Bab 7 Musuh Datang, Tusuk Dengan Jarum
by Kickson
10:01,Apr 18,2022
Seketika itu barulah sang gadis menyadari, di atas tangga batu itu, ternyata ada sebaris jejak kaki yang mengarah ke bawah, bagian dalam jejak kaki itu sangat bersih, tidak berdemu sama sekali, juga tidak berembun. Sedangkan di tempat selain jejak kaki itu, penuh dengan debu dan embun.
Sang petua melihat arah jejak kaki itu berjalan, lalu berteriak, "Dia!"
"Kakek, apa itu orang hebat tiada tara?" tanya sang gadis itu terkejut.
Sang petua menghela nafasnya, dan berkata, "Dia, pemuda yang tadi itu! Dia alah orang hebat alam Qi! Karena reiki melindungi dirinya, tubuhnya tidak akan dijatuhi bulu sedikit pun, tak akan didekati serangga sedikit pun! Bahkan permukaan tanah yang ada di bawah kakinya, semua debu akan langsung menghindarinya, dan berubah sangat bersih, membentuk jejak kaki seperti ini."
Gadis itu terkejut!
Alam Qi adalah orang yang memiliki reiki di dalam tubuhnya, orang seperti itu di dalam sebuah provinsi tidak akan lebih dari sepuluh orang, mereka juga bukan pahlawan yang sombong, melainkan orang hebat yang menyembunyikan diri mereka, kenapa dia bisa muncul di sini?
Lalu, ia pun teringat kembali akan perkataan orang tadi yang berkata bahwa dirinya akan mati muda, apakah itu benar?
Sang petua berkata, "Stella, orang hebat itu mungkin akan muncul lagi besok, ayo kita tunggu dia besok pagi."
Gadis itu terus memikirkan masalah "mati muda" tadi, ia pun segera mengangguk, "Baik!"
Dalam perjalanan pulang, Maxon membeli bakpau telur kepiting yang sangat terkenal.
Hidung Clarice sangat tajam, ialah yang pertama kali pergi ke ruang tamu, dengan senang ia berkata, "Wah, bakpau telur kepiting, makanan favoritku."
Lalu Nelly juga keluar dari kamarnya, "Kak, hari ini aku akan pergi ke sekolah, antarkan aku."
Maxon mengangguk, "Boleh, nanti aku akan mengantarmu dengan sepeda listrik."
SMA 1 tidak jauh, naik sepeda listrik kurang lebih membutuhkan dua puluh tahun, ini adalah alat transportasinya semasa SMA, ban belakangnya sudah tidak ada angin.
Ia mengusap tubuhnya dengan kain lap, memompa bannya, lalu membawa Nelly pergi ke SMA 1.
"Peluk aku dengan erat." kata Maxon, sepedanya itu pun langsung melaju seperti anak panah yang lepas dari busurnya, Nelly yang terkejut pun berteriak.
"Kak, pelan-pelan." katanya.
Namun Maxon sama sekali tidak melambat, Eye of Dimension-nya dapat melihat seekor semut yang berjarak beberapa meter lebih darinya, ia juga dapat melihat seluruh penghalang dalam radius puluhan meter secara tembus pandang, pengamatannya sangat baik, oleh karena itu dia juga tidak takut untuk membawa sepeda listrik dengan cepat.
Awalnya Nelly sangat ketakutan, namun tak lama kemudian ia pun terbiasa, lalu ia menyadari, satu per satu mobil, sepeda motor, tertinggal oleh Kakaknya itu.
Setelah beberapa saat, mata Maxon tiba-tiba menatap ke sebelah kiri depan. Di sana ada sebuah mobil balap berwarna ungu muda, plat mobilnya selalu teringat di dalam otaknya, karena mobil itu, adalah mobil yang menabrak mati ayahnya!
Melalui kaca jendela, ia melihat seorang pemuda sedang menggeleng-gelengkan kepalanya di dalam mobil, musik yang disetel sangat keras, tatapan matanya kabur, di hidungnya masih ada sedikit bubuk putih, jelas sekali, ia baru saja mengisap narkoba.
"Troy Song!" tatapan mata Maxon penuh dengan kebencian. Orang ini adalah orang yang menabrak mati ayahnya, Troy Song si anak konglomerat.
Dia membawa sepeda listriknya melaju ke depan, dan berhenti di posisi yang sebaris dengan Troy, lalu tangan kanannya memegang sebuah jarum emas kulit sapi, lalu ia lemparkan, jarum emas itu pun langsung melaju pesat ke sana.
"Pfft!"
Jarum emas itu menembus kaca jendela mobil dan menusuk ke kepala Troy. Tubuh Troy gemetaran, tiba-tiba sekujur tubuhnya kejang-kejang, memuntahkan busa putih, dan kedua matanya memutih.
Maxon tertawa dingin dan melanjutkan perjalanannya ke SMA 1. Tusukkan jarumnya itu dapat membuat Troy menjadi idiot, tapi ini hanya permulaan saja!
Setelah mengantar Nelly ke sekolah, dan pulang kembali ke rumah, ia menyadari mobil Troy sudah tidak ada, mungkin ada orang yang menyadari ada yang tidak beres dan mengantarkannya ke rumah sakit.
Dia tidak terburu-buru, ia memiliki banyak waktu, seluruh keluarga Troy, serta para sengkongkolannya, ia tidak akan melepaskannya satu orang pun!
Setelah kembali ke rumah, Maxon menyadari ada segerombolan orang di depan rumahnya, dua orang yang berpakaian seperti pendeta Tao sedang membaca ayat-ayat di depan pohon pagodanya, sang Kepala Desa, David Man juga ada di sana.
Maxon langsung mengerti, David ini pasti telah mendengar bahwa pohon pagoda ini memiliki kekuatan, oleh karena itu ia mengundang pendeta Tao untuk melakukan ritual untuk menghadapi "Dewa Pohon Pagoda" yang fiktif itu.
Maxon tertawa dingin diam-diam, setelah mematikan sepeda listriknya, ia pun melihat keramaian itu sambil menyilangkan tangannya.
David juga melihat Maxon, ia berkata kesal, "Anak muda Keluarga Wu, kau ini sudah bebas dari penjara? Kelak kau harus menjadi orang baik, aku akan selalu mengawasimu!"
Maxon tidak menghiraukannya, ia menggesekkan tangan kirinya, lalu sebuah jarum emas pun menusuk pinggang belakang David. Sedetik kemudian, David pun berteriak kesakitan, rasanya ada yang sakit.
Kedua pendeta Tao itu terkejut, dan segera memeriksanya. Salah seorang pendeta Tao baru saja membopong David sejenak, David langsung berteriak kesakitan.
Pendeta itu terkejut, lalu saling bertatapan mata dengan pendeta Tao satunya, entah apa yang harus mereka lakukan.
Maxon menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku sudah bilang, pohon pagoda ini memiliki kekuatan, kau sendiri yang datang untuk mencari masalah." Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu mendorong sepeda listriknya masuk ke dalam.
Orang-orang di luar pun langsung bubar, David juga diantarkan ke rumah sakit, kedua orang pendeta Tao itu juga segera pergi dari sana.
Setelah kembali ke rumah, Lenny memberitahu Maxon bahwa Clarice telah pergi, katanya ada masalah darurat, waktu pergi, dia juga telah mencatat nomor telepon Maxon dan Lenny.
Maxon sangat kebingungan, bukankah katanya ia ingin tinggal beberapa saat? Kenapa tiba-tiba pergi seperti ini?
Ia juga malas berpikir panjang, lalu ia pergi keluar untuk membeli beberapa hadiah, untuk melihat kakek neneknya bersama ibunya. Setelah ia keluar dari penjara, barulah akhirnya kedua orang tua itu lega.
Maxon pun menanyakan masalah liontin gioknya pada sang Kakek, Eye of Dimension serta kekuatannya, semua itu ia dapatkan dari liontion giok ini, oleh karena itu ia ingin tahu dari mana asal usulnya.
Kakeknya memberitahunya, liontin giok ini adalah turunan dari leluhur mereka, selalu dirawat dai disimpan satu generasi demi satu generasi, dan akhirnya diwariskan ke tangannya, dia merupakan generasi ketiga belas.
Siang harinya saat makan siang di rumah Kakek, handphone-nya tiba-tiba berdering, yang meneleponnya adalah Jayden Lu. Maxon tersenyum, lalu mengangkat telepon itu, "Jayden!"
Hubungan antara dirinya dengan Jayden sangat baik, mereka merupakan sahabat atas bawah ranjang, setelah dirinya mendapatkan masalah, hanya Jayden lah yang paling peduli padanya, Jayden sempat mengunjunginya dua kali ke penjara.
"Maxon, kau sudah bebas?" tanyanya, kemarin Maxon memberinya pesan dan mengatakan bahwa dirinya telah keluar penjara.
Maxon, "Ya, apa kau sesibuk itu? Sampai sekarang baru melihat pesan kirimanku."
Jayden terdiam sejenak, lalu berkata, "Maxon, datanglah ke kampus sebentar."
Maxon tercengang, "Ada apa?"
"Setelah datang kau pasti akan mengetahuinya." Lalu, anak itu pun mematikan teleponnya.
Maxon pun berubah muram, Jayden adalah orang yang sangat dewasa dan bijak, jika dia sepanik ini, apakah terjadi sesuatu dengan Laurel?
Laurel adalah pacarnya, sejak ia terkena masalah, mereka tetap selalu saling berkomunikasi, Laurel sering sekali berkata bahwa dia pasti akan menunggunya keluar penjara. Meskipun dia ada dalam penjara, tapi setiap hari spesial, ia pasti akan menyuruh Jayden untuk memilih beberapa hadiah untuk pacarnya itu.
Maxon pun tidak bisa tenang lagi dan segera pergi dari rumah Kakek, ia berpamitan pada Lenny, lalu naik kereta menuju ke Yunjing.
Kampusnya berada di Yunjing, merupakan universitas biasa. Yunjing adalah pusat perekonomian dari Negara Yanlong bagian selatan, memiliki sejarah yang sangat panjang, penuh dengan keberadaban.
Jarak antara Kabupaten Mingyang dan Yunjing sekitar tiga ratus km lebih, naik kereta cepat membutuhkan waktu sekitar satu jam lebih saja. Begitu keluar dari stasiun, ia langsung melihat Jayden yang melambaikan tangannya di antara kerumunan orang-orang.
Jayden tingginya seratus delapan puluh cm, tinggi dan kurus, rupanya cukup tampan, rambutnya pendek, mengenakan pakaian olahraga. Dia sangat pandai bermain basket, salah satu sahabat terbaik Maxon.
Kedua orang itu saling berpelukan dengan hangat, Maxon menatap matanya dan berkata, "Katakan, apa yang terjadi."
Ekspresi Jayden sangat aneh, sambil menatapnya ia berkata, "Laurel Sun juga kemari."
Maxon melihat ke belakang, lalu ia pun melihat teman terbaiknya, Ivan Zhao, dan Laurel di tempat yang tak jauh darinya, mereka tidak berjalan kemari. Mereka berdua berdiri dengan sangat dekat, jarak antara mereka berdua itu, seperti sepasang kekasih.
Hati Maxon pun berubah muram, seketika ia pun mengerti apa yang terjadi.
"Ayo, jadian dengan baik, berpisahlah dengan baik pula." Jayden menepuk-nepuk pundaknya sambil menghiburnya.
Maxon berjalan ke arah kedua orang itu, langkah kakinya sangat berat, dia benar-benar tidak menyangka bahwa dirinya akan dikhianati oleh sahabatnya sendiri!
Sang petua melihat arah jejak kaki itu berjalan, lalu berteriak, "Dia!"
"Kakek, apa itu orang hebat tiada tara?" tanya sang gadis itu terkejut.
Sang petua menghela nafasnya, dan berkata, "Dia, pemuda yang tadi itu! Dia alah orang hebat alam Qi! Karena reiki melindungi dirinya, tubuhnya tidak akan dijatuhi bulu sedikit pun, tak akan didekati serangga sedikit pun! Bahkan permukaan tanah yang ada di bawah kakinya, semua debu akan langsung menghindarinya, dan berubah sangat bersih, membentuk jejak kaki seperti ini."
Gadis itu terkejut!
Alam Qi adalah orang yang memiliki reiki di dalam tubuhnya, orang seperti itu di dalam sebuah provinsi tidak akan lebih dari sepuluh orang, mereka juga bukan pahlawan yang sombong, melainkan orang hebat yang menyembunyikan diri mereka, kenapa dia bisa muncul di sini?
Lalu, ia pun teringat kembali akan perkataan orang tadi yang berkata bahwa dirinya akan mati muda, apakah itu benar?
Sang petua berkata, "Stella, orang hebat itu mungkin akan muncul lagi besok, ayo kita tunggu dia besok pagi."
Gadis itu terus memikirkan masalah "mati muda" tadi, ia pun segera mengangguk, "Baik!"
Dalam perjalanan pulang, Maxon membeli bakpau telur kepiting yang sangat terkenal.
Hidung Clarice sangat tajam, ialah yang pertama kali pergi ke ruang tamu, dengan senang ia berkata, "Wah, bakpau telur kepiting, makanan favoritku."
Lalu Nelly juga keluar dari kamarnya, "Kak, hari ini aku akan pergi ke sekolah, antarkan aku."
Maxon mengangguk, "Boleh, nanti aku akan mengantarmu dengan sepeda listrik."
SMA 1 tidak jauh, naik sepeda listrik kurang lebih membutuhkan dua puluh tahun, ini adalah alat transportasinya semasa SMA, ban belakangnya sudah tidak ada angin.
Ia mengusap tubuhnya dengan kain lap, memompa bannya, lalu membawa Nelly pergi ke SMA 1.
"Peluk aku dengan erat." kata Maxon, sepedanya itu pun langsung melaju seperti anak panah yang lepas dari busurnya, Nelly yang terkejut pun berteriak.
"Kak, pelan-pelan." katanya.
Namun Maxon sama sekali tidak melambat, Eye of Dimension-nya dapat melihat seekor semut yang berjarak beberapa meter lebih darinya, ia juga dapat melihat seluruh penghalang dalam radius puluhan meter secara tembus pandang, pengamatannya sangat baik, oleh karena itu dia juga tidak takut untuk membawa sepeda listrik dengan cepat.
Awalnya Nelly sangat ketakutan, namun tak lama kemudian ia pun terbiasa, lalu ia menyadari, satu per satu mobil, sepeda motor, tertinggal oleh Kakaknya itu.
Setelah beberapa saat, mata Maxon tiba-tiba menatap ke sebelah kiri depan. Di sana ada sebuah mobil balap berwarna ungu muda, plat mobilnya selalu teringat di dalam otaknya, karena mobil itu, adalah mobil yang menabrak mati ayahnya!
Melalui kaca jendela, ia melihat seorang pemuda sedang menggeleng-gelengkan kepalanya di dalam mobil, musik yang disetel sangat keras, tatapan matanya kabur, di hidungnya masih ada sedikit bubuk putih, jelas sekali, ia baru saja mengisap narkoba.
"Troy Song!" tatapan mata Maxon penuh dengan kebencian. Orang ini adalah orang yang menabrak mati ayahnya, Troy Song si anak konglomerat.
Dia membawa sepeda listriknya melaju ke depan, dan berhenti di posisi yang sebaris dengan Troy, lalu tangan kanannya memegang sebuah jarum emas kulit sapi, lalu ia lemparkan, jarum emas itu pun langsung melaju pesat ke sana.
"Pfft!"
Jarum emas itu menembus kaca jendela mobil dan menusuk ke kepala Troy. Tubuh Troy gemetaran, tiba-tiba sekujur tubuhnya kejang-kejang, memuntahkan busa putih, dan kedua matanya memutih.
Maxon tertawa dingin dan melanjutkan perjalanannya ke SMA 1. Tusukkan jarumnya itu dapat membuat Troy menjadi idiot, tapi ini hanya permulaan saja!
Setelah mengantar Nelly ke sekolah, dan pulang kembali ke rumah, ia menyadari mobil Troy sudah tidak ada, mungkin ada orang yang menyadari ada yang tidak beres dan mengantarkannya ke rumah sakit.
Dia tidak terburu-buru, ia memiliki banyak waktu, seluruh keluarga Troy, serta para sengkongkolannya, ia tidak akan melepaskannya satu orang pun!
Setelah kembali ke rumah, Maxon menyadari ada segerombolan orang di depan rumahnya, dua orang yang berpakaian seperti pendeta Tao sedang membaca ayat-ayat di depan pohon pagodanya, sang Kepala Desa, David Man juga ada di sana.
Maxon langsung mengerti, David ini pasti telah mendengar bahwa pohon pagoda ini memiliki kekuatan, oleh karena itu ia mengundang pendeta Tao untuk melakukan ritual untuk menghadapi "Dewa Pohon Pagoda" yang fiktif itu.
Maxon tertawa dingin diam-diam, setelah mematikan sepeda listriknya, ia pun melihat keramaian itu sambil menyilangkan tangannya.
David juga melihat Maxon, ia berkata kesal, "Anak muda Keluarga Wu, kau ini sudah bebas dari penjara? Kelak kau harus menjadi orang baik, aku akan selalu mengawasimu!"
Maxon tidak menghiraukannya, ia menggesekkan tangan kirinya, lalu sebuah jarum emas pun menusuk pinggang belakang David. Sedetik kemudian, David pun berteriak kesakitan, rasanya ada yang sakit.
Kedua pendeta Tao itu terkejut, dan segera memeriksanya. Salah seorang pendeta Tao baru saja membopong David sejenak, David langsung berteriak kesakitan.
Pendeta itu terkejut, lalu saling bertatapan mata dengan pendeta Tao satunya, entah apa yang harus mereka lakukan.
Maxon menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku sudah bilang, pohon pagoda ini memiliki kekuatan, kau sendiri yang datang untuk mencari masalah." Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu mendorong sepeda listriknya masuk ke dalam.
Orang-orang di luar pun langsung bubar, David juga diantarkan ke rumah sakit, kedua orang pendeta Tao itu juga segera pergi dari sana.
Setelah kembali ke rumah, Lenny memberitahu Maxon bahwa Clarice telah pergi, katanya ada masalah darurat, waktu pergi, dia juga telah mencatat nomor telepon Maxon dan Lenny.
Maxon sangat kebingungan, bukankah katanya ia ingin tinggal beberapa saat? Kenapa tiba-tiba pergi seperti ini?
Ia juga malas berpikir panjang, lalu ia pergi keluar untuk membeli beberapa hadiah, untuk melihat kakek neneknya bersama ibunya. Setelah ia keluar dari penjara, barulah akhirnya kedua orang tua itu lega.
Maxon pun menanyakan masalah liontin gioknya pada sang Kakek, Eye of Dimension serta kekuatannya, semua itu ia dapatkan dari liontion giok ini, oleh karena itu ia ingin tahu dari mana asal usulnya.
Kakeknya memberitahunya, liontin giok ini adalah turunan dari leluhur mereka, selalu dirawat dai disimpan satu generasi demi satu generasi, dan akhirnya diwariskan ke tangannya, dia merupakan generasi ketiga belas.
Siang harinya saat makan siang di rumah Kakek, handphone-nya tiba-tiba berdering, yang meneleponnya adalah Jayden Lu. Maxon tersenyum, lalu mengangkat telepon itu, "Jayden!"
Hubungan antara dirinya dengan Jayden sangat baik, mereka merupakan sahabat atas bawah ranjang, setelah dirinya mendapatkan masalah, hanya Jayden lah yang paling peduli padanya, Jayden sempat mengunjunginya dua kali ke penjara.
"Maxon, kau sudah bebas?" tanyanya, kemarin Maxon memberinya pesan dan mengatakan bahwa dirinya telah keluar penjara.
Maxon, "Ya, apa kau sesibuk itu? Sampai sekarang baru melihat pesan kirimanku."
Jayden terdiam sejenak, lalu berkata, "Maxon, datanglah ke kampus sebentar."
Maxon tercengang, "Ada apa?"
"Setelah datang kau pasti akan mengetahuinya." Lalu, anak itu pun mematikan teleponnya.
Maxon pun berubah muram, Jayden adalah orang yang sangat dewasa dan bijak, jika dia sepanik ini, apakah terjadi sesuatu dengan Laurel?
Laurel adalah pacarnya, sejak ia terkena masalah, mereka tetap selalu saling berkomunikasi, Laurel sering sekali berkata bahwa dia pasti akan menunggunya keluar penjara. Meskipun dia ada dalam penjara, tapi setiap hari spesial, ia pasti akan menyuruh Jayden untuk memilih beberapa hadiah untuk pacarnya itu.
Maxon pun tidak bisa tenang lagi dan segera pergi dari rumah Kakek, ia berpamitan pada Lenny, lalu naik kereta menuju ke Yunjing.
Kampusnya berada di Yunjing, merupakan universitas biasa. Yunjing adalah pusat perekonomian dari Negara Yanlong bagian selatan, memiliki sejarah yang sangat panjang, penuh dengan keberadaban.
Jarak antara Kabupaten Mingyang dan Yunjing sekitar tiga ratus km lebih, naik kereta cepat membutuhkan waktu sekitar satu jam lebih saja. Begitu keluar dari stasiun, ia langsung melihat Jayden yang melambaikan tangannya di antara kerumunan orang-orang.
Jayden tingginya seratus delapan puluh cm, tinggi dan kurus, rupanya cukup tampan, rambutnya pendek, mengenakan pakaian olahraga. Dia sangat pandai bermain basket, salah satu sahabat terbaik Maxon.
Kedua orang itu saling berpelukan dengan hangat, Maxon menatap matanya dan berkata, "Katakan, apa yang terjadi."
Ekspresi Jayden sangat aneh, sambil menatapnya ia berkata, "Laurel Sun juga kemari."
Maxon melihat ke belakang, lalu ia pun melihat teman terbaiknya, Ivan Zhao, dan Laurel di tempat yang tak jauh darinya, mereka tidak berjalan kemari. Mereka berdua berdiri dengan sangat dekat, jarak antara mereka berdua itu, seperti sepasang kekasih.
Hati Maxon pun berubah muram, seketika ia pun mengerti apa yang terjadi.
"Ayo, jadian dengan baik, berpisahlah dengan baik pula." Jayden menepuk-nepuk pundaknya sambil menghiburnya.
Maxon berjalan ke arah kedua orang itu, langkah kakinya sangat berat, dia benar-benar tidak menyangka bahwa dirinya akan dikhianati oleh sahabatnya sendiri!
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved