Bab 13 Bagian 13
by Irma W
00:00,Aug 07,2021
Alex meninggalkan Emma di ruang tamu bersama Angela, sementara dirinya menyusul Stela masuk ke kamar.
“Aku sedang bicara, kenapa kau pergi?” salak Alex sesampainya di kamar.
Stela Wen mendesah dan menurunkan tangan yang semula hendak menggulung rambutnya. “Sudah kuberi alasan tadi, kan?”
Saat Alex mendekat, Alex menyadari ada sesuatu yang terjadi pada Stela Wen. Terlihat dari wajah masam dan kedua mata yang membengkak.
“Kau kenapa?” tanya Alex kemudian.
“Tidak apa-apa,” jawab Stela sambil menepis telapak tangan Alex yang hendak menyentuh wajahnya.
“Kenapa wajahmu pucat masam begitu?”
“Bukan urusanmu!”
“Stela!” hardik Alex tiba-tiba. Stela sampai membelalak kaget. “Kau jangan membuatku marah!” imbuh Alex lagi.
Stela mengeraskan rahang menahan amarah. Siapa di sini yang bersalah dan siapa yang ujung-ujungnya marah-marah?
“Untuk apa kau peduli denganku, ha?” tanya Stela. “Bukankah sudah ada Emma?”
Alex terdiam sesaat. Ia sendiri sejujurnya pulang larut semalam. Ia mendadak emosi karena saat pulang sang istri tidak berada di tempat.
“Kau itu istriku. Kau wajib ada di rumah saat aku pulang, harusnya kau paham tentang itu.”
Perkataan itu membuat Stela Wen semakin dibuat merasa kecewa. Alex sama sekali hanya memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan perasaan sang istri.
Sudah geram, Stela kini maju dan membalas kalimat itu. “Lalu, kau itu jelas suamiku, tapi kenapa kau selalu bercinta dengan wanita lain?”
Degh! Alex merasa dihantam perkataannya sendiri. Semua yang dikatakan Stela memang benar, tapi tetap saja Alex dikuasai oleh egonya yang tinggi.
“Sudah aku katakan, aku akan menikahi Emma, kan? Kau harus mengerti perasaanku.”
Stela mendecih lirih. “Lalu siapa yang akan mengerti perasaanku, ha? Apakah pria lain?”
“Apa maksudmu?” Alex mendelik. “Jangan berani kau main-main.”
“Memang siapa yang main-main?” Stela balas mendelik. “Aku bukan wanita seperti itu, tapi semua tergantung padamu.”
Setelah berkata demikian, Stela segera membuang muka. Ia kembali menggulung rambutnya lalu segera masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Alex.
Saat pintu kamar mandi baru saja tertutup, Alex berkata dengan lantang. “Maka dandanlah yang cantik supaya terlihat feminim seperti Emma.”
Stela Wen tak habis pikir bagaimana Alex bisa sesantai dan selantang itu mengatakan kalimat demikian. Dia tidak berpikir bahwa kalimat itu sangat menyakiti hati Stela.
“Cepatlah, dan segera masak untukku sarapan.”
Baru saja Stela Wen berhenti mengusap dada supaya bisa menahan diri, kalimat susulan yang diucapkan Alex akhirnya membuatnya menggeram keras. Stela mencondongkan badan hingga kedua tangannya mencengkeram tepian bak mandi dengan kuat.
“Persetan!”
Beruntung saat kalimat itu terlontar, Alex sudah ke luar dari kamar.
“Kenapa lama sekali?” tanya Emma penasaran.
Alex berjalan menuju ruang makan, mereka berdua pun mengikuti. “Tidak ada, aku hanya sedang bicara beberapa kata dengan Stela.”
“Bicara atau memarahi?” cibir Angela. Ia menyikut lengan Emma sambil menyeringai.
Alex tidak menjawab, ia duduk termenung usai meneguk segelas air putih.
“Apa ibu tidak di rumah?” tanya Alex kemudian.
“Tidak. Ibu sudah berangkat ke toko pagi sekali,” jawab Angela.
Saat obrolan di ruang makan terhenti, Stela Wen pun muncul. Semua mata tertuju padanya. Tampilan Stela yang tidak biasanya kini berhasil membuka mulut Alex lebar-lebar sampai menelan ludah.
Saat Emma menyikut lengan Alex, buru-buru Alex bergidik dan pura -pura acuh.
Di hadapan mereka kini, berdiri sosok Stela Wen yang sudah tampil cantik dan sempurna. Jika biasanya Stela selalu memakai kaos dan celana seadanya, kini ia mengenakan baju terusan span berwarna abu dengan bercorak putih berbentuk pita di bagian pinggang. Dengan demikian, lekuk tubuh Stela Wen yang bak gitar Spanyol akan sangat menggoda.
“Kalian menungguku masak kan?” tanya Stela kemudian. Ia tidak duduk tapi hanya berdiri sambil mencengkeram sandaran kursi.
Angela dan Emma sudah memasang wajah masam karena melihat tampilan Stela. Emma sangat tidak suka karena sedari tadi Alex selalu curi-curi pandang.
“Maka cepatlah masak!” hardik Angela kemudian.
Stela Wen tersenyum lalu berbalik. Ah, sungguh bagian tubuh belakang membuat Alex turn on mendadak. Dua bulatan besar dan pinggang ramping itu, sudah beberapa bulan Alex abaikan.
“Sial! Dia begitu cantik dan menggoda!” umpat Alex dalam hati.
Stela Wen kembali sambil membawa sebungkus roti tawar dan selai kacang. Kemudian Stela meletakkan di atas meja.
“Maaf ya semuanya, untuk hari ini aku enggan memasak,” ujar Stela dengan santai. “Karena ada yang bilang aku harus tampil cantik, jadi kalau ada yang lapar, maka masaklah sendiri.”
Setelah tersenyum dan mengerlingkan satu matanya ke arah Alex, Stela Wen bergegas memutar tumit dan pergi kembali ke kamarnya.
Benar-benar sial. Sesuatu di balik celana tidak bisa di pertahankan lagi. Emma yang merasa Alex sudah sangat tergoda, segera mencubit keras lengan Alex hingga menjerit.
“Kenapa kau mencubitku?” keluh Alex. “Ini sakit tahu!”
“Rasakan!” sembur Emma. “Bisa-bisanya kau terpesona dengan Stela Wen.”
“Di itu hanya berniat membuatmu kesal,” kata Angela ke arah Emma. “Jangan terlalu dipikirkan.”
“Benar,” sahut Alex. “Dan lagi, dia itu istri sahku, meski aku tergoda juga tidak masalah kan?”
Emma merengut lalu membuang muka. Ia menggigit roti dan memakannya dengan begitu cepat.
“Kau tunggu saja dulu di mobil,” pinta Alex. “Ada berkas penting yang harus kuambil.”
Usai Alex berbicara demikian, satu alis Emma terangkat. Emma merasa tidak yakin kalau Alex hendak mengambil barang penting hingga harus kembali ke kamar.
“Aku ikut,” kata Emma.
Alex melepaskan tangan Emma yang melingkar di lengannya. “Tidak usah, hanya sebentar saja.”
Emma lantas berdecak dan terpaksa menuruti perintah Alex yang memintanya masuk ke dalam mobil lebih dulu.
“Kenapa kau kembali?” tanya Angel saat melihat Alex menaiki anak tangga.
“Ada berkas penting yang tertinggal,” jawab Alex sambil berlari supaya cepat sampai di atas.
“Dasar pembohong!” gumam Angela.
Sampai di atas dan berdiri di depan pintu, Alex terlihat menyeringai. Ada maksud tertentu mengapa Alex memutuskan untuk kembali ke kamarnya.
Baru saja Peter hendak membuka pintu, Stela Wen lebih dulu membukanya.
“Sedang apa kau di sini?” tanya Stela dengan heran.
“Aku ingin menemuimu tentunya.” Alex hendak menghimpit tubuh Stela, tapi Stela sudah lebih dulu menyingkir.
“Maaf, aku ada janji dengan Jacob,” sahut Stela lalu menyerobot lewat sambil membenarkan tas selempangnya yang merosot.
“Tunggu!” Alex meraih tangan Stela. “Bukankah kau memintaku untuk datang ke sini lagi?”
Stela Wen tersenyum getir. “Siapa bilang? Aku sedang buru-buru, sebaiknya kau kembali ke mobil. Kasihan Emma sudah menunggu.”
Alex masih bersikukuh menghentikan langkah Stela. Kali ini Alex sampai meraih pinggang Stela dan merangkulnya dari belakang.
“Aku menginginkanmu sekarang,” bisik Stela di telinga Stela.
Bukannya tergoda, Stela justru merasa jijik mendengar kalimat itu. Pasalnya sudah berbulan-bulan Stela tidak mendapatkan rayuan dan sentuhan dari Alex. Namun, kenapa kini tiba-tiba dia berubah mesra?
“Alex!”
Suara hardikan itu segera membuat Alex melepas rangkulan.
“Emma? Se-sedang apa kau di sini?” tanya Alex gugup.
“Tentu saja menyusulmu!” sahut Emma.
Stela Wen yang tidak mau ikut campur, terdengar mendecih dan angkat bahu. Kemudian Stela mengibaskan rambut di hadapan Emma dan berlenggak pergi.
***
“Aku sedang bicara, kenapa kau pergi?” salak Alex sesampainya di kamar.
Stela Wen mendesah dan menurunkan tangan yang semula hendak menggulung rambutnya. “Sudah kuberi alasan tadi, kan?”
Saat Alex mendekat, Alex menyadari ada sesuatu yang terjadi pada Stela Wen. Terlihat dari wajah masam dan kedua mata yang membengkak.
“Kau kenapa?” tanya Alex kemudian.
“Tidak apa-apa,” jawab Stela sambil menepis telapak tangan Alex yang hendak menyentuh wajahnya.
“Kenapa wajahmu pucat masam begitu?”
“Bukan urusanmu!”
“Stela!” hardik Alex tiba-tiba. Stela sampai membelalak kaget. “Kau jangan membuatku marah!” imbuh Alex lagi.
Stela mengeraskan rahang menahan amarah. Siapa di sini yang bersalah dan siapa yang ujung-ujungnya marah-marah?
“Untuk apa kau peduli denganku, ha?” tanya Stela. “Bukankah sudah ada Emma?”
Alex terdiam sesaat. Ia sendiri sejujurnya pulang larut semalam. Ia mendadak emosi karena saat pulang sang istri tidak berada di tempat.
“Kau itu istriku. Kau wajib ada di rumah saat aku pulang, harusnya kau paham tentang itu.”
Perkataan itu membuat Stela Wen semakin dibuat merasa kecewa. Alex sama sekali hanya memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan perasaan sang istri.
Sudah geram, Stela kini maju dan membalas kalimat itu. “Lalu, kau itu jelas suamiku, tapi kenapa kau selalu bercinta dengan wanita lain?”
Degh! Alex merasa dihantam perkataannya sendiri. Semua yang dikatakan Stela memang benar, tapi tetap saja Alex dikuasai oleh egonya yang tinggi.
“Sudah aku katakan, aku akan menikahi Emma, kan? Kau harus mengerti perasaanku.”
Stela mendecih lirih. “Lalu siapa yang akan mengerti perasaanku, ha? Apakah pria lain?”
“Apa maksudmu?” Alex mendelik. “Jangan berani kau main-main.”
“Memang siapa yang main-main?” Stela balas mendelik. “Aku bukan wanita seperti itu, tapi semua tergantung padamu.”
Setelah berkata demikian, Stela segera membuang muka. Ia kembali menggulung rambutnya lalu segera masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Alex.
Saat pintu kamar mandi baru saja tertutup, Alex berkata dengan lantang. “Maka dandanlah yang cantik supaya terlihat feminim seperti Emma.”
Stela Wen tak habis pikir bagaimana Alex bisa sesantai dan selantang itu mengatakan kalimat demikian. Dia tidak berpikir bahwa kalimat itu sangat menyakiti hati Stela.
“Cepatlah, dan segera masak untukku sarapan.”
Baru saja Stela Wen berhenti mengusap dada supaya bisa menahan diri, kalimat susulan yang diucapkan Alex akhirnya membuatnya menggeram keras. Stela mencondongkan badan hingga kedua tangannya mencengkeram tepian bak mandi dengan kuat.
“Persetan!”
Beruntung saat kalimat itu terlontar, Alex sudah ke luar dari kamar.
“Kenapa lama sekali?” tanya Emma penasaran.
Alex berjalan menuju ruang makan, mereka berdua pun mengikuti. “Tidak ada, aku hanya sedang bicara beberapa kata dengan Stela.”
“Bicara atau memarahi?” cibir Angela. Ia menyikut lengan Emma sambil menyeringai.
Alex tidak menjawab, ia duduk termenung usai meneguk segelas air putih.
“Apa ibu tidak di rumah?” tanya Alex kemudian.
“Tidak. Ibu sudah berangkat ke toko pagi sekali,” jawab Angela.
Saat obrolan di ruang makan terhenti, Stela Wen pun muncul. Semua mata tertuju padanya. Tampilan Stela yang tidak biasanya kini berhasil membuka mulut Alex lebar-lebar sampai menelan ludah.
Saat Emma menyikut lengan Alex, buru-buru Alex bergidik dan pura -pura acuh.
Di hadapan mereka kini, berdiri sosok Stela Wen yang sudah tampil cantik dan sempurna. Jika biasanya Stela selalu memakai kaos dan celana seadanya, kini ia mengenakan baju terusan span berwarna abu dengan bercorak putih berbentuk pita di bagian pinggang. Dengan demikian, lekuk tubuh Stela Wen yang bak gitar Spanyol akan sangat menggoda.
“Kalian menungguku masak kan?” tanya Stela kemudian. Ia tidak duduk tapi hanya berdiri sambil mencengkeram sandaran kursi.
Angela dan Emma sudah memasang wajah masam karena melihat tampilan Stela. Emma sangat tidak suka karena sedari tadi Alex selalu curi-curi pandang.
“Maka cepatlah masak!” hardik Angela kemudian.
Stela Wen tersenyum lalu berbalik. Ah, sungguh bagian tubuh belakang membuat Alex turn on mendadak. Dua bulatan besar dan pinggang ramping itu, sudah beberapa bulan Alex abaikan.
“Sial! Dia begitu cantik dan menggoda!” umpat Alex dalam hati.
Stela Wen kembali sambil membawa sebungkus roti tawar dan selai kacang. Kemudian Stela meletakkan di atas meja.
“Maaf ya semuanya, untuk hari ini aku enggan memasak,” ujar Stela dengan santai. “Karena ada yang bilang aku harus tampil cantik, jadi kalau ada yang lapar, maka masaklah sendiri.”
Setelah tersenyum dan mengerlingkan satu matanya ke arah Alex, Stela Wen bergegas memutar tumit dan pergi kembali ke kamarnya.
Benar-benar sial. Sesuatu di balik celana tidak bisa di pertahankan lagi. Emma yang merasa Alex sudah sangat tergoda, segera mencubit keras lengan Alex hingga menjerit.
“Kenapa kau mencubitku?” keluh Alex. “Ini sakit tahu!”
“Rasakan!” sembur Emma. “Bisa-bisanya kau terpesona dengan Stela Wen.”
“Di itu hanya berniat membuatmu kesal,” kata Angela ke arah Emma. “Jangan terlalu dipikirkan.”
“Benar,” sahut Alex. “Dan lagi, dia itu istri sahku, meski aku tergoda juga tidak masalah kan?”
Emma merengut lalu membuang muka. Ia menggigit roti dan memakannya dengan begitu cepat.
“Kau tunggu saja dulu di mobil,” pinta Alex. “Ada berkas penting yang harus kuambil.”
Usai Alex berbicara demikian, satu alis Emma terangkat. Emma merasa tidak yakin kalau Alex hendak mengambil barang penting hingga harus kembali ke kamar.
“Aku ikut,” kata Emma.
Alex melepaskan tangan Emma yang melingkar di lengannya. “Tidak usah, hanya sebentar saja.”
Emma lantas berdecak dan terpaksa menuruti perintah Alex yang memintanya masuk ke dalam mobil lebih dulu.
“Kenapa kau kembali?” tanya Angel saat melihat Alex menaiki anak tangga.
“Ada berkas penting yang tertinggal,” jawab Alex sambil berlari supaya cepat sampai di atas.
“Dasar pembohong!” gumam Angela.
Sampai di atas dan berdiri di depan pintu, Alex terlihat menyeringai. Ada maksud tertentu mengapa Alex memutuskan untuk kembali ke kamarnya.
Baru saja Peter hendak membuka pintu, Stela Wen lebih dulu membukanya.
“Sedang apa kau di sini?” tanya Stela dengan heran.
“Aku ingin menemuimu tentunya.” Alex hendak menghimpit tubuh Stela, tapi Stela sudah lebih dulu menyingkir.
“Maaf, aku ada janji dengan Jacob,” sahut Stela lalu menyerobot lewat sambil membenarkan tas selempangnya yang merosot.
“Tunggu!” Alex meraih tangan Stela. “Bukankah kau memintaku untuk datang ke sini lagi?”
Stela Wen tersenyum getir. “Siapa bilang? Aku sedang buru-buru, sebaiknya kau kembali ke mobil. Kasihan Emma sudah menunggu.”
Alex masih bersikukuh menghentikan langkah Stela. Kali ini Alex sampai meraih pinggang Stela dan merangkulnya dari belakang.
“Aku menginginkanmu sekarang,” bisik Stela di telinga Stela.
Bukannya tergoda, Stela justru merasa jijik mendengar kalimat itu. Pasalnya sudah berbulan-bulan Stela tidak mendapatkan rayuan dan sentuhan dari Alex. Namun, kenapa kini tiba-tiba dia berubah mesra?
“Alex!”
Suara hardikan itu segera membuat Alex melepas rangkulan.
“Emma? Se-sedang apa kau di sini?” tanya Alex gugup.
“Tentu saja menyusulmu!” sahut Emma.
Stela Wen yang tidak mau ikut campur, terdengar mendecih dan angkat bahu. Kemudian Stela mengibaskan rambut di hadapan Emma dan berlenggak pergi.
***
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved