Bab 12 Maria Zhang Datang Membuat Onar
by Ryee
10:01,Sep 16,2021
Seketika tubuhku pun penuh dengan keringat, aku merasa sangat tegang sampai-sampai tanganku gemetaran, "Ah...... Apa yang ingin dia lakukan? Mengapa dia mengikutiku? Aku benar-benar tidak tahu!"
Tavis terdiam sejenak, lalu berkata, "Tak usah kau pedulikan, yang jelas sekarang dia tidak akan mengikutimu lagi, satu lagi, kalau keluarganya mencari masalah denganmu, berpura-puralah tuli dan bisu, mereka tidak akan menemukan bukti bahwa kitalah yang melakukan hal ini."
"...... Baik." Hatiku terasa sedikit tenang.
Jujur saja, mungkin karena aku sudah tidak berharap pada Robin, setelah mendengar bahwa dia kecelakaan tapi tidak akan mati, aku tidak begitu khawatir, bahkan sedikit merasa lega, semua yang ia dapatkan sekarang adalah hasil dari ulahnya sendiri.
Setelah menenangkan emosiku, aku pun mengganti pakaianku dan pergi ke rumah sakit.
Sesampai di rumah sakit, ibuku pun bertanya, "Alexia, apa kau sedang berpacaran?"
Aku tercengang, "Tidak kok."
"Kalau begitu siapa pria yang membayarkan biaya rumah sakitku itu?"
Kepalaku sakit, pasti Aleks yang berkata yang tidak-tidak pada ibu, dengan sabar aku berkata, "Kita hanya teman saja, Bu, jangan berpikir aneh-aneh."
"Teman biasa saja akan bersikap sebaik ini padamu?"
Aku membentangkan tanganku dengan kesal, "Menurut Ibu, dengan rupa putrimu yang seperti sekarang ini, apa dia akan jatuh cinta padaku?"
Ibu terdiam, lalu menghela nafas, "Benar juga."
Aku, "......"
Aku menanyakan kondisi penyakit ibuku pada dokter, kata dokter sudah tidak ada masalah, hari ini mereka bisa mengurus prosedur keluar rumah sakit, namun setelah pulang ke rumah, ia harus tetap beristirahat selama beberapa saat.
Aku mengurus prosedur keluar rumah sakit ibuku, lalu menjemputnya pulang bersama dengan Aleks.
Setelah kembali ke Distrik Beicheng, belum sampai kami masuk ke dalam gang, kami pun mendengar suara keributan dari dalam, aku dan Aleks bertatapan sejenak, ada perasaan tidak enak di dalam hatiku.
Aku menyerahkan ibu pada Aleks, lalu berkata, "Bawa Ibu ke supermarket untuk membeli sayur sebentar, keadaan rumah terlalu berantakan, aku akan membereskannya terlebih dahulu."
Aleks juga sangat kooperatif, ia langsung menarik Ibu, Ibu berkata dengan bingung, "Kita sudah sampai di depan rumah, untuk apa membeli sayur?"
Aku mendorongnya keluar, "Tak usah Ibu pedulikan, jangan lupa untuk membeli kubis yang kusukasi, cepat pergi, cepat pergi."
Aleks juga menariknya keluar sekuat tenaga, Ibu tidak bisa melawan kami, oleh karena itu ia pun ikut pergi bersama Aleks.
Aku berdiri di depan gang, mendengar suara makian dari dalam sana, setelah mengumpulkan energiku, aku pun melipat lengan bajuku dan masuk ke dalam.
Begitu masuk ke dalam, semua tetangga yang datang untuk melihat keramaian pun menatap ke arahku, menatapku tanpa berkedip, aku pun mempercepat langkah kakiku, ternyata benar, aku melihat Maria yang sedang berkacak pinggang sambil memaki-maki di depan pintu rumahku, ia memberi pidato panjang lebar sampai air ludahnya bertebaran ke mana-mana, para tetangga di sekitar pun juga mendengarkannya dengan sangat tertarik.
Begitu aku muncul, Maria pun segera melirik ke arahku, lalu menuding hidungku dan berkata, "Dasar tidak tahu malu, kau masih berani muncul juga, katakan, apa kau menyuruh orang untuk menabrak Robin? Kenapa kau sesadis ini? Apa kau tidak bisa melihatnya hidup dengan tenang?"
Kalau dulu, dimaki-maki oleh Maria seperti ini, aku pasti sudah menundukkan kepalaku dan terus-terusan meminta maaf, tapi kali ini, melihat wajahnya yang muram itu, aku hanya merasa sangat jijik.
Sudah berapa banyak kekesalan yang kuterima dari wanita ini, aku benar-benar sangat menyesalinya, demi seseorang yang tidak berharga, aku memberikan harga diriku ke bawah telapak kaki orang itu, mereka juga menginjak-injaknya tanpa belas kasihan sedikit pun, aku telah membiarkan mereka bersenang-senang di atas penderitaanku, aku ini benar-benar bodoh.
Begitu wanita yang bodoh tersadar, kekuatannya pasti akan jauh lebih kuat dari wanita yang sadar, aku selalu percaya akan hal itu.
Aku menatap Maria dengan tenang, "Bukankah Robin yang menabrak mobil orang lain? Kenapa malah aku yang menyuruh orang untuk menabraknya?"
Maria tertegun, sepertinya ia tidak menyangka bahwa aku akan berkata setenang ini padanya, ia menyipitkan matanya, "Kalau bukan kau yang merencanakan kecelakaan itu, kenapa kau bisa tahu bahwa dia menabrak orang, bukan orang yang menabrak dia?"
"Kenapa aku bisa tahu?" Aku tertawa dingin, "Menantumu yang baik itu meneleponku pagi-pagi, menangis dan berkata bahwa Robin hampir mati, menurutmu kenapa aku bisa tahu? Kalau kalian sekeluarga merasa bahwa akulah yang melakukan hal itu, mohon tunjukkan buktinya, kalau tidak bisa, semua perkataanmu hari ini di sini akan menjadi bukti yang kuat, semua tetangga yang ada di sini adalah saksinya, aku bisa melaporkanmu melakukan pencemaran nama baik!"
Begitu mendengar perkataanku yang sangat logis, seketika Maria pun ketakutan, "Robin tidak pernah membuat dendam dengan orang lain, dia hanya punya masalah denganmu saja, lagipula tempatnya kecelakaan juga berada di sekitar bar tempat kau bekerja, kau tak mungkin berkata bahwa semua itu adalah kebetulan kan?"
Aku tertawa, "Karena ada masalah denganku, berarti semua ini akulah yang melakukannya? Kemarin aku kehilangan yang, aku hanya memiliki masalah dengan Robin, kalau begitu apa aku bisa mengatakan bahwa dia yang mencurinya? Satu lagi, mengapa dia bisa berada di sekitar bar tempatku bekerja malam-malam seperti itu? Kalau bukan karena dia memiliki rencana jahat, apa mungkin aku yang menariknya keluar dari rumah dan membuatnya tertabrak? Kalau ingin memfitnah, fitnahlah dengan baik!"
Wajah Maria tampak sangat muram, ia menunjuk hidungku dan berkata, "Jangan harap kau bisa mengelak dengan mudah, setelah aku menyuruh orang untuk mengeluarkan CCTV nanti, aku ingin lihat bagaimana kau akan mengelaknya!"
Aku menatapnya dengan dingin, "Keluarkan saja, bersihkan nama baikku, aku juga tidak akan mudah difitnah seperti ini!"
Maria sangat kesal, ia memakiku, "Dasar pelacur tak tahu malu, untung saja Robin menceraikanmu di waktu yang tepat, bukannya belajar hal-hal yang baik, malah menjual alkohol di bar, uang yang kau dapatkan adalah uang yang kotor, apa kau tidak takut terkena penyakit."
Begitu perkataan itu keluar, suasana pun berubah seketika.
Hanya keluargaku saja yang tahu bahwa aku bekerja di bar, setelah kejadian Anna dan Robin waktu itu, meskipun para tetangga sekitar tidak berkata apa-apa, namun sepertinya mereka tahu bahwa pekerjaanku sekarang berhubungan dengan bar, apalagi aku selalu pergi malam dan pulang pagi, "wanita penjual alkohol" adalah sebuah kata yang mudah disandingkan dengan hal-hal yang bukan-bukan, setelah mendengar makian Maria ini, aku pun merasa para tetangga menatapku dengan sangat tajam.
Aku mendengar percakapa para tetangga yang bukan-bukan tentangku, setelah dipermalukan dalam waktu singkat iin, aku benar-benar merasa sangat kesal, kehidupanku sudah sangat parah, kalau aku selalu peduli pada ucapan orang-orang di sekitarku, apa aku masih akan tetap hidup?
Lalu aku pun menyipitkan mataku dan melihat Maria, "Kenapa memangnya kalau menjual alkohol? Aku mencuri atau merampok? Guru SMA yang mulutnya kotor sepertimu ini memangnya lebih tinggi dari aku? Seorang guru panutan tapi mulutnya kotor seperti itu, apa kau tidak takut menjerumuskan murid-muridmu!"
"Setidaknya aku tidak menjual diri keluar!" Maria mendapatkan kepercayaan dirinya lagi, ia menatapku dengan bangga, "Ckckck, sepertinya setelah berpisah dengan Robin, kau benar-benar tidak bisa hidup lagi, dulu setidaknya kau adalah karyawan bank, tapi sekarang? Selain menjual diri keluar, apa yang bisa kau lakukan?"
Dia sengaja menekankan kata "jual" ini.
Aku merasa semua aliran darahku mengalir ke kepalaku.
Baru saja aku hendak membuka mulut untuk membalasnya, tiba-tiba ibuku masuk dari gerombolan orang-orang itu, jelas sekali dia telah mendengar ucapannya yang tadi, ia benar-benar sangat kesal sampai gemetaran, tanpa panjang lebar, ia melepaskan sepatunya dan ia pukulkan ke wajah Maria, sambil memukulinya ia berkata, "Dasar wanita jalang, siapa yang menyuruhmu memfitnah putriku, apa kau mengira aku sudah mati? Putriku bekerja di bar dengan sangat baik, apa dia mengganggumu? Dia telah menggali kubur leluhurmu atau sudah membongkar tanah rumahmu? Siapa yang menyuruhmu melempar kotoran sembarangan, aku akan meyobek mulutmu ini......"
Tavis terdiam sejenak, lalu berkata, "Tak usah kau pedulikan, yang jelas sekarang dia tidak akan mengikutimu lagi, satu lagi, kalau keluarganya mencari masalah denganmu, berpura-puralah tuli dan bisu, mereka tidak akan menemukan bukti bahwa kitalah yang melakukan hal ini."
"...... Baik." Hatiku terasa sedikit tenang.
Jujur saja, mungkin karena aku sudah tidak berharap pada Robin, setelah mendengar bahwa dia kecelakaan tapi tidak akan mati, aku tidak begitu khawatir, bahkan sedikit merasa lega, semua yang ia dapatkan sekarang adalah hasil dari ulahnya sendiri.
Setelah menenangkan emosiku, aku pun mengganti pakaianku dan pergi ke rumah sakit.
Sesampai di rumah sakit, ibuku pun bertanya, "Alexia, apa kau sedang berpacaran?"
Aku tercengang, "Tidak kok."
"Kalau begitu siapa pria yang membayarkan biaya rumah sakitku itu?"
Kepalaku sakit, pasti Aleks yang berkata yang tidak-tidak pada ibu, dengan sabar aku berkata, "Kita hanya teman saja, Bu, jangan berpikir aneh-aneh."
"Teman biasa saja akan bersikap sebaik ini padamu?"
Aku membentangkan tanganku dengan kesal, "Menurut Ibu, dengan rupa putrimu yang seperti sekarang ini, apa dia akan jatuh cinta padaku?"
Ibu terdiam, lalu menghela nafas, "Benar juga."
Aku, "......"
Aku menanyakan kondisi penyakit ibuku pada dokter, kata dokter sudah tidak ada masalah, hari ini mereka bisa mengurus prosedur keluar rumah sakit, namun setelah pulang ke rumah, ia harus tetap beristirahat selama beberapa saat.
Aku mengurus prosedur keluar rumah sakit ibuku, lalu menjemputnya pulang bersama dengan Aleks.
Setelah kembali ke Distrik Beicheng, belum sampai kami masuk ke dalam gang, kami pun mendengar suara keributan dari dalam, aku dan Aleks bertatapan sejenak, ada perasaan tidak enak di dalam hatiku.
Aku menyerahkan ibu pada Aleks, lalu berkata, "Bawa Ibu ke supermarket untuk membeli sayur sebentar, keadaan rumah terlalu berantakan, aku akan membereskannya terlebih dahulu."
Aleks juga sangat kooperatif, ia langsung menarik Ibu, Ibu berkata dengan bingung, "Kita sudah sampai di depan rumah, untuk apa membeli sayur?"
Aku mendorongnya keluar, "Tak usah Ibu pedulikan, jangan lupa untuk membeli kubis yang kusukasi, cepat pergi, cepat pergi."
Aleks juga menariknya keluar sekuat tenaga, Ibu tidak bisa melawan kami, oleh karena itu ia pun ikut pergi bersama Aleks.
Aku berdiri di depan gang, mendengar suara makian dari dalam sana, setelah mengumpulkan energiku, aku pun melipat lengan bajuku dan masuk ke dalam.
Begitu masuk ke dalam, semua tetangga yang datang untuk melihat keramaian pun menatap ke arahku, menatapku tanpa berkedip, aku pun mempercepat langkah kakiku, ternyata benar, aku melihat Maria yang sedang berkacak pinggang sambil memaki-maki di depan pintu rumahku, ia memberi pidato panjang lebar sampai air ludahnya bertebaran ke mana-mana, para tetangga di sekitar pun juga mendengarkannya dengan sangat tertarik.
Begitu aku muncul, Maria pun segera melirik ke arahku, lalu menuding hidungku dan berkata, "Dasar tidak tahu malu, kau masih berani muncul juga, katakan, apa kau menyuruh orang untuk menabrak Robin? Kenapa kau sesadis ini? Apa kau tidak bisa melihatnya hidup dengan tenang?"
Kalau dulu, dimaki-maki oleh Maria seperti ini, aku pasti sudah menundukkan kepalaku dan terus-terusan meminta maaf, tapi kali ini, melihat wajahnya yang muram itu, aku hanya merasa sangat jijik.
Sudah berapa banyak kekesalan yang kuterima dari wanita ini, aku benar-benar sangat menyesalinya, demi seseorang yang tidak berharga, aku memberikan harga diriku ke bawah telapak kaki orang itu, mereka juga menginjak-injaknya tanpa belas kasihan sedikit pun, aku telah membiarkan mereka bersenang-senang di atas penderitaanku, aku ini benar-benar bodoh.
Begitu wanita yang bodoh tersadar, kekuatannya pasti akan jauh lebih kuat dari wanita yang sadar, aku selalu percaya akan hal itu.
Aku menatap Maria dengan tenang, "Bukankah Robin yang menabrak mobil orang lain? Kenapa malah aku yang menyuruh orang untuk menabraknya?"
Maria tertegun, sepertinya ia tidak menyangka bahwa aku akan berkata setenang ini padanya, ia menyipitkan matanya, "Kalau bukan kau yang merencanakan kecelakaan itu, kenapa kau bisa tahu bahwa dia menabrak orang, bukan orang yang menabrak dia?"
"Kenapa aku bisa tahu?" Aku tertawa dingin, "Menantumu yang baik itu meneleponku pagi-pagi, menangis dan berkata bahwa Robin hampir mati, menurutmu kenapa aku bisa tahu? Kalau kalian sekeluarga merasa bahwa akulah yang melakukan hal itu, mohon tunjukkan buktinya, kalau tidak bisa, semua perkataanmu hari ini di sini akan menjadi bukti yang kuat, semua tetangga yang ada di sini adalah saksinya, aku bisa melaporkanmu melakukan pencemaran nama baik!"
Begitu mendengar perkataanku yang sangat logis, seketika Maria pun ketakutan, "Robin tidak pernah membuat dendam dengan orang lain, dia hanya punya masalah denganmu saja, lagipula tempatnya kecelakaan juga berada di sekitar bar tempat kau bekerja, kau tak mungkin berkata bahwa semua itu adalah kebetulan kan?"
Aku tertawa, "Karena ada masalah denganku, berarti semua ini akulah yang melakukannya? Kemarin aku kehilangan yang, aku hanya memiliki masalah dengan Robin, kalau begitu apa aku bisa mengatakan bahwa dia yang mencurinya? Satu lagi, mengapa dia bisa berada di sekitar bar tempatku bekerja malam-malam seperti itu? Kalau bukan karena dia memiliki rencana jahat, apa mungkin aku yang menariknya keluar dari rumah dan membuatnya tertabrak? Kalau ingin memfitnah, fitnahlah dengan baik!"
Wajah Maria tampak sangat muram, ia menunjuk hidungku dan berkata, "Jangan harap kau bisa mengelak dengan mudah, setelah aku menyuruh orang untuk mengeluarkan CCTV nanti, aku ingin lihat bagaimana kau akan mengelaknya!"
Aku menatapnya dengan dingin, "Keluarkan saja, bersihkan nama baikku, aku juga tidak akan mudah difitnah seperti ini!"
Maria sangat kesal, ia memakiku, "Dasar pelacur tak tahu malu, untung saja Robin menceraikanmu di waktu yang tepat, bukannya belajar hal-hal yang baik, malah menjual alkohol di bar, uang yang kau dapatkan adalah uang yang kotor, apa kau tidak takut terkena penyakit."
Begitu perkataan itu keluar, suasana pun berubah seketika.
Hanya keluargaku saja yang tahu bahwa aku bekerja di bar, setelah kejadian Anna dan Robin waktu itu, meskipun para tetangga sekitar tidak berkata apa-apa, namun sepertinya mereka tahu bahwa pekerjaanku sekarang berhubungan dengan bar, apalagi aku selalu pergi malam dan pulang pagi, "wanita penjual alkohol" adalah sebuah kata yang mudah disandingkan dengan hal-hal yang bukan-bukan, setelah mendengar makian Maria ini, aku pun merasa para tetangga menatapku dengan sangat tajam.
Aku mendengar percakapa para tetangga yang bukan-bukan tentangku, setelah dipermalukan dalam waktu singkat iin, aku benar-benar merasa sangat kesal, kehidupanku sudah sangat parah, kalau aku selalu peduli pada ucapan orang-orang di sekitarku, apa aku masih akan tetap hidup?
Lalu aku pun menyipitkan mataku dan melihat Maria, "Kenapa memangnya kalau menjual alkohol? Aku mencuri atau merampok? Guru SMA yang mulutnya kotor sepertimu ini memangnya lebih tinggi dari aku? Seorang guru panutan tapi mulutnya kotor seperti itu, apa kau tidak takut menjerumuskan murid-muridmu!"
"Setidaknya aku tidak menjual diri keluar!" Maria mendapatkan kepercayaan dirinya lagi, ia menatapku dengan bangga, "Ckckck, sepertinya setelah berpisah dengan Robin, kau benar-benar tidak bisa hidup lagi, dulu setidaknya kau adalah karyawan bank, tapi sekarang? Selain menjual diri keluar, apa yang bisa kau lakukan?"
Dia sengaja menekankan kata "jual" ini.
Aku merasa semua aliran darahku mengalir ke kepalaku.
Baru saja aku hendak membuka mulut untuk membalasnya, tiba-tiba ibuku masuk dari gerombolan orang-orang itu, jelas sekali dia telah mendengar ucapannya yang tadi, ia benar-benar sangat kesal sampai gemetaran, tanpa panjang lebar, ia melepaskan sepatunya dan ia pukulkan ke wajah Maria, sambil memukulinya ia berkata, "Dasar wanita jalang, siapa yang menyuruhmu memfitnah putriku, apa kau mengira aku sudah mati? Putriku bekerja di bar dengan sangat baik, apa dia mengganggumu? Dia telah menggali kubur leluhurmu atau sudah membongkar tanah rumahmu? Siapa yang menyuruhmu melempar kotoran sembarangan, aku akan meyobek mulutmu ini......"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved