantai atas, aku melihat beberapa kali para pelanggan datang untuk memastikan apakah kedai makanan kita sudah buka atau belum."
"Kita tidak akan membukanya untuk beberapa hari ke depan."
"Kenapa?"
Mateo tidak memikirkan jawaban itu. Alasan apa yang harus dia buat agar Bellmira tidak curiga?
"Hanya tidak enak badan."
"Kakak sakit?" Bellmira tampak khawatir saat berkata.
"Tidak. Ah, maksudku ... ya! Aku perlu beristirahat untuk beberapa hari dan tidak bisa membiarkanmu bekerja seorang diri. Jadi, biarkan kedai ini tutup untuk sementara waktu."
Mateo pun bangkit dari duduknya. Dia ingin segera beranjak dari hadapan sang adik agar tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan menyulitkan dirinya untuk menjawab.
Bellmira segera beranjak dan menyusul sang kakak yang sudah berada di anak tangga terakhir. Dia tidak naik ke atas lagi dan bertanya dari lantai bawah saja, "Apa Kakak ingin aku membelikan sesuatu untuk dimakan?"
"Tidak perlu. Kau cukup berada di rumah saja. Aku akan memikirkannya nanti setelah beristirahat."
Tidak lama kemudian suara pintu terdengar, menandakan kalau Mateo sudah masuk ke dalam kamar. Sementara Bellmira yang berada di bawah tangga hanya menampilkan raut wajah yang buruk.
"Dia harus segera menikah agar ada yang mengurusnya. Bagaimana bisa memikirkan untuk makan setelah beristirahat? Dia jelas akan lama sehatnya jika begitu!" Bellmira mengeluh. "Tetap saja aku tidak bisa tinggal diam. Aku harus mencarikan makanan dan juga membelikan obat untuk kakak."
"Mereka mengikatku selama lebih dari satu bulan di sebuah ruangan. Tanpa makanan, hanya sebotol air ketika mereka datang. Tidak ada izin untukku keluar, bahkan jika ingin membuang air sekali pun.
Aku dirawat dengan hasil pemeriksaan gangguan gizi, hampir jatuh pada kondisi vegetatif. Bukan itu saja, karena mereka juga beberapa kali menjebakku agar terlibat dalam tindakan kriminal."
Serina menahan bibir yang gemetar kala membayangkan keadaan memprihatinkan itu. "Kenapa mereka melakukan itu semua?" tanyanya kemudian.
"Apa lagi memangnya? Mereka tentu ingin membuatku bicara dan menjebakku menggunakan alasan-alasan yang sangat jelas kebohongannya."
Serina mengepalkan tangan dengan erat, berusaha untuk tidak terpengaruh dengan perkataan yang belum tentu kebenarannya. Bisa saja Mateo berkata seperti itu hanya karena ingin menggagalkan keinginannya untuk mendekat.
Serina yang diam tanpa ada tanda-tanda akan berbicara lagi membuat Mateo tidak bisa menahan diri untuk menyeringai. "Aku rasa, kau sama sekali belum mengetahuinya. Itu kenapa aku mengatakan kalau kau adalah wartawan kecil dan juga baru."
Tidak ada orang yang senang hatinya ketika diremehkan, tetapi beda kasusnya dengan Serina yang tidak mengetahui informasi barusan. Dia tidak dapat berkata lebih banyak untuk saat ini karena harus mencari tahu lebih dulu mengenai kehidupan Mateo.
Sesaat mereka terdiam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing, suara sirene mobil melambung tinggi di udara. Bersamaan dengan kehadiran Hillary yang datang dari arah belakang.
"Kalian sangat keterlaluan!" geram Mateo. Dia mengertakkan geraham dan menunjuk wajah wartawan wanita yang ada di hadapan dengan tatapan kemarahan. "Cukup sekali ini. Aku akan membiarkan kalian. Jangan pernah mengusik kehidupanku lagi atau aku benar-benar akan membuat kalian menyesal seumur hidup!"
"Serina!" wanita di belakang sana memanggil.
Tidak ada waktu lagi bagi Mateo. Dia harus segera pergi sebelum tertangkap. Dia pun lekas menjauh dari sana dan mencari cara agar bisa kabur.
Mungkin villa ini memiliki tingkat keamanan tinggi, akan tetapi orang yang akan kabur adalah Mateo Paiton. Dia dapat mencari celah untuk bisa keluar selama bukan penjara atau sejenisnya.
Penjara tidak dapat diterobos, akan tetapi dapat dimanipulasi dengan bantuan orang dalam. Berbeda halnya jika dia menjadikan pembunuhan sebagai jalan keluar, maka penjara bukan lagi tempat yang aman bagi para tahanan dan juga segenap yang berkaitan.
Mateo mengenakan penutup kepala, lalu menghajar mereka yang berjaga di bagian samping bangunan itu. Meskipun sudah lama tidak menggunakan kemampuannya menjatuhkan lawan, akan tetapi dia selalu melatihnya setiap kali memiliki kesempatan. Maka dari itu, kemampuan bertarungnya tidak pudar ditelan waktu.
Mateo menghajar mereka satu persatu dalam waktu singkat. Hanya butuh waktu lebih kurang lima menit saja untuk dia dapat keluar dari The Pearl Villa, bertepatan di saat para polisi mencari-cari keberadaannya.
***
Hillary mengatur napas yang tidak stabil akibat berlari mengejar keberadaan sahabatnya. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Serina. Jadi, dia tidak ambil pusing ketika para polisi menerobos masuk ke dalam tempat tinggalnya.
"Apa kau tidak apa-apa, Will? Dia tidak melakukan hal buruk padamu, bukan?" tanya Hillary, terus memindai tubuh sahabatnya yang mungkin saja terdapat luka di sana.
Serina melihat villa yang biasanya sepi menjadi ramai oleh sekawanan polisi. "Kau yang menghubungi mereka untuk datang?"
"Ya! Aku langsung menghubungi mereka setelah berhasil lepas dari dalam selimut yang menggerahkan itu!"
Serina mengoceh kesal. "Seharusnya kau tidak melakukan itu," ucapnya, mengacak-acak rambut sendiri. Kepercayaan Mateo saat ini begitu penting dan tinggal sedikit lagi untuk mendapatkannya, tetapi semua sirna berkat tindakan Hillary.
"Apa maksudmu?"
"Kau harus meminta para polisi untuk segera keluar dari villa ini!"
Raut wajah Hillary tampak tidak setuju. "Aku akan meminta mereka berjaga di sekitar villa untuk beberapa hari ke depan agar pria berbahaya itu tidak lagi dapat menerobos masuk ke dalam tempat tinggalku!"
"Apa kau lupa kalau kita yang mengundangnya datang?"
Hillary sejenak terdiam, merasa perkataan itu memang benar. "Untuk ke depannya! Dia bukan seseorang yang pantas menginjakkan kaki di tempat ini. Lagi pula, aku tidak akan mengizinkan dia datang jika bukan karena permintaanmu. Ingat itu!"
Serina menganggukkan kepala dan berjalan memasuki kediaman sambil merangkul sahabatnya. "Baiklah, baiklah. Aku akan mengingatnya dan menempelkannya di setiap dinding otakku."
***
Mateo tidak membuka kedai makanannya hari ini. Dia sengaja libur untuk mengecilkan kemungkinan para polisi datang mencari. Pokoknya, selama dia berurusan dengan pihak berwajib yang sudah menyentuh khalayak ramai, dia tidak bisa mempertaruhkan kehidupan mereka lagi.
"Kakak!"
Mateo yang duduk di kursi pelanggan langsung terperanjat. Dia tidak menyadari kehadiran Bellmira lantaran terlalu fokus dengan pikiran sendiri.
Bellmira terkekeh kala melihat ekspresi terkejut sang kakak. "Kenapa jogingnya lama sekali? Aku hampir saja ingin membuka kedai makanan ini sendiri. Tapi mengingat kejadian di malam tahun baru, aku terlalu takut menghadapi pria raksasa itu jika nanti datang sebagai pelanggan."
"Itu bagus. Kau tidak perlu membukanya ketika aku tidak ada."
Bellmira mencebik, lalu menarik kursi untuk duduk di samping kakaknya. "Lalu, kenapa hanya duduk diam di sini? Masih ada waktu untuk mendapatkan pelanggan. Dari lantai atas, aku melihat beberapa kali para pelanggan datang untuk memastikan apakah kedai makanan kita sudah buka atau belum."
"Kita tidak akan membukanya untuk beberapa hari ke depan."
"Kenapa?"
Mateo tidak memikirkan jawaban itu. Alasan apa yang harus dia buat agar Bellmira tidak curiga?
"Hanya tidak enak badan."
"Kakak sakit?" Bellmira tampak khawatir saat berkata.
"Tidak. Ah, maksudku ... ya! Aku perlu beristirahat untuk beberapa hari dan tidak bisa membiarkanmu bekerja seorang diri. Jadi, biarkan kedai ini tutup untuk sementara waktu."
Mateo pun bangkit dari duduknya. Dia ingin segera beranjak dari hadapan sang adik agar tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan menyulitkan dirinya untuk menjawab.
Bellmira segera beranjak dan menyusul sang kakak yang sudah berada di anak tangga terakhir. Dia tidak naik ke atas lagi dan bertanya dari lantai bawah saja, "Apa Kakak ingin aku membelikan sesuatu untuk dimakan?"
"Tidak perlu. Kau cukup berada di rumah saja. Aku akan memikirkannya nanti setelah beristirahat."
Tidak lama kemudian suara pintu terdengar, menandakan kalau Mateo sudah masuk ke dalam kamar. Sementara Bellmira yang berada di bawah tangga hanya menampilkan raut wajah yang buruk.
"Dia harus segera menikah agar ada yang mengurusnya. Bagaimana bisa memikirkan untuk makan setelah beristirahat? Dia jelas akan lama sehatnya jika begitu!" Bellmira mengeluh. "Tetap saja aku tidak bisa tinggal diam. Aku harus mencarikan makanan dan juga membelikan obat untuk kakak."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved