Bab 10 Tamu Tak Diundang

by Renko 15:51,Aug 04,2023
Bellmira mengupas kentang, memotongnya berbentuk dadu. Tidak lupa wortel dan juga brokoli dipotong dengan besaran yang kira-kira juga sama. Hari ini dia akan membuat sup yang berisikan ketiga sayuran tersebut.

Gerakan tangan yang memotong bahan terhenti ketika sayup terdengar suara dari luar. Dia melepaskan celemek dan meninggalkan masakannya sebentar untuk melihat siapa yang membuat keributan kala rumah makan mereka tidak menerima pelanggan.

Semakin lama suara itu semakin jelas. Bellmira dapat menilai kalau yang memanggil-manggil nama kakaknya adalah seorang wanita. Sampai ketika berhasil membuka pintu, tebakannya ternyata benar kalau yang datang adalah dua orang wanita yang pernah bekerja di rumah makan mereka beberapa waktu lalu.

"Bukankah ...." Bellmira sudah mendengarnya dari sang kakak kalau mereka tidak boleh lagi berurusan dengan dua orang wanita ini.

Pintu yang akan segera ditutup membuat Serina segera menahannya. Mereka saling bertolak belakang dengan Bellmira yang menarik pintu untuk ditutup, sedangkan Serina sebaliknya. Berbeda dengan Hillary yang hanya diam saja tanpa ada niat ikut campur.

"Apa yang Kakak lakukan?! Biarkan aku menutup pintunya!"

"Beri aku kesempatan untuk menjelaskan situasinya terlebih dahulu!"

"Semuanya sudah jelas! Kakak datang untuk merebut rumah makan kami! Perlu ditegaskan kalau semua itu tidak akan pernah terjadi! Aku, Bellmira Paiton tidak akan membiarkannya!"

"Apa maksudmu dengan merebut rumah makan?" Pegangan yang erat di pintu perlahan mengendur. Serina cukup heran mendengar tuduhan barusan. "Kami tidak pernah berniat melakukan hal semacam itu. Kedatangan kami hanya untuk bertamu saja, bukan merebut rumah makan ini dari kalian."

Bellmira tidak lagi menarik pintu yang begitu ingin ditutup tadinya. "Apa?" ucapnya dengan raut wajah kebingungan. Hanya sebentar saja kewaspadaannya menurun sebelum dia mengeratkan pegangan pada pintu kembali. "Kakak yakin tidak berbohong?"

"Apa kami terlihat seperti orang yang tidak dapat dipercaya?"

Sejujurnya, tidak ada tampang pembohong dari kedua wajah wanita yang dikenalnya. Bermula sejak awal pertemuan mereka sampai sekarang, Bellmira masih menganggap kalau dua orang wanita itu adalah orang baik. Namun, tampang yang kelihatan baik terkadang juga dapat mengecoh orang banyak.

Tiba-tiba Serina menarik sahabatnya yang berdiri di belakang untuk datang mendekat. "Kau pasti ingat saat kami membantumu menghadapi preman itu, bukan? Dari sana kau bisa menilai niat kami yang sebenarnya. Kami bukanlah orang jahat. Kau harus mempercayainya."

***

Pada akhirnya, mereka duduk di satu meja yang sama kembali. Hanya ketiga orang wanita itu saja. Cukup canggung sebenarnya setelah apa yang terjadi tadi.

"Jadi, rumah makan ini sudah hampir satu minggu tidak buka?" Serina mengusir kecanggungan dengan sebuah pertanyaan.

Bellmira menganggukkan kepala. "Kakakku sedang sakit dan memutuskan untuk meliburkan rumah makan dalam beberapa waktu. Sekarang dia sedang beristirahat di kamar."

"Oh, sayang sekali. Tadinya kami ingin memesan semangkuk mi buatan kakakmu, tapi sepertinya tidak bisa untuk sekarang."

Bellmira menundukkan kepala. "Maaf. Sebenarnya aku bisa membuatkannya. Hanya saja, kami tidak menyimpan bahan-bahannya di kulkas." Setelah berkata, dia teringat akan masakannya di dapur. "Ah, bagaimana kalau makanan yang lain? Aku sedang memasak sup."

Serina memperhatikan Hillary yang tampak pasrah dengan keputusannya sejenak, lalu berkata, "Apa tidak masalah?"

"Tentu saja tidak masalah. Aku masih memotong-motong bahan sehingga kita dapat menambah jumlah porsinya."

Serina tampak bersemangat setelah mendapatkan respons menyenangkan itu. Dia menyingsingkan lengan kemeja dan segera bangkit dari duduknya. "Kalau begitu, biarkan aku ikut andil dalam pembuatannya."

Hillary tidak dapat bernapas lega sama sekali. Dia hanya berusaha menjadi tak terlihat agar kehidupannya aman tenteram. Hanya saja, menunggu makanan selesai membutuhkan waktu.

Dia cukup bosan menunggu dengan berdiam diri saja. Jika membantu pun, hanya akan membuat dapur yang ukurannya kecil itu menjadi sempit. Lebih baik tidak ikut campur sama sekali karena dia tidak terbiasa dengan keadaan yang seperti itu.

Perhatiannya teralih pada sekeliling ruangan. Di sebuah sudut terlihat tangga kayu yang menghubungkan ke lantai atas. Cukup membuat dia penasaran, apakah ada ruangan lain yang lebih luas dibandingkan tempat makan pelanggan?

Jika diperhatikan lagi, tempat tinggal ini seperti rumah toko yang mana di lantai bawah adalah tempat makan pelanggan. Terus memasuki bagian dalam ruangan, dia akan bertemu dengan dapur di sebelah kiri, di tengah-tengah adalah kamar kecil, dan di sebelah kanan adalah tangga yang mengundang rasa penasaran itu.

Kini dia berdiri di depan kamar kecil. Dari sini suara dua orang wanita tengah berbincang-bincang ketika memasak dapat terdengar. Dia yang tidak tertarik untuk bergabung, lantas membiarkan mereka. Sementara dia akan menaiki tangga dengan harapan mendapatkan ruangan yang lebih baik.

Hillary yang sudah berhasil mencapai lantai atas, mendengar suara dari sebuah kamar membuat dia cepat-cepat menuruni tangga.

Sial sekali! Dia lupa kalau masih ada Mateo yang sedang beristirahat!

"Meera."

Hillary tidak peduli. Dia terus menuruni tangga. Tidak berhenti hingga dapat mencapai tempat duduknya kembali.

Nyatanya suara yang ditimbulkannya telah membuat perhatian semua orang teralih. Dua orang wanita yang berada di dapur dan juga Mateo yang baru menuruni anak tangga terakhir pun bertemu. Ketegangan langsung terjadi di antara mereka semua, tidak terkecuali Bellmira.

"Aku bisa menjelaskannya, Kak!"

Mateo sangat tidak suka dengan kehadiran wartawan itu sebenarnya, tetapi dia tidak mampu melakukan apa-apa ketika adiknya ada di sana. Melanjutkan perkara waktu itu akan membuat adiknya curiga mengenai kehidupan yang dilaluinya sebelum keluar dari penjara.

"Aku akan membeli bahan ke pasar."

"Bagaimana dengan kondisi Kakak? Apa sudah membaik? Aku sedang menyiapkan sup. Kita bisa memakannya bersama."

Mateo memperhatikan celemek yang dikenakan mereka berdua, merasa kesal karena orang yang tidak dia sukai menjadi dekat dengan adiknya. "Aku akan memakannya nanti," ucapnya, kemudian melangkah pergi.

"Tunggu sebentar!" cegah Serina. "Bagaimana kalau Hillary juga ikut bersamamu? Dia membawa mobil. Pekerjaanmu akan jauh lebih efisien jika pergi bersamanya."

Hillary yang masih mengatur napas, mendengar hal itu membuat dia cepat-cepat berkata, "Bagaimana bisa kau memintaku untuk pergi ke pasar bersamanya?!"

Mereka semua yang tidak tahu apa-apa, melihat Hillary seperti kehabisan napas, membuat kebingungan menyertai ketegangan suasana.

"Kau seperti orang yang habis menuruni tangga." Serina memberikan penilaian.

Hillary memutar bola matanya agar bisa melihat ekspresi semua orang secara bergantian. Tampak jelas kecurigaan di wajah mereka dan dia harus mencari cara agar kecurigaan tidak lagi ada.

"Baiklah! Aku akan ke pasar!" Hillary segera membalikkan badan.

Mateo tidak berkata apa-apa. Dia pun mengayunkan langkah lebarnya hingga membuat dirinya berjalan lebih dulu. Sementara Hillary yang mengatur mobilnya berbunyi dengan niat akan dinaiki itu harus dibuat bingung karena arah mereka yang berbeda.

"Hei, bukankah kita akan pergi dengan mobil?!"

"Kau bisa menggunakannya seorang diri karena aku tidak ingin repot mencarikan tempat parkir untuk mobil mewahmu."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

40