Bab 14 Meninggalkannya Harus Melihat Mood-nya Atau Dipukuli

by Jessie 10:01,Jun 24,2022
Alicia sibuk satu sore, ia melakukan sekian banyak panggilan, semuanya tak membuahkan hasil.

Ia juga sempat berpikir untuk mencoba beberapa "kenalan-kenalannya" dulu, tapi setelah dipikir-pikir, sudahlah, tidak perlu ia menyodorkan wajahnya sendiri untuk ditampar.

Karena tekanan yang begitu besar, ia pun tak punya waktu untuk memikirkan hal yang bukan-bukan.

Alicia tidak ada pekerjaan, juga malas untuk lembur dan menghabiskan waktu, bagian penjualan bukan hanya harus duduk diam di kantor dan membuat tabel saja.

Ia membawa tasnya dan pergi, beberapa hari ini dia harus tinggal di tempat Jenny, sebelum ia pulang, ia menelepon Jenny dulu apakah ia perlu membeli makanan.

Telepon pun tersambung, Jenny mengangkatnya.

"Kak Jenny, aku ingin pergi beli sayuran, apa ada yang ingin kau makan?"

Setelah Alicia selesai bicara, tidak ada jawaban dari sebelah sana, malah terdengar suara gemuruh yang tidak jelas.

Jenny adalah manager bar, sekarang hari masih belum gelap, tidak seharusnya seramain ini.

Alicia bertanya lagi, Jenny masih belum menjawab, lalu terdengar suara teriakan dari telepon.

"Kak Jenny?"

Alicia terus memanggil-manggil Jenny, lalu telepon pun terputus.

Bar tempat Jenny bekerja bernama Gemdale, merupakan satu-satunya yang ada di Beijing, di belakangnya ada orang yang sangat penting yang mengoperasikannya, oleh karena itu seharusnya tidak ada orang yang berani membuat masalah di sana.

Alicia agak sedikit khawatir, akhirnya ia pun naik taksi menuju ke Gemdale.

Hari semakin gelap, lampu-lampu jalanan mulai menyala, di sekitar Gemdale penuh dengan tempat-tempat hiburan, ada banyak sekali mobil mewah berhenti di sana, ini adalah surga bagi orang-orang kaya.

Alicia turun dari mobil, dan segera berjalan ke Gemdale, sebelumnya ia sudah pernah datang beberapa kali, pelayan di depan pintu sana juga mengenalinya.

"Nona Song, lama tidak bertemu."

Alicia masuk bersama dengan pelayan itu, lampunya sangat redup, barang-barang di sekitarnya tertata sangat rapi, di atas panggung juga ada orang yang menyanyi dengan tenang, tidak tampak seperti baru saja terjadi sesuatu.

"Aku datang untuk mencari Kak Jenny, apa Kak Jenny sedang sibuk?"

Bary saja selesai bertanya, ia pun mendongak dan melihat Jenny yang sedang berdiri di lorong kristal lantai dua, setelah itu barulah ia menghela nafas lega.

Jenny melihatnya juga dari atas, setelah ia berbincang sejenak dengan seorang pria, ia pun turun ke bawah dari tangga yang berputar di sana.

"Kenapa kau datang kemari?"

Jenny agak sedikit bingung, Alicia tidak pernah suka dengan tempat seperti ini.

Alicia menggoyang-goyangkan handphone-nya, "Tadi aku meneleponmu, aku dengar suaranya sangat aneh, kukira terjadi sesuatu padamu."

Jenny mengeluh dan menepuk kepalanya, "Duh, aku terlalu sibuk sampai lupa, tadi saat kau telepon aku tidak melihat dengan jelas siapa yang meneleponku, belum sampai aku selesai bicara, ada seekor anjing gila yang menepis handphone-ku sampai jatuh."

Alicia melihat sekelilingnya, sama sekali tidak ada jejak masalah di sana, ternyata sudah dibereskan semua.

Jenny merangkul pundaknya, dan menariknya ke atas, "Karena sudah ada di sini, duduklah saja di kamarku, setelah waktunya tiba, kita pulang bersama."

Hati Alicia sebenarnya tidak begitu ingin, tapi ia takut jika ia menolaknya, Jenny akan mengira bahwa Alicia sangat merendahkan bar seperti ini, oleh karena itu ia tidak bisa berkata apa-apa.

Jenny membawanya ke lantai tiga, tapi tidak membawanya ke kamar.

"Andreas Shen membawa orang kemari, aku harus turun dan menyambutnya, kau pergi ke kamarku saja sendiri, yang ada di paling dalam sana, ada namaku."

Alicia takut dirinya terlalu merepotkan, "Baiklah, pergilah saja."

Jenny membalikkan tubuhnya dan segera turun ke bawah, jelas sekali ia tidak ingin membuat Andreas marah.

Alicia berjalan sampai ke ujung lorong, ruangan yang paling ujung terukir dengan huruf J, baru saja ia ingin membuka pintu, ia pun menyadari bahwa pintunya terkunci.

Duh, lupa tanya kata sandinya.

Terpaksa, Alicia pun menunggu di tempat, sepertinya Jenny juga tidak akan pergi lama.

Karpet yang ada di bawah kakinya sangat lembut, harga satu meter perseginya mungkin sama dengan sebuah kamar mandi, Alicia menginjak-injaknya beberapa kali, hatinya pun merasa lebih tenang.

Terdengar suara langkah kaki di tangga, kedengarannya sangat panik, sepertinya bukan hanya satu orang saja.

Alicia sengaja membalikkan tubuhnya, tidak ingin melihat siapa yang datang, juga tidak ingin dilihat oleh siapa pun yang datang.

Tak disangka, suara langkah kaki itu semakin mendekat, dan berhenti di belakangnya.

Alicia tidak tahan dan membalikkan badannya, belum sampai ia melihat siapa yang datang, ia pun langsung disambut dengan minuman alkohol yang kuat.

"Wanita jalang, beraninya menggoda suamiku, apa kau ingin mati?!"

Kalau bukan karena minuman alkohol yang masuk ke dalam matanya dan membuat matanya tidak bisa terbuka, Alicia pasti akan langsung bertanya pada wanita itu, kenapa orang-orang yang melabrak pelakor selalu memulai pembicaraannya dengan kalimat yang sama.

Belum sampai ia bereaksi, ia langsung menerima sebuah tamparan, yang membuatnya kehilangan kestabilannya, dan langsung tertatih ke belakang sampai terduduk di lantai.

"Kenapa masih diam saja? Ayo pukul!"

Siraman alkohol dan tamparan saja masih belum cukup, ia memukuli Alicia dengan tasnya, dan menyuruh teman-temannya juga ikut memukulinya.

Alicia terkejut, sambil melindungi kepalanya, ia berkata, "Kalian salah orang, aku hanya menunggu orang di sini!"

Tidak ada yang mendengar perkataannya, segerombolan wanita ini seperti anjing-anjing gila yang menggonggong sambil menggigit, mereka memukuli wajah Alicia dengan keras.

Entah siapa yang memberinya sebuah tamparan, seketika terdengar suara gemuruh di telinganya.

Alicia melindungi kepalanya, di telinganya terdengar sekian banyak ejekan dan makian, ia tidak bisa lari dari sana, perasaan sedih dan takut langsung menyerbu hatinya. Dirinya hari ini benar-benar sial, jauh-jauh ia datang kemari, hanya untuk dipukuli oleh orang lain seperti ini.

"Apa yang kalian lakukan?"

Sebuah suara pria pun terdengar, dan langsung menghentikan makian-makian dari para wanita itu, pukulan-pukulan mereka yang seperti hujan itu juga ikut berhenti.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

60