Bab 13 Alexia Shen, Menikahlah Denganku

by Ryee 10:01,Sep 16,2021
Aku melihat Ibu yang memaki Maria sambil memukulinya dengan tercengang, tak kusangka, Ibu yang biasanya sangat tenang dan baik hati ternyata memiliki sisi yang sangat kuat seperti ini, aku bertatapan sejenak dengan Aleks di sebelah, ia menelan air ludahnya, namun aku tak tahan untuk tersenyum.

Sekujur tubuh Maria babak belur, ia berlari sambil berteriak, Ibu pun melempar sepatunya yang solnya sudah lepas itu ke tanah dan berkata, "Maaf membuat kalian bising, wanita tak tahu diri ini sudah sering memfitnah putriku, benar-benar keterlaluan, sampai-sampai aku harus membereskannya, putriku memang bekerja di bar, tapi uang yang ia dapatkan adalah uang hala, ia tidak mecuri, tidak merampok, tidak menipu, pekerjaannya tidak lebih rendah dari pekerjaan orang lain, mulai hari ini, aku harap tidak akan ada orang yang berkata yang bukan-bukan lagi, kalau sampai aku mendengar sesuatu, jangan salahkan aku nanti."

Perkataannya ini sangat teguh dan tegas, semua orang di sana pun saling bertatapan, mereka tercengang dan tidak ada seorang pun yang berkata sesuatu.

Setelah kembali ke rumah bersama Ibu, Ibu pun bertanya padaku dengan gemetaran, "Aku tadi...... tidak mempermalukan diriku kan?"

Aku dan Aleks saling bertatapan, lalu mengangkat jempol kami, "Ibu benar-benar hebat!"

Setelah itu barulah Ibu menepuk-nepuk dadanya dan berkata, "Untung saja, untung saja, kaget sekali aku tadi, aku harus istirahat sebentar......"

Aku dan Aleks, "......"

Ternyata hanya akting saja.

Setelah melewati hal ini, aku pun menyadari, manusia adalah makhluk yang suka menindas yang lemah dan takut akan yang kuat, entah Keluarga Yu yang aneh itu atau para tetanggaku ini, kalau ditindas terus pasti selalu ditertawai, karena kita tidak memiliki kekuatan untuk melawan, kalau tidak ingin ditekan oleh mereka, kita harus berubah menjadi kuat, kalau kita sendiri kuat, tidak akan ada orang yang berani merendahkan dirimu.

Setelah mengeluarkan kekesalanku, perasaanku pun cukup senang, setelah makan, aku mengambil handphone-ku dan bersembunyi di balkon untuk menelepon Tavis, aku ingin membagikan pengalamanku barusan dengannya.

Setelah menekan tombol panggil, beberapa saat kemudian barulah telepon itu tersambung, Tavis berbisik dan berkata, "Ada apa?"

Aku pun langsung menyadari bahwa ada yang salah, perkataan yang sudah sampai di ujung lidahku pun aku telan kembali, "Tidak apa-apa, aku hanya ingin bertanya kau sedang apa......"

Tavis ragus sejenak,, lalu bertanya, "Apa kau bisa kemari sebentar? Ke courtyard house ini, ada hal yang perlu bantuanmu."

Aku sangat bersemangat dan langsung mengiyakannya, akhirnya aku memiliki kesempatan untuk membalas budi, mana mungkin aku tidak mengiyakannya.

Setelah menutup telepon dan berpamitan pada Ibu, aku pun segera keluar, lalu pergi ke courtyard house dengan taksi.

Setelah sampai di courtyard house, Tavis sedang menungguku di luar, begitu aku turun, ia langsung menarikku masuk ke dalam, sambil berjalan ia berbisik padaku, "Kakekku sedang sakit, entah apapun yang kukatakan nanti, kau hanya perlu mengiyakannya saja, jangan menolak, mengerti?"

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku dengan setengah mengerti dan setengah bingung, perasaanku juga ikut tegang.

Setelah masuk ke dalam courtyard house, Tuan Besar sedang berbaring di atas ranjang, wajahnya tampak sangat pucat, hanya beberapa hari saja, tubuhnya sudah berubah menjadi seperti pohon yang sangat kering, seketika tampak sangat lemah, Nyonya Besar duduk di samping ranjang dengan wajahnya yang sangat muram, mereka saling bergandengan tangan.

Mendengar ada orang yang masuk, Nenek Lu pun segera melihat ke arahku, wajahnya tak berekspresi, ia hanya menganggukkan kepalanya untuk menyapaku, Tavis menarikku dan berlutut di depan ranjang, dengan pelan ia berkata, "Kakek, aku datang membawa Alexia untuk menemui Kakek."

Tuan Besar membuka matanya sekuat tenaga, saat ia melihatku, ia pun tersenyum, "Alexia."

Ia melepaskan tangan Nenek Lu, lalu mengulurkan tangannya padaku.

Tavis memberiku tanda, dan aku pun menggenggam tangan Tuan Besar dengan pelan, tangannya sangat dingin, seolah suhu tubuhnya kian terlepas dari tubuhnya.

"Kakek." Aku memanggilnya dengan pelan, suasana di sini sangat menekan, sepertinya kalau berbicara dengan suara yang keras akan membuatnya terkejut.

Kakek Lu tersenyum menatapku, matanya berkaca-kaca, namun kesadarannya sangat baik, ia menarik nafas dalam-dalam dan bertanya padaku, "Alexia, apa kau menyukai Tavis kami?"

Aku tercengang, lalu segera menatap ke arah Tavis.

Tavis pun menyenggolku dengan siku tangannya di tempat Kakek Lu tidak kelihatan, aku segera mengangguk dengan tenang, "Suka, suka, sangat suka."

"Sudah kuduga." Senyuman Tuan Besar semakin lebar, "Cucu tengil kami ini tidak punya kelebihan lain, selain wajahnya yang tampan, mirip seperti aku dulu, kalau kau juga menyukainya, kenapa kalian masih tidak menikah?"

Aku dan Tavis tercengang, lalu saling bertatapan dengan bingung, tatapan mata kita tampak sangat aneh.

Tavis pura-pura batuk, "Kakek, aku dan Alexia belum lama kenal, kita masih ingin saling mengenal satu sama lain...... Kita tidak usah terburu-buru, benar kan."

"Hidup orang itu hanya sepanjang itu saja, ada hal yang kalau tidak terburu-buru, nanti sudah tidak ada kesempatan lagi." Nada bicara Tuan Besar terdengar serius, "Kau juga jangan terlalu pemilih, kurasa Alexia juga sangat baik, penurut, bisa masak, sangat menyukaimu juga, kalau rupanya, meskipun tidak cantik seperti wanita-wanita zaman sekarang, tapi aku sangat suka melihatnya, Tavis, dia saja."

Tavis mengerutkan keningnya dalam-dalam, tak berkata apa-apa.

Tuan Besar agak sedikit tidak senang, "Bukankah kau juga berkata bahwa kau menyukainya, mengapa kau malah tidak senang menikah dengannya?"

Aku tercengang, Tavis menyukaiku?

Tapi aku pun langsung mengerti, sepertinya Tavis mengatakannya sembarangan untuk menghibur Tuan Besar, dengan kondisi Tuan Besar yang seperti ini, sebagai cucu, Tavis pasti berusaha keras untuk membuatnya senang.

Aku pun segera menjelaskan, "Kakek, sebenarnya Tavis sudah pernah melamarku sebelumnya, tapi karena alasan pribadiku, aku tidak bisa menyetujuinya, oleh karena itu semuanya tertunda, jangan salahkan Tavis."

"Alasanm pribadimu? Kau kenapa?"

Aku mengerutkan keningku, lalu berkata dengan pelan, "Aku sudah pernah bercerai."

Tuan Besar sedikit tercengang, lalu tersenyum lagi, "Masalah kecil, Tavis bersedia untuk bersamamu, itu artinya dia tidak peduli akan hal itu, kalau begitu kau juga tidak perlu memikirkannya, yang lalu biarlah berlalu, masa depan kalian berdualah yang lebih nyata."

"Bukan begitu, Kakek, aku merasa sangat merugikan Tavis......"

"Kakek." Tavis tiba-tiba memotong perkataanku, lalu menarikku berdiri, "Tunggu kami."

Lalu ia pun menarikku berlari keluar.

Aku ditarik keluar dari courtyard house oleh Tavis, lalu naik ke atas mobil yang berhenti di depan pintu, lalu menyuruhku untuk segera memasang sabuk pengaman, baru saja aku duduk, ia langsung menginjak gasnya dengan kencang, mobil pun melaju ke depan, kecepatannya membuatku sangat merinding.

"Ke mana?" tanyaku ketakutan.

"Ke rumahmu." kata Tavis, "Nanti kau pergi ambil kartu identitas dan kartu keluargamu, punyaku akan langsung dikirimkan ke kantor sipil, kita......"

"Tungggu!" Aku memotongnya, dengan panik aku bertanya, "Apa yang akan kita lakukan? Apa yang akan kau lakukan?"

"Menikah!" kata Tavis, "Kakekku sudah tidak punya banyak waktu lagi, harapan terakhirnya adalah melihatku memiliki keluargaku sendiri, aku harus memberinya jawaban, Alexia Shen, menikahlah denganku!"

"......" Mataku terbelalak lebar, suaraku terbata-bata, "Tavis Lu, tenanglah."

"Aku sangat tenang." Tavis menjawab perkataanku di mulutnya, namun ia sama sekali tidak melihatku, kecepatan mobilnya juga sama sekali tidak berkurang.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

305