Bab 7 Wartawan Serina

by Renko 15:43,Aug 04,2023
Hillary yang berbaring di ranjang itu kesulitan bergerak karena seluruh tubuhnya dikekang begitu kuat, ditambah mulut yang tertutup rapat sampai-sampai dia tidak bisa berbicara lagi. Tenaganya juga sudah mulai habis untuk memberikan perlawanan yang sia-sia.

Mateo hanya melihat saja tanpa ada niat untuk melepaskan. Dia sedang menunggu waktu yang tepat dan berpikir kalau kedatangan Serina adalah jawabannya. Namun, Hillary yang masih begitu angkuh ketika menatapnya telah membuat dia melepaskan kain yang menutup mulut itu agar bisa mengatakan apa yang sejak tadi dipendam.

"Kau sudah gila?! Lepaskan aku!" seru Hillary, terus meliuk-liukkan tubuhnya. "Tidakkah kau tahu bahwa berada di dalam sini begitu gerah?! Aku bahkan kesulitan bernapas!"

Mateo memandangi tubuh yang dibalut oleh selimut dengan tampang datar. "Kau sebaiknya tidak banyak bergerak, karena hanya akan membuatmu kesulitan bernapas. Berusahalah untuk tetap tenang dalam kondisi terburukmu."

"Apa kau berpikir kalau menasihatiku adalah waktu yang tepat dalam keadaan sekarang?!"

Hillary tidak bercanda kalau dia benar-benar gerah. Peluhnya saja sudah kelihatan banyak mengucur. Dunianya semakin pengap jika dia harus meladeni Mateo. Jadi, dia akhirnya terpaksa menenangkan diri untuk sementara waktu.

Pada saat ini, Hillary tidak lagi berada di tengah kasur seperti tadi. Pergerakan untuk lolos telah membuat dia berpindah ke tepian dengan kepala yang sudah tidak lagi memiliki tempat untuk berbaring. Posisi itu sungguh sangat melelahkan untuk tengkuknya.

Sampai dia tidak tahan lagi untuk berkata, "Hei, bisakah kau membawaku ke posisi yang nyaman?"

Mateo yang duduk di tepi kasur lainnya pun menoleh ke belakang. Dia melihat bagaimana posisi yang jauh berbeda. Lantas, dia menghampiri Hillary dan menggesernya ke tempat yang lebih baik.

Kini Hillary berbaring layaknya orang normal dengan bantal yang menjadi pilihan terbaik untuk kepala. "Oh, rasanya sangat nyaman. Kau seharusnya melakukan hal ini padaku dari tadi."

Mateo mengembuskan napas panjang. "Kau sendiri yang membuat posisi tidak nyaman itu."

Hillary tidak membahasnya lagi. Dia sibuk memikirkan cara bagaimana untuk lepas dari lilitan selimut, tetapi sepertinya tidak ada cara, karena pinggangnya diikat dengan baik, tidak berubah sejak dia menggerak-gerakkan badan se-liar apa pun.

Sejenak suasana hening sampai bunyi perut membuyarkan semuanya. Mereka sama-sama memutar kepala dan saling menatap satu sama lain. Gemuruh itu akhirnya berhasil menembus selimut setelah melalui rasa lapar yang begitu lama, sejak Hillary terjaga untuk hidup di dunia kembali.

"Jangan berpikir untuk membawakan aku makanan!" seru Hillary dengan cepat. "Aku tidak ingin jika disuapi oleh penjahat sepertimu!"

Hillary memang sangat pintar di kondisi buruknya. Dia ada bersama penjahat sekarang dalam keadaan tidak bisa melakukan apa-apa. Jika Mateo membawakan makanan untuknya, maka sudah pasti harus disuapi agar ikatan tidak lepas.

Sangat pintar untuk Hillary yang tidak ingin disuapi oleh pria seperti Mateo. Namun, tidak pintar untuk mengetahui bagaimana cara melepaskan diri. Dia bisa saja mencari kesempatan untuk kabur melalui makanan, akan tetapi tampaknya dia lebih memilih untuk tidak menggunakan cara yang mungkin hanya tersisa satu-satunya itu.

Apakah itu terjadi karena otaknya telah diforsir oleh pekerjaan kemarin? Atau karena perutnya belum diisi apa pun hari ini? Dia tidak dapat memikirkan cara yang lain.

Hillary menggerakkan tubuhnya agar bisa tidur dengan posisi menyamping. Dia tidak bisa membiarkan hidupnya berakhir begitu saja. Ada banyak proyek yang sedang menunggu untuk ditangani, belum lagi kencannya yang tertunda dengan Shohei.

Terlebih dari itu, bagaimana bisa dia membiarkan seorang Hillary Jhand lenyap dengan meninggalkan kehidupan yang begitu cemerlang? Wanita muda dengan karier yang sangat baik dan juga wanita cantik yang tidak dapat ditolak kehadirannya.

"Kalian menemukannya?" Sayup terdengar suara seseorang dari luar sana.

Itu adalah Serina! Penyelamat hidup Hillary saat ini!

"Seri—"

Hillary yang ingin berteriak langsung terhenti ketika mulutnya ditutup. Dia melirik pria yang kini berada di belakangnya seolah mengisyaratkan agar dia tenang dan tidak berteriak.

Sayangnya, hal itu tidak diindahkan oleh Hillary. Kesempatan yang dia dapatkan tidak ingin disia-siakan begitu saja. Jadi, dia menggigit tangan Mateo dengan kuat sehingga lepas pertahanannya.

Di saat itu pula, Hillary berteriak dengan kencang, "Serina! Aku di sini! Hillary di sini! Tolong aku!"

Tidak lama kemudian, gagang pintu tampak bergerak, ditambah dengan suara gedoran. "Hillary, apa kau ada di dalam sana?"

"Ya! Pria gila ini sudah bertindak kurang ajar padaku!" seru Hillary, melirik tajam pada pria yang kesakitan akibat gigitannya.

"Siapa yang kau sebut dengan pria gila? Oh, Hillary ... apa tuan Mateo ada bersamamu?"

Tepat saat pertanyaan terakhir dari Serina, pintu sudah terbuka dengan mudah. Mateo yang berjalan menghampiri pintu pun membiarkan semua orang melihat dengan jelas apa yang dilakukannya pada Hillary.

Serina dapat melihat wanita yang terikat di belakang sana. "Hillary ...."

Dia melirik tajam pada Mateo, lalu berkata lagi dengan mata yang merah akibat menahan emosi, "Kenapa kau melakukannya? Hillary tidak bersalah. Ini adalah urusan kita berdua, seperti perjanjian tempo lalu. Kita hanya memakai villa ini untuk pertemuan." Untuk sekarang, dia sudah lupa dengan kesopanannya menghormati Mateo sebagai klien.

"Seharusnya kalian tahu dengan siapa berhadapan. Tragedi itu bukan sesuatu yang bisa dibongkar dengan mudah. Lebih baik kalian, para wartawan yang pekerjaannya hanya membongkar keburukan seseorang, mengurungkan niat sebelum terlambat. Dan hari ini adalah sebuah peringatan, Nona Serina. Bisa lebih buruk lagi jika melangkah lebih jauh dari ini."

Mateo beranjak keluar kamar digantikan oleh para pelayan villa yang membantu melepaskan ikatan Hillary. Sangat sulit, karena kain gorden yang digunakan untuk mengikat pinggang dibuat mati.

"Ambilkan gunting untuk nona Hillary!" seru seorang pelayan dan membuat pelayan lainnya berhamburan keluar kamar.

***

Serina berhasil mengejar pria yang membuat keributan di villa besar itu. Dia berdiri di hadapan Mateo dengan segenap keberanian. Tatapannya seperti menentang keputusan Mateo yang menolak kerja sama mereka.

"Pekerjaan kami bukan membongkar keburukan seseorang."

"Ya atau tidak, apakah itu begitu berpengaruh?"

Mateo ingin menyingkirkan tangan yang menghalangi, akan tetapi dicegah kembali sehingga mau tidak mau dia harus menatap Serina yang keras kepala itu kembali.

"Sangat berpengaruh! Bagaimana bisa percaya kalau Anda sendiri menolak keberadaan mereka?" Serina menurunkan tangan yang sengaja direntangkan untuk menghalangi, lalu menyambung perkataannya kembali, "Saya mendengarnya, kalau Anda menolak semua wartawan yang datang. Perlu saya tegaskan, kalau kami tidak seperti apa yang Anda bayangkan! Para wartawan bekerja begitu giat sampai-sampai harus meninggalkan keluarga mereka. Mereka melalui banyak rintangan di belakang layar. Seharusnya Anda tidak memberikan penilaian buruk terhadap para wartawan."

"Anda masih seorang wartawan kecil dan juga baru."

Serina mengepalkan tangan. "Apa?"

"Sebelum mengambil keputusan untuk menangani kasus lama, sebaiknya Anda tidak hanya bertumpu pada kasusnya saja. Tahukah Anda, hal apa yang sudah para wartawan yang terlihat seperti pahlawan itu lakukan pada saya?"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

40