Bab 6 Orang Hebat Tiada Tara
by Kickson
10:01,Apr 18,2022
Para tetangga sekitar yang menonton keramaian itu tidak ada yang tidak terkejut, setelah Maxon kembali ke dalam rumahnya, ada orang yang membawa dupa dan bersujud di depan pohon itu sambil berdoa.
Malam harinya, Maxon mengobati ibunya lagi, lalu menyuruhnya meminum sup obat dan istirahat di kamarnya.
Clarice sudah kembali ke kamarnya sejak tadi, entah apa yang sedang dilakukannya, Maxon malas memedulikannya.
Nelly sedang mengerjakan PR-nya di ruang baca. Nilai sekolahnya sangat bagus, di sekolah nomor satu desa yang penuh dengan orang-orang pintar itu, Nelly selalu berada di peringkat dua puluh teratas, jauh lebih hebat dari Maxon dulu.
Maxon pergi ke ruang baca, duduk di sebelah sambil melihat adiknya yang sedang mengerjakan PR itu. Nelly cemberut dan berkata, "Kak, jangan melihatiku, aku tidak bisa mengerjakan PR ku."
Maxon tersenyum dan berkata, "Nelly, Kakak mempelajari sebuah teknik pijat yang dapat membuat kau menjadi pintar, apa kau ingin mencobanya?"
Nelly pun membelalakkan matanya, "Kak, kau ini sedang menipuku ya?"
"Kapan Kakak pernah membohongimu?" Maxon mengulurkan kesepuluh jarinya, dan berkata, "Ayo cepat, biarkan aku mencobanya."
"Ah, kau ingin membuatku menjadi kelinci percobaan ya? Tidak mau!" tolak Nelly segera.
Setelah bertengar sejenak, pada akhirnya Nelly pun setuju Nexon memijat kepalanya itu.
Maxon tidak sembarangan memijat, teknik pijatnya ini, menggunakan reiki Neraka dan Alam Baka untukmembuka jaringan saraf kecil di otak Nelly. Teknik pijat ini, hanya bisa dilakukan dengan menggunakan Eye of Dimension, kalau tidak akan mudah terjadi kesalahan dan menyebabkan akibat yang sangat fatal.
Dia tidak membohongi Nelly, saraf otak yang ia buka itu memang bisa membuat orang menjadi pintar dan bisa berpikir cepat.
Maxon adalah orang yang sangat amat menyayangi adiknya, dan sekarang ia memiliki kekuatan super di dalam tubuhnya, pertama-tama yang ingin ia laukan adalah membantu adiknya untuk meningkatkan nilai-nilainya. Dengan bakat dasar Nelly, ditambah dengan teknik pijatnya itu, Nelly pasti akan berada di peringkat pertama seprovinsi dalam UN nanti.
Awalnya Nelly mengira bahwa Maxon hanya bercanda, namun tak lama kemudian, ia merasa otaknya sangat sadar, semangatnya sangat berlebih, tubuhnya juga sangat nyaman.
"Kak, ajaib sekali, kau belajar teknik pijat ini dari siapa?" tanya Nelly terkejut.
Maxon, "Kau harus membantu Kakak untuk merahasiakannya, jangan beritahu siapa-siapa."
Nelly, "Tenang saja, bahkan Mama pun juga tidak akan kuberitahu."
Setengah jam kemudian, Maxon melepas tangannya, dan bertanya, "Ingin mencoba hasilnya?"
"Mencoba hasilnya?" Nelly berpikir sejenak, lalu mengeluarkan sebuah buku tambahan Bahasa Inggris, ia membuka satu halaman secara acak dan mulai menghapalnya.
Orang biasa setidaknya memerlukan waktu setengah hari untuk menghapal satu halaman bacaan Bahasa Inggris, Nelly yang dulu pun juga harus menggunakan waktu satu jam lebih.
Tapi kali ini, ia hanya melihat dua kali dan kurang lebih sudah bisa menghafalnya, setelah membaca yang ketiga kalinya, ia sudah bisa menghapalnya dengan lancar.
Nelly terkejut, "Wah! Hebat sekali?"
Ia membuka sebuah buku latihan olimpiade fisika lagi, pertanyaan-pertanyaan sulit yang dulu membuatnya hampir gila itu sekarang sudah bisa ia mengerti dan sebagian besar dapat ia kerjakan!
Nelly terkejut, teknik pijat ini ajaib sekali? Ia masih belum menyadari bahwa kepala Maxon telah penuh dengan keringat, ekspresinya sangat kelelahan.
Maxon menepuk-nepuk kepalanya, "Belajarlah dengan baik, besok Kakak akan memijatmu lagi, agar kau bisa menjadi orang terpintar di seluruh dunia."
Setelah kembali ke kamarnya sendiri, Maxon pun mulai memindahkan reiki untuk mengembalikan kekuatannya. Sampai sekitar pukul satu dini hari, tiba-tiba ia membuka matanya, membuka pintu dan pergi ke halaman, ia melompat pelan dan langsung keluar dari dinding halaman, dan mendarat tanpa suara sedikit pun.
Lalu, bayangannya pun mulai bergerak secepat kilat, dan berlari ke arah Qingshan Garden.
Pemandangan di Kabupaten Mingyang sangat bagus, Qingshan Garden terletak di bagian timur kota, luasnya seribu hektar, merupakan salah satu tempat yang sangat disukai oleh para penduduk.
Pukul satu lebih dini hari, tidak ada seorang pun di taman.
Maxon seperti hantu yang muncul di tengah bukit di dalam taman itu, dan mulai melatih ilmu tinju dari Seni Surga, Bumi, Neraka, dan Alam Baka, yaitu Tinju Lima Naga.
Saat melatih Tinju Lima Naga ini, suaranya sangat keras, Maxon terpaksa harus menjari tempat yang sangat terpencil untuk latiha, jika tidak pasti ia akan membangunkan tetangga-tetangganya.
Tinju Lima Naga, seperti namanya, inti dari ilmu itu adalah lima naga di dalam tubuh, tulang belakang adalah seekor naga besar, dan tangan serta kakinya adalah empat naga kecil, begitu lima naga itu bersatu, akan menjadi sangat hebat!
Tinju Lima Naga Maxon sudah ia latih selama satu tahun lebih, naga besar pertama, yaitu tulang punggungnya, sudah selesai ia latih, oleh karena itu saat tubuhnya melengkung, ia tampak seperti seekor naga raksasa yang sangat kuat dan tak terkalahkan!
Saat ini, ia sedang melatih kedua naga kecil di kedua lengannya, begitu selesai dilatih, ia dapat memanjangkan dan memendekkan tangannya dengan bebas, kemampuan tinjunya akan sehebat dewa! Setelah berlatih selama setengah tahun lebih, kedua lengannya sudah kurang lebih cukup, sisanya hanya kakinya saja.
Di dalam kegelapan malam, Maxon bak seekor naga, berjalan ke sana kemari, kedua lengannya tampak seperti dua ekor naga, seperti campuk, seperti palu, seperti pedang, seperti tongkat, ditambah dengan perubahan jari-jari dan telapak tangannya, berubah-ubah sesuka hati.
Tanpa terasa tiga jam lebih pun berlalu, setelah hari mulai terang, barulah Maxon berhenti. Saat itu, reiki di sekujur tubuhnya sedang membara, nadi-nadinya sangat lancar, di atas kepalanya ada sebuah uap air yang tipis dan lurus.
Sambil membungkukkan badannya, Maxon menyimpan kekuatannya perlahan-lahan, lalu hendak turun bukit pulang ke rumah.
Tiba-tiba, datang seorang pria tua dan seorang gadis muda dari atas bukit perlahan-lahan. Orang yang tua mengenakan pakaian bela diri bewarna putih perak, menggunakan sepatu kain kuno, wajahnya putih tak berjenggot, kelihatannya enam puluh tahun lebih, sangat penuh dengan semangat.
Gadis muda di sebelahnya tampak berumur sekitar sembilan belas atau dua puluh tahun, tubuhnya kurus kecil, wajahnya tampak cantik, kakinyas angat panjang, mengenakan pakaian bela diri warna ungu terang.
Melihat ada orang di depan, mereka pun berjalan ke arah sebuah gazebo yang berada di sebelah kiri yang tak jauh dari mereka, di sana ada sebuah lapangan besar, cocok untuk melakukan aktivitas.
Maxon melihat mereka sejenak, juga tidak memedulikannya, terus menyimpan kembali energinya. Setelah beraktivitas, aliran darah dan udara sangat lancar, reiki pun ikut bertambah, merupakan kesempatan yang sangat baik untuk melatih reiki, tidak boleh disia-siakan.
Setengah jam kemudian, ada beberapa orang tua yang turun dari bukit, Maxon juga sudah selesai menyimpan energinya dan hendak pulang. Ia turun ke bawah beberapa anak tangga, matanya melirik sedikit ke arah sana dan melihat teknik telapak tangan gadis tadi yang sangat lembut.
Telapak tangannya putih seperti giok putih, sangat cantik dan imut, semua pria yang melihatnya, ingin sekali merabanya.
Ia pun terhenti sejenak, dan melihatnya dengan seksama, dengan Eye of Dimensionnya, seketika ia pun menyadari bahwa berlatih ilmu bela diri seperti ini sangatlah tidak baik.
"Berlatih Kekuatan Yin seperti itu melukai diri sendiri dan orang lain, untuk apa bersusah payah berlatih?" Maxon menggeleng-gelengkan kepalanya, memutuskan untuk tidak ikut campur dan melanjutkan perjalanannya turun bukit.
Telinga sang petua sangat tajam, ia mendengar gumaman Maxon tadi, jantungnya pun berdetak kencang, dan segera melihat ke arahnya dan berteriak, "Anak muda, berhenti sebentar!"
Maxon pun berhenti, pendengaran pria tua ini lumayan juga, ia bisa mendengarnya, jadi sebaiknya ia mengajarinya sedikit saja.
Pria tua itu menarik sang gadis berjalan beberapa langkah kemari, lalu tersenyum, "Tadi kudengar dari anak muda, berlatih Kekuatan Yin seperti ini melukai diri sendiri dan orang lain, mohon penjelasannya."
Maxon mengangguk, "Sebenarnya tidak ada apa-apa, gadis ini sedang berlatih Kekuatan Yin dengan lembut, tapi cara berlatihnya tidak benar, dan dapat merusak saraf paru-paru, lama-kelamaan akan sangat mudah untuk memperpendek usia."
Begitu mendengarnya, gadis itu pun marah besar, "Bicara sembarangan apa kau ini? Akan merusak saraf paru-paru apanya, memperpendek usia apanya, aku masih sehat-sehat saja!"
Melihat sifatnya yang pemarah itu, Maxon menaikkan pundaknya, "Anggap saja aku tidak mengatakannya." Lalu, ia pun langsung turun bukit.
Sang petua sebenarnya ingin menghentikannya, tapi setelah berpikir sejenak, ia pun menggelengkan kepalanya dan menyerah.
Gadis itu berkata dengan kesal, "Orang tidak mengerti yang berpura-pura mengerti seperti ini banyak sekali!"
Sang petua berkata, "Stella, lain kali jangan bicara pada orang lain seperti itu, kalau seperti itu akan mudah untuk mendapatkan musuh."
Gadis itu berkata, "Huh, orang seperti dia yang mulutnya penuh dengan kebohongan itu, aku tidak peduli."
Sang petua menggelengkan kepalanya, tepat saat ia hendak kembali ke gazebo, wajahnya tiba-tiba berubah, matanya menatap ke arah bawah.
Sang gadis bertanya dengan penasaran, "Kakak, kau kenapa?"
Kepala sang petua itu penuh dengan keringat dingin, lalu berkata, "Orang hebat, orang hebat tiada tara!"
Malam harinya, Maxon mengobati ibunya lagi, lalu menyuruhnya meminum sup obat dan istirahat di kamarnya.
Clarice sudah kembali ke kamarnya sejak tadi, entah apa yang sedang dilakukannya, Maxon malas memedulikannya.
Nelly sedang mengerjakan PR-nya di ruang baca. Nilai sekolahnya sangat bagus, di sekolah nomor satu desa yang penuh dengan orang-orang pintar itu, Nelly selalu berada di peringkat dua puluh teratas, jauh lebih hebat dari Maxon dulu.
Maxon pergi ke ruang baca, duduk di sebelah sambil melihat adiknya yang sedang mengerjakan PR itu. Nelly cemberut dan berkata, "Kak, jangan melihatiku, aku tidak bisa mengerjakan PR ku."
Maxon tersenyum dan berkata, "Nelly, Kakak mempelajari sebuah teknik pijat yang dapat membuat kau menjadi pintar, apa kau ingin mencobanya?"
Nelly pun membelalakkan matanya, "Kak, kau ini sedang menipuku ya?"
"Kapan Kakak pernah membohongimu?" Maxon mengulurkan kesepuluh jarinya, dan berkata, "Ayo cepat, biarkan aku mencobanya."
"Ah, kau ingin membuatku menjadi kelinci percobaan ya? Tidak mau!" tolak Nelly segera.
Setelah bertengar sejenak, pada akhirnya Nelly pun setuju Nexon memijat kepalanya itu.
Maxon tidak sembarangan memijat, teknik pijatnya ini, menggunakan reiki Neraka dan Alam Baka untukmembuka jaringan saraf kecil di otak Nelly. Teknik pijat ini, hanya bisa dilakukan dengan menggunakan Eye of Dimension, kalau tidak akan mudah terjadi kesalahan dan menyebabkan akibat yang sangat fatal.
Dia tidak membohongi Nelly, saraf otak yang ia buka itu memang bisa membuat orang menjadi pintar dan bisa berpikir cepat.
Maxon adalah orang yang sangat amat menyayangi adiknya, dan sekarang ia memiliki kekuatan super di dalam tubuhnya, pertama-tama yang ingin ia laukan adalah membantu adiknya untuk meningkatkan nilai-nilainya. Dengan bakat dasar Nelly, ditambah dengan teknik pijatnya itu, Nelly pasti akan berada di peringkat pertama seprovinsi dalam UN nanti.
Awalnya Nelly mengira bahwa Maxon hanya bercanda, namun tak lama kemudian, ia merasa otaknya sangat sadar, semangatnya sangat berlebih, tubuhnya juga sangat nyaman.
"Kak, ajaib sekali, kau belajar teknik pijat ini dari siapa?" tanya Nelly terkejut.
Maxon, "Kau harus membantu Kakak untuk merahasiakannya, jangan beritahu siapa-siapa."
Nelly, "Tenang saja, bahkan Mama pun juga tidak akan kuberitahu."
Setengah jam kemudian, Maxon melepas tangannya, dan bertanya, "Ingin mencoba hasilnya?"
"Mencoba hasilnya?" Nelly berpikir sejenak, lalu mengeluarkan sebuah buku tambahan Bahasa Inggris, ia membuka satu halaman secara acak dan mulai menghapalnya.
Orang biasa setidaknya memerlukan waktu setengah hari untuk menghapal satu halaman bacaan Bahasa Inggris, Nelly yang dulu pun juga harus menggunakan waktu satu jam lebih.
Tapi kali ini, ia hanya melihat dua kali dan kurang lebih sudah bisa menghafalnya, setelah membaca yang ketiga kalinya, ia sudah bisa menghapalnya dengan lancar.
Nelly terkejut, "Wah! Hebat sekali?"
Ia membuka sebuah buku latihan olimpiade fisika lagi, pertanyaan-pertanyaan sulit yang dulu membuatnya hampir gila itu sekarang sudah bisa ia mengerti dan sebagian besar dapat ia kerjakan!
Nelly terkejut, teknik pijat ini ajaib sekali? Ia masih belum menyadari bahwa kepala Maxon telah penuh dengan keringat, ekspresinya sangat kelelahan.
Maxon menepuk-nepuk kepalanya, "Belajarlah dengan baik, besok Kakak akan memijatmu lagi, agar kau bisa menjadi orang terpintar di seluruh dunia."
Setelah kembali ke kamarnya sendiri, Maxon pun mulai memindahkan reiki untuk mengembalikan kekuatannya. Sampai sekitar pukul satu dini hari, tiba-tiba ia membuka matanya, membuka pintu dan pergi ke halaman, ia melompat pelan dan langsung keluar dari dinding halaman, dan mendarat tanpa suara sedikit pun.
Lalu, bayangannya pun mulai bergerak secepat kilat, dan berlari ke arah Qingshan Garden.
Pemandangan di Kabupaten Mingyang sangat bagus, Qingshan Garden terletak di bagian timur kota, luasnya seribu hektar, merupakan salah satu tempat yang sangat disukai oleh para penduduk.
Pukul satu lebih dini hari, tidak ada seorang pun di taman.
Maxon seperti hantu yang muncul di tengah bukit di dalam taman itu, dan mulai melatih ilmu tinju dari Seni Surga, Bumi, Neraka, dan Alam Baka, yaitu Tinju Lima Naga.
Saat melatih Tinju Lima Naga ini, suaranya sangat keras, Maxon terpaksa harus menjari tempat yang sangat terpencil untuk latiha, jika tidak pasti ia akan membangunkan tetangga-tetangganya.
Tinju Lima Naga, seperti namanya, inti dari ilmu itu adalah lima naga di dalam tubuh, tulang belakang adalah seekor naga besar, dan tangan serta kakinya adalah empat naga kecil, begitu lima naga itu bersatu, akan menjadi sangat hebat!
Tinju Lima Naga Maxon sudah ia latih selama satu tahun lebih, naga besar pertama, yaitu tulang punggungnya, sudah selesai ia latih, oleh karena itu saat tubuhnya melengkung, ia tampak seperti seekor naga raksasa yang sangat kuat dan tak terkalahkan!
Saat ini, ia sedang melatih kedua naga kecil di kedua lengannya, begitu selesai dilatih, ia dapat memanjangkan dan memendekkan tangannya dengan bebas, kemampuan tinjunya akan sehebat dewa! Setelah berlatih selama setengah tahun lebih, kedua lengannya sudah kurang lebih cukup, sisanya hanya kakinya saja.
Di dalam kegelapan malam, Maxon bak seekor naga, berjalan ke sana kemari, kedua lengannya tampak seperti dua ekor naga, seperti campuk, seperti palu, seperti pedang, seperti tongkat, ditambah dengan perubahan jari-jari dan telapak tangannya, berubah-ubah sesuka hati.
Tanpa terasa tiga jam lebih pun berlalu, setelah hari mulai terang, barulah Maxon berhenti. Saat itu, reiki di sekujur tubuhnya sedang membara, nadi-nadinya sangat lancar, di atas kepalanya ada sebuah uap air yang tipis dan lurus.
Sambil membungkukkan badannya, Maxon menyimpan kekuatannya perlahan-lahan, lalu hendak turun bukit pulang ke rumah.
Tiba-tiba, datang seorang pria tua dan seorang gadis muda dari atas bukit perlahan-lahan. Orang yang tua mengenakan pakaian bela diri bewarna putih perak, menggunakan sepatu kain kuno, wajahnya putih tak berjenggot, kelihatannya enam puluh tahun lebih, sangat penuh dengan semangat.
Gadis muda di sebelahnya tampak berumur sekitar sembilan belas atau dua puluh tahun, tubuhnya kurus kecil, wajahnya tampak cantik, kakinyas angat panjang, mengenakan pakaian bela diri warna ungu terang.
Melihat ada orang di depan, mereka pun berjalan ke arah sebuah gazebo yang berada di sebelah kiri yang tak jauh dari mereka, di sana ada sebuah lapangan besar, cocok untuk melakukan aktivitas.
Maxon melihat mereka sejenak, juga tidak memedulikannya, terus menyimpan kembali energinya. Setelah beraktivitas, aliran darah dan udara sangat lancar, reiki pun ikut bertambah, merupakan kesempatan yang sangat baik untuk melatih reiki, tidak boleh disia-siakan.
Setengah jam kemudian, ada beberapa orang tua yang turun dari bukit, Maxon juga sudah selesai menyimpan energinya dan hendak pulang. Ia turun ke bawah beberapa anak tangga, matanya melirik sedikit ke arah sana dan melihat teknik telapak tangan gadis tadi yang sangat lembut.
Telapak tangannya putih seperti giok putih, sangat cantik dan imut, semua pria yang melihatnya, ingin sekali merabanya.
Ia pun terhenti sejenak, dan melihatnya dengan seksama, dengan Eye of Dimensionnya, seketika ia pun menyadari bahwa berlatih ilmu bela diri seperti ini sangatlah tidak baik.
"Berlatih Kekuatan Yin seperti itu melukai diri sendiri dan orang lain, untuk apa bersusah payah berlatih?" Maxon menggeleng-gelengkan kepalanya, memutuskan untuk tidak ikut campur dan melanjutkan perjalanannya turun bukit.
Telinga sang petua sangat tajam, ia mendengar gumaman Maxon tadi, jantungnya pun berdetak kencang, dan segera melihat ke arahnya dan berteriak, "Anak muda, berhenti sebentar!"
Maxon pun berhenti, pendengaran pria tua ini lumayan juga, ia bisa mendengarnya, jadi sebaiknya ia mengajarinya sedikit saja.
Pria tua itu menarik sang gadis berjalan beberapa langkah kemari, lalu tersenyum, "Tadi kudengar dari anak muda, berlatih Kekuatan Yin seperti ini melukai diri sendiri dan orang lain, mohon penjelasannya."
Maxon mengangguk, "Sebenarnya tidak ada apa-apa, gadis ini sedang berlatih Kekuatan Yin dengan lembut, tapi cara berlatihnya tidak benar, dan dapat merusak saraf paru-paru, lama-kelamaan akan sangat mudah untuk memperpendek usia."
Begitu mendengarnya, gadis itu pun marah besar, "Bicara sembarangan apa kau ini? Akan merusak saraf paru-paru apanya, memperpendek usia apanya, aku masih sehat-sehat saja!"
Melihat sifatnya yang pemarah itu, Maxon menaikkan pundaknya, "Anggap saja aku tidak mengatakannya." Lalu, ia pun langsung turun bukit.
Sang petua sebenarnya ingin menghentikannya, tapi setelah berpikir sejenak, ia pun menggelengkan kepalanya dan menyerah.
Gadis itu berkata dengan kesal, "Orang tidak mengerti yang berpura-pura mengerti seperti ini banyak sekali!"
Sang petua berkata, "Stella, lain kali jangan bicara pada orang lain seperti itu, kalau seperti itu akan mudah untuk mendapatkan musuh."
Gadis itu berkata, "Huh, orang seperti dia yang mulutnya penuh dengan kebohongan itu, aku tidak peduli."
Sang petua menggelengkan kepalanya, tepat saat ia hendak kembali ke gazebo, wajahnya tiba-tiba berubah, matanya menatap ke arah bawah.
Sang gadis bertanya dengan penasaran, "Kakak, kau kenapa?"
Kepala sang petua itu penuh dengan keringat dingin, lalu berkata, "Orang hebat, orang hebat tiada tara!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved