Bab 9 Kemarahan Serina
by Renko
15:49,Aug 04,2023
Serina menunjukkan berkas yang dicarinya selama beberapa hari terakhir. Cukup sulit baginya menemukan seluk-beluk kehidupan Mateo Paiton. Dia harus hilir mudik ke kantor polisi hanya untuk mencari kebenaran informasi.
"Apa ini?" tanya Stuart, seorang redaktur pelaksana di Meteor Media.
"Seharusnya aku yang menanyakannya padamu! Bagaimana bisa kau menyembunyikan sesuatu yang begitu penting ini?!"
Stuart masih tidak dapat memahami. Dia harus membaca isi dari map yang dilemparkan ke atas mejanya itu agar tahu alasan kenapa Serina begitu marah.
Setelah membacanya singkat, Stuart tampak sangat terkejut ekspresinya. "Dari mana kau mendapatkan semua ini?"
"Dari mana aku mendapatkannya tidak penting! Sekarang yang paling penting adalah perlakuan kalian terhadap klien! Aku tidak habis pikir jika tempat ini memiliki sejarah yang sangat buruk! Kau tahu? Aku bahkan membela keburukan kalian!" Serina menahan kepalanya yang seakan ingin pecah. "Aku sangat bodoh karena mempercayai kalian sepenuhnya ...." Dia berucap dengan putus asa.
Stuart meletakkan berkas tersebut, lalu menghampiri wanita yang tampak frustrasi. "Serina, tenangkan dirimu terlebih dahulu."
Sejujurnya, Stuart juga bingung bagaimana menjelaskan perkara yang begitu panjang. "Aku mengakuinya, Meteor Media memang pernah melakukan tindakan ilegal. Tapi semua terjadi sebelum kepemilikan perusahaan dialihkan."
"Lalu, kenapa kau tidak memberitahukan hal ini padaku ketika sendirinya sudah tahu?"
"Kita tidak bisa membiarkan Meteor Media hancur jika apa yang kau temukan muncul di hadapan publik. Dan lagi, rencana untuk mencari tahu tentang kebenaran pembunuhan berantai akan gagal nanti. Kita tentu tidak bisa membiarkan hal itu terjadi."
"Kau membuat posisiku begitu sulit." Serina tampak pasrah ketika memijat pangkal hidungnya.
"Apa sesuatu telah terjadi?"
"Ya. Pria yang kau minta untuk aku dekati itu menolak bekerja sama. Penilaiannya terhadap wartawan begitu buruk. Seharusnya kau tahu kalau hal ini akan terjadi." Sesaat kemudian, Serina mengangkat pandangan yang menemukan jalan keluar. "Kita tidak bisa lagi meneruskan berita ini. Aku akan mundur. Kau bisa melanjutkannya seorang diri atau bersama rekan-rekanmu yang sudah melakukan tindakan ilegal itu!"
"Serina, ini bukan seperti dirimu. Kau selalu menyukai tantangan. Lagi pula, kita tidak melakukan kesalahan apa pun. Hanya berusaha untuk memperbaiki kesalahan masa lalu."
"Apa kau tidak tahu, berita apa yang sedang kita gali sekarang?! Ini mengenai kasus pembunuhan berantai! Akan ada banyak orang yang terlibat! Jika tidak ingin Meteor Media menjadi hancur, maka kubur saja dalam-dalam mengenai kasus ini! Tidak perlu berlagak menjadi seorang pahlawan dengan mencari kebenarannya! Bukankah itu adalah ciri khasmu?"
Stuart tergelak. "Jadi, kau selama ini menganggapku orang yang seperti itu?"
"Memangnya tidak begitu?"
Di tengah ketegangan yang terjadi, tiba-tiba suara ketukan terdengar. Seorang pria yang mana adalah pegawai menampakkan diri. Tidak masuk ke dalam ruangan, hanya berada di ambang pintu saja.
"Mister Stuart, pemimpin redaksi memanggil Anda untuk segera datang menghadap."
Stuart melirik ke arah wanita yang alisnya mengernyit. Perdebatan mereka cukup membuat rasa kesal memuncak. Maka dari itu, dia memutuskan untuk membiarkan Serina sementara waktu.
Sepeninggal atasannya, Serina juga keluar dari ruangan. Dia kembali menuju meja kerjanya, lalu mengambil tas sebelum pergi meninggalkan Meteor Media. Banyak pegawai yang memandangi dengan heran, akan tetapi tidak ada yang berani bertanya.
Serina memang dikenal sebagai pegawai yang keras. Bisa dikatakan kalau orang-orang segan terhadapnya. Tidak ada yang berani melampaui batasan Serina sebagai pegawai teladan nan berkarisma di perusahaan media tersebut.
***
Serina membuka kaleng minuman soda, lalu menenggak isinya cukup banyak. Baru dia meletakkannya di atas meja dapur dengan kasar hingga sedikit tumpah isinya. Dia memegang tepi meja dengan kedua tangan dan mendorong pinggulnya ke belakang secara bersamaan dalam posisi kepala menunduk ke bawah.
Keningnya tidak berhenti berkerut karena terus terpikirkan tentang kasus pembunuhan berantai. Padahal, dia sudah memutuskan untuk berhenti menanganinya, tetapi sampai berada di rumah pun, dia tetap memikirkan hal tersebut berulang kali.
Ponselnya berdering. Serina segera mengambil ponsel yang ada di dalam tas. Kerut di keningnya sedikit memudar setelah mengetahui kalau Hillary yang menelepon, membuat kerumitan pikirannya beralih.
"Halo."
"Will! Aku mendatangi tempat kerjamu, tapi mereka mengatakan kalau kau sedang tidak berada di tempat."
"Hmmm, ya ... aku sudah pulang ke rumah."
"Benarkah?! Itu membuatku sangat iri! Kau selalu bisa pulang kapan pun ingin, sedangkan aku sepertinya akan membusuk di perusahaan terlebih dahulu."
Serina tersenyum. "Jadi, kenapa kau mencariku? Hanya untuk mengatakan omong kosong seperti ini saja?"
"Oh, aku tadinya ingin mengajakmu makan siang bersama. Ada restoran baru yang menyajikan makanan China. Aku ingin mencobanya, tapi sepertinya lain kali saja."
Tidak lama kemudian, Serina mendengar suara klakson mobil yang memekakkan telinga dari seberang sana, disusul oleh makian yang dilontarkan Hillary. Sahabatnya memang selalu begitu ketika terkejut mendengar suara klakson orang lain.
"Sialan! Tidak tahukah dia mengenai waktu yang tepat untuk membunyikan klakson?! Telingaku sangat sakit karenanya!"
"Kau harus membeli mobil yang memiliki sistem peredam suara setelah ini."
"Jangan gila! Aku akan mengalami kecelakaan jika tidak mengetahui jelas suara dari luar. Bagaimana aku bisa tahu kalau keadaan memang memintaku untuk waspada dari pengendara lain? Karena itu klakson mobil diciptakan."
"Ya, ya. Hillary memang sangat cerdas. Untung saja para lelaki tidak melihat bagaimana bodohnya dirimu yang sekarang atau kalau tidak, mereka enggan untuk tergila-gila padamu."
"Aku yakin kalau itu bukanlah pujian!"
Serina cukup puas setelah berdebat dengan sahabatnya, membuat otaknya kembali berputar dengan baik. Dia baru sadar kalau kerumitan yang dialaminya kini hanyalah sebuah risiko yang harus dihadapi sebagai seorang wartawan, bukan sesuatu yang harus dilepaskan tanggung jawabnya.
"Bukankah kau berkata ingin mengajakku makan makanan China?"
"Ya. Aku memang mengatakannya."
"Kalau begitu, jemput aku! Kita akan makan makanan China di suatu tempat."
***
Hillary terbengong memandangi tujuan mereka. Dia dapat melihat nama tempat yang berulang kali mereka datangi ini. Honolulu bukanlah restoran makanan China yang ada di dalam bayangannya.
"Will, apa kau terlalu buta sampai-sampai hanya melihat satu tempat ini saja di dalam hidupmu?"
"Kenapa? Bukankah ini juga tempat makanan China?"
"Kau bercanda? Aku tidak melihat kesan apa-apa yang menunjukkan itu semua. Tempat ini lebih seperti gudang atau ... bangunan terbengkalai. Aku juga sudah melihatnya berulang kali sampai membuat kedua mataku mengeluarkan air mata. Lebih baik kita pergi dari sini sekarang dan mencari tempat makan yang lebih cocok."
Tepat di saat Hillary membalikkan badan, Serina langsung menyeretnya. "Kau seharusnya tidak melupakan kenyataan kalau mi berasal dari China."
"Tidak. Mi bukan berasal dari China, melainkan Italia. Jadi, tujuan kita bukanlah ke tempat ini."
"Asal kau tahu saja kalau arkeolog telah menemukan mi tertua di China. Umurnya mencapai empat ribu tahun. Tidak ada yang bisa memungkiri kalau mi berasal dari China."
"Tapi tetap saja ini bukan restoran China!"
Pada akhirnya, Hillary tidak bisa menyingkirkan tangan yang menyeret dirinya meski sudah berusaha melepaskan. Dia tidak hanya kalah dalam segi kekuatan, tetapi juga dalam segi pengetahuan jika disandingkan dengan sahabatnya itu.
"Apa ini?" tanya Stuart, seorang redaktur pelaksana di Meteor Media.
"Seharusnya aku yang menanyakannya padamu! Bagaimana bisa kau menyembunyikan sesuatu yang begitu penting ini?!"
Stuart masih tidak dapat memahami. Dia harus membaca isi dari map yang dilemparkan ke atas mejanya itu agar tahu alasan kenapa Serina begitu marah.
Setelah membacanya singkat, Stuart tampak sangat terkejut ekspresinya. "Dari mana kau mendapatkan semua ini?"
"Dari mana aku mendapatkannya tidak penting! Sekarang yang paling penting adalah perlakuan kalian terhadap klien! Aku tidak habis pikir jika tempat ini memiliki sejarah yang sangat buruk! Kau tahu? Aku bahkan membela keburukan kalian!" Serina menahan kepalanya yang seakan ingin pecah. "Aku sangat bodoh karena mempercayai kalian sepenuhnya ...." Dia berucap dengan putus asa.
Stuart meletakkan berkas tersebut, lalu menghampiri wanita yang tampak frustrasi. "Serina, tenangkan dirimu terlebih dahulu."
Sejujurnya, Stuart juga bingung bagaimana menjelaskan perkara yang begitu panjang. "Aku mengakuinya, Meteor Media memang pernah melakukan tindakan ilegal. Tapi semua terjadi sebelum kepemilikan perusahaan dialihkan."
"Lalu, kenapa kau tidak memberitahukan hal ini padaku ketika sendirinya sudah tahu?"
"Kita tidak bisa membiarkan Meteor Media hancur jika apa yang kau temukan muncul di hadapan publik. Dan lagi, rencana untuk mencari tahu tentang kebenaran pembunuhan berantai akan gagal nanti. Kita tentu tidak bisa membiarkan hal itu terjadi."
"Kau membuat posisiku begitu sulit." Serina tampak pasrah ketika memijat pangkal hidungnya.
"Apa sesuatu telah terjadi?"
"Ya. Pria yang kau minta untuk aku dekati itu menolak bekerja sama. Penilaiannya terhadap wartawan begitu buruk. Seharusnya kau tahu kalau hal ini akan terjadi." Sesaat kemudian, Serina mengangkat pandangan yang menemukan jalan keluar. "Kita tidak bisa lagi meneruskan berita ini. Aku akan mundur. Kau bisa melanjutkannya seorang diri atau bersama rekan-rekanmu yang sudah melakukan tindakan ilegal itu!"
"Serina, ini bukan seperti dirimu. Kau selalu menyukai tantangan. Lagi pula, kita tidak melakukan kesalahan apa pun. Hanya berusaha untuk memperbaiki kesalahan masa lalu."
"Apa kau tidak tahu, berita apa yang sedang kita gali sekarang?! Ini mengenai kasus pembunuhan berantai! Akan ada banyak orang yang terlibat! Jika tidak ingin Meteor Media menjadi hancur, maka kubur saja dalam-dalam mengenai kasus ini! Tidak perlu berlagak menjadi seorang pahlawan dengan mencari kebenarannya! Bukankah itu adalah ciri khasmu?"
Stuart tergelak. "Jadi, kau selama ini menganggapku orang yang seperti itu?"
"Memangnya tidak begitu?"
Di tengah ketegangan yang terjadi, tiba-tiba suara ketukan terdengar. Seorang pria yang mana adalah pegawai menampakkan diri. Tidak masuk ke dalam ruangan, hanya berada di ambang pintu saja.
"Mister Stuart, pemimpin redaksi memanggil Anda untuk segera datang menghadap."
Stuart melirik ke arah wanita yang alisnya mengernyit. Perdebatan mereka cukup membuat rasa kesal memuncak. Maka dari itu, dia memutuskan untuk membiarkan Serina sementara waktu.
Sepeninggal atasannya, Serina juga keluar dari ruangan. Dia kembali menuju meja kerjanya, lalu mengambil tas sebelum pergi meninggalkan Meteor Media. Banyak pegawai yang memandangi dengan heran, akan tetapi tidak ada yang berani bertanya.
Serina memang dikenal sebagai pegawai yang keras. Bisa dikatakan kalau orang-orang segan terhadapnya. Tidak ada yang berani melampaui batasan Serina sebagai pegawai teladan nan berkarisma di perusahaan media tersebut.
***
Serina membuka kaleng minuman soda, lalu menenggak isinya cukup banyak. Baru dia meletakkannya di atas meja dapur dengan kasar hingga sedikit tumpah isinya. Dia memegang tepi meja dengan kedua tangan dan mendorong pinggulnya ke belakang secara bersamaan dalam posisi kepala menunduk ke bawah.
Keningnya tidak berhenti berkerut karena terus terpikirkan tentang kasus pembunuhan berantai. Padahal, dia sudah memutuskan untuk berhenti menanganinya, tetapi sampai berada di rumah pun, dia tetap memikirkan hal tersebut berulang kali.
Ponselnya berdering. Serina segera mengambil ponsel yang ada di dalam tas. Kerut di keningnya sedikit memudar setelah mengetahui kalau Hillary yang menelepon, membuat kerumitan pikirannya beralih.
"Halo."
"Will! Aku mendatangi tempat kerjamu, tapi mereka mengatakan kalau kau sedang tidak berada di tempat."
"Hmmm, ya ... aku sudah pulang ke rumah."
"Benarkah?! Itu membuatku sangat iri! Kau selalu bisa pulang kapan pun ingin, sedangkan aku sepertinya akan membusuk di perusahaan terlebih dahulu."
Serina tersenyum. "Jadi, kenapa kau mencariku? Hanya untuk mengatakan omong kosong seperti ini saja?"
"Oh, aku tadinya ingin mengajakmu makan siang bersama. Ada restoran baru yang menyajikan makanan China. Aku ingin mencobanya, tapi sepertinya lain kali saja."
Tidak lama kemudian, Serina mendengar suara klakson mobil yang memekakkan telinga dari seberang sana, disusul oleh makian yang dilontarkan Hillary. Sahabatnya memang selalu begitu ketika terkejut mendengar suara klakson orang lain.
"Sialan! Tidak tahukah dia mengenai waktu yang tepat untuk membunyikan klakson?! Telingaku sangat sakit karenanya!"
"Kau harus membeli mobil yang memiliki sistem peredam suara setelah ini."
"Jangan gila! Aku akan mengalami kecelakaan jika tidak mengetahui jelas suara dari luar. Bagaimana aku bisa tahu kalau keadaan memang memintaku untuk waspada dari pengendara lain? Karena itu klakson mobil diciptakan."
"Ya, ya. Hillary memang sangat cerdas. Untung saja para lelaki tidak melihat bagaimana bodohnya dirimu yang sekarang atau kalau tidak, mereka enggan untuk tergila-gila padamu."
"Aku yakin kalau itu bukanlah pujian!"
Serina cukup puas setelah berdebat dengan sahabatnya, membuat otaknya kembali berputar dengan baik. Dia baru sadar kalau kerumitan yang dialaminya kini hanyalah sebuah risiko yang harus dihadapi sebagai seorang wartawan, bukan sesuatu yang harus dilepaskan tanggung jawabnya.
"Bukankah kau berkata ingin mengajakku makan makanan China?"
"Ya. Aku memang mengatakannya."
"Kalau begitu, jemput aku! Kita akan makan makanan China di suatu tempat."
***
Hillary terbengong memandangi tujuan mereka. Dia dapat melihat nama tempat yang berulang kali mereka datangi ini. Honolulu bukanlah restoran makanan China yang ada di dalam bayangannya.
"Will, apa kau terlalu buta sampai-sampai hanya melihat satu tempat ini saja di dalam hidupmu?"
"Kenapa? Bukankah ini juga tempat makanan China?"
"Kau bercanda? Aku tidak melihat kesan apa-apa yang menunjukkan itu semua. Tempat ini lebih seperti gudang atau ... bangunan terbengkalai. Aku juga sudah melihatnya berulang kali sampai membuat kedua mataku mengeluarkan air mata. Lebih baik kita pergi dari sini sekarang dan mencari tempat makan yang lebih cocok."
Tepat di saat Hillary membalikkan badan, Serina langsung menyeretnya. "Kau seharusnya tidak melupakan kenyataan kalau mi berasal dari China."
"Tidak. Mi bukan berasal dari China, melainkan Italia. Jadi, tujuan kita bukanlah ke tempat ini."
"Asal kau tahu saja kalau arkeolog telah menemukan mi tertua di China. Umurnya mencapai empat ribu tahun. Tidak ada yang bisa memungkiri kalau mi berasal dari China."
"Tapi tetap saja ini bukan restoran China!"
Pada akhirnya, Hillary tidak bisa menyingkirkan tangan yang menyeret dirinya meski sudah berusaha melepaskan. Dia tidak hanya kalah dalam segi kekuatan, tetapi juga dalam segi pengetahuan jika disandingkan dengan sahabatnya itu.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved