Bab 11: Pengobatan Tradisional untuk Depresi
by Golden Buddha
18:20,Mar 12,2025
Anderson memegang Baldie dengan satu tangan sambil menjawab telepon dengan tangan lainnya.
Di ujung telepon, Simon terdengar berbicara. Anderson yang sebelumnya berjanji untuk pergi ke bangsal tak kunjung muncul.
"Pak Anderson, kamu belum sampai juga? Jovita terus merengek ingin keluar dari rumah sakit. Haruskah aku mengirim orang untuk menjemputmu di rumah?"
Anderson menjawab. "Maaf, ada yang mengadangku. Tolong kirim mobil ke rumah Keluarga Hammer untuk menjemputku!"
Simon adalah orang yang cerdas. Begitu mendengar kata rumah Keluarga Hammer, dia langsung memahami situasinya. Dia segera bertanya, "Tuan Anderson, apa ada masalah? Perlukah aku turun tangan mengatasinya?"
"Tidak perlu," jawab Anderson singkat, lalu menutup telepon.
Baldie yang tercekik mulai kehabisan tenaga, wajahnya memerah, dan perjuangannya semakin lemah.
Semua orang di sekitar hanya bisa menatap Anderson dengan ketakutan.
Marcus berulang kali mencoba bangkit untuk menolong, tetapi dengan tiga tulang rusuk patah, Dia tidak berdaya.
"Kamu gila! Kamu benar-benar orang gila!" gumam Marcus.
Mereka memang pernah membunuh orang sebelumnya, tetapi tidak akan berani membunuh seseorang seperti Baldie yang memiliki status sosial tinggi, apalagi melakukannya di depan banyak saksi. Itu adalah tindakan yang mustahil untuk lolos begitu saja.
"Saudara, tolong jangan! Tuan Muda, ini semua hanya salah paham kecil!"
Wajah Steven pucat. Dia ketakutan hingga berlutut dan berkali-kali membenturkan kepalanya ke lantai.
Marcus pun akhirnya sadar dan berkata, "Saudara, dengan kemampuanmu, masa depanmu bisa cerah dan makmur. Mengapa harus mempertaruhkan nyawamu demi dia?"
"Tuan Baldie memang ceroboh kali ini. Aku akan memintanya berlutut dan meminta maaf padamu! Lebih baik menyelesaikan perselisihan daripada menciptakan musuh. Di Lexington, memiliki teman seperti Tuan Baldie bisa membantumu menyelesaikan banyak masalah!"
"Oh, begitu?" tanya Anderson santai.
"Benar! Selama kamu melepaskan Tuan Baldie, aku, dia, mereka, termasuk Tuan Baldie sendiri, semuanya akan bersedia melayanimu!"
Marcus cepat-cepat membujuk saat melihat Baldie sudah hampir kehilangan kesadaran.
Anderson menyeringai dan melepaskan cengkeramannya. Baldie terjatuh ke tanah, terengah-engah, batuk keras, dan menangis.
"Oh begitu, ya?" Anderson menatapnya setengah tersenyum.
"Ya, ya, aku bersedia mengikutimu mulai sekarang!" jawab Baldie dengan cepat. Dia memang seseorang yang bisa menyesuaikan diri dengan keadaan.
Anderson tersenyum dingin. "Melayaniku? Katakan itu kalau kamu masih hidup! Garis horizontal di philtrum bibirmu pendek dan melengkung, serta dahimu merah dengan semburat hitam. Itu pertanda campuran antara keberuntungan dan kesialan."
"Keberuntungannya sudah terpenuhi padaku, tapi bagian buruknya juga akan terjadi. Ada tiga garis hitam, kamu akan mengalami tiga kemalangan berdarah belakangan ini. Salah satunya sudah dengan diriku."
"Akan ada setidaknya dua kemalangan lagi. Kalau kamu bisa melewatinya, kamu akan berjaya. Kalau tidak, kamu akan mati seketika!"
Mata Baldie membelalak. Apa maksudnya? Apakah dia harus tunduk kepada Anderson agar bisa selamat? Apakah ini ancaman?
Memikirkan hal itu, amarahnya mulai membara. Selama ini, dia tidak pernah diperlakukan seperti anjing oleh sembarang orang!
Tidak lama kemudian, sebuah Rolls-Royce perlahan melaju ke gerbang.
Semua mata tertuju ke arah mobil itu, termasuk Baldie. Di Lexington, hanya ada segelintir orang yang memiliki mobil seperti itu.
Mobil berhenti, lalu Simon keluar.
Melihat kekacauan di tanah, Simon sempat terkejut. Namun, saat melihat Anderson berdiri dengan tenang sementara Baldie berantakan dan berdebu, keterkejutannya semakin besar.
Saat menelepon tadi, dia sempat menduga ada konflik antara Anderson dan Baldie sehingga dia datang sendiri.
Namun, dia tidak menyangka bahwa dugaannya benar di awal, tetapi tidak di akhir.
"Tuan Anderson, kamu baik-baik saja?" tanya Simon.
Anderson mengangguk dan langsung berkata, "Ayo pergi!"
Simon mengangguk, lalu bertanya dengan nada bermakna, "Perlukah aku membereskan situasi ini untukmu?"
"Tidak perlu!"
Baldie terperangah. Dia memang punya status dan dukungan, tetapi dibandingkan dengan Simon, orang terkaya di Lexington, dia tidak ada apa-apanya!
Meskipun Simon tidak bisa membunuhnya hanya dengan satu kalimat, dengan kekayaannya, dia bisa membuat hidupnya lebih sengsara daripada mati. Kekuatan uang bukanlah lelucon!
Kalau Simon begitu menghormati Anderson, siapa sebenarnya pria ini?
Baldie baru tersadar kembali setelah Rolls-Royce itu menjauh.
"Kak, orang seperti Anderson tidak boleh kita lawan!" ujar Marcus dengan wajah serius.
"Benar!" Baldie berpikir sejenak, lalu berkata, "Steven, kumpulkan orang-orang dari kejadian hari itu dan ikut aku ke Keluarga Timothy untuk meminta maaf!"
Saat dia berjalan menuju gerbang, tiba-tiba papan nama yang tergantung di atas pintu jatuh.
Papan itu hampir mengenai kepalanya, hanya meleset sedikit. Namun, luka di kepalanya mulai mengeluarkan darah yang membasahi wajahnya.
Kalau bukan karena Marcus yang cepat menendangnya ke dalam halaman, kemungkinan darahnya sudah memercik sejauh lima langkah!
Baldie terdiam, mengingat ucapan Anderson tadi. Itu bukan sekadar ancaman, melainkan sebuah ramalan!
"Sial! Steven, siapkan segalanya. Aku akan pergi ke Keluarga Timothy untuk meminta maaf sendiri."
....
Sementara itu, Simon mulai menilai kembali Anderson.
Setelah menyembuhkan Jovita, dia sempat menyelidiki latar belakang Anderson.
Bisa dibilang, dia mempertaruhkan segalanya demi kesembuhan Jovita.
Namun, saat ini, dia justru semakin penasaran dan merasa percaya pada Anderson. Orang cenderung memercayai mereka yang kuat!
Siapa Baldie? Dia adalah gangster dunia gelap yang telah lama berkuasa di Lexington.
Namun, Anderson berani mendatanginya tanpa senjata dan tetap menang.
Keahlian dan ketegasannya bukanlah sesuatu yang dimiliki orang biasa.
Pria muda ini benar-benar menyimpan rahasia besar!
Vila Keluarga Sinclair terletak di kompleks perumahan terbesar di Lexington.
Bangunan enam lantai itu memiliki dekorasi megah dengan tata letak elegan memancarkan kemewahan dalam kesederhanaannya.
Saat Simon masuk ke dalam, Jovita tidak terlihat di ruang tamu. Hanya ada seorang wanita berpakaian mewah.
Wanita itu menatap Anderson dari atas ke bawah dengan ekspresi ragu.
Dia terlalu muda. Mungkin saja dia belum menyelesaikan pendidikan kedokterannya. Seberapa hebat kemampuannya?
"Simon, apakah ini dokter yang kamu bawa?" tanyanya penuh keraguan.
Anderson hanya menaikkan alis tanpa berkata apa-apa.
Simon mengangguk dan berkata, "Jovita hampir salah diagnosis di rumah sakit. Tuan Anderson menemukan kejanggalannya dan menyelamatkannya tepat waktu."
Lalu, dia memperkenalkan, "Ini mantan istriku, Silvia Balmer."
Anderson hanya mengangguk ringan sebagai sapaan.
Silvia tampak tidak senang. Sebagai seseorang dari keluarga terpandang, bahkan setelah bercerai, dia tetap dihormati banyak orang.
Apakah sikap dingin Anderson ini karena meremehkannya?
"Depresi adalah penyakit psikologis. Kamu bilang dia dokter pengobatan tradisional, tapi aku belum pernah dengar kalau pengobatan tradisional bisa menyembuhkan depresi!"
Silvia langsung mengungkapkan keraguannya tanpa ragu.
Simon mengerutkan kening. "Jaga ucapanmu! Tuan Anderson punya keahlian sendiri, bahkan dokter ternama setingkat ahli nasional, James, pun mengakui kemampuan medisnya!"
"Keahlian? Seberapa hebat sih anak muda seperti dia?" Silvia tetap bersikeras meremehkan.
Simon tahu bahwa mantan istrinya memiliki sifat keras kepala dan sulit diyakinkan, jadi dia malas berdebat lebih jauh. "Tuan Anderson, Jovita ada di kamar lantai atas, aku akan mengantarmu ke sana!"
"Aku tidak mengizinkan dia menemui Jovita!" Silvia langsung mengadang mereka.
Melihat kedua orang tuanya hampir bertengkar lagi, tiba-tiba terdengar suara Jovita dari interkom di koridor. "Naiklah!"
Di ujung telepon, Simon terdengar berbicara. Anderson yang sebelumnya berjanji untuk pergi ke bangsal tak kunjung muncul.
"Pak Anderson, kamu belum sampai juga? Jovita terus merengek ingin keluar dari rumah sakit. Haruskah aku mengirim orang untuk menjemputmu di rumah?"
Anderson menjawab. "Maaf, ada yang mengadangku. Tolong kirim mobil ke rumah Keluarga Hammer untuk menjemputku!"
Simon adalah orang yang cerdas. Begitu mendengar kata rumah Keluarga Hammer, dia langsung memahami situasinya. Dia segera bertanya, "Tuan Anderson, apa ada masalah? Perlukah aku turun tangan mengatasinya?"
"Tidak perlu," jawab Anderson singkat, lalu menutup telepon.
Baldie yang tercekik mulai kehabisan tenaga, wajahnya memerah, dan perjuangannya semakin lemah.
Semua orang di sekitar hanya bisa menatap Anderson dengan ketakutan.
Marcus berulang kali mencoba bangkit untuk menolong, tetapi dengan tiga tulang rusuk patah, Dia tidak berdaya.
"Kamu gila! Kamu benar-benar orang gila!" gumam Marcus.
Mereka memang pernah membunuh orang sebelumnya, tetapi tidak akan berani membunuh seseorang seperti Baldie yang memiliki status sosial tinggi, apalagi melakukannya di depan banyak saksi. Itu adalah tindakan yang mustahil untuk lolos begitu saja.
"Saudara, tolong jangan! Tuan Muda, ini semua hanya salah paham kecil!"
Wajah Steven pucat. Dia ketakutan hingga berlutut dan berkali-kali membenturkan kepalanya ke lantai.
Marcus pun akhirnya sadar dan berkata, "Saudara, dengan kemampuanmu, masa depanmu bisa cerah dan makmur. Mengapa harus mempertaruhkan nyawamu demi dia?"
"Tuan Baldie memang ceroboh kali ini. Aku akan memintanya berlutut dan meminta maaf padamu! Lebih baik menyelesaikan perselisihan daripada menciptakan musuh. Di Lexington, memiliki teman seperti Tuan Baldie bisa membantumu menyelesaikan banyak masalah!"
"Oh, begitu?" tanya Anderson santai.
"Benar! Selama kamu melepaskan Tuan Baldie, aku, dia, mereka, termasuk Tuan Baldie sendiri, semuanya akan bersedia melayanimu!"
Marcus cepat-cepat membujuk saat melihat Baldie sudah hampir kehilangan kesadaran.
Anderson menyeringai dan melepaskan cengkeramannya. Baldie terjatuh ke tanah, terengah-engah, batuk keras, dan menangis.
"Oh begitu, ya?" Anderson menatapnya setengah tersenyum.
"Ya, ya, aku bersedia mengikutimu mulai sekarang!" jawab Baldie dengan cepat. Dia memang seseorang yang bisa menyesuaikan diri dengan keadaan.
Anderson tersenyum dingin. "Melayaniku? Katakan itu kalau kamu masih hidup! Garis horizontal di philtrum bibirmu pendek dan melengkung, serta dahimu merah dengan semburat hitam. Itu pertanda campuran antara keberuntungan dan kesialan."
"Keberuntungannya sudah terpenuhi padaku, tapi bagian buruknya juga akan terjadi. Ada tiga garis hitam, kamu akan mengalami tiga kemalangan berdarah belakangan ini. Salah satunya sudah dengan diriku."
"Akan ada setidaknya dua kemalangan lagi. Kalau kamu bisa melewatinya, kamu akan berjaya. Kalau tidak, kamu akan mati seketika!"
Mata Baldie membelalak. Apa maksudnya? Apakah dia harus tunduk kepada Anderson agar bisa selamat? Apakah ini ancaman?
Memikirkan hal itu, amarahnya mulai membara. Selama ini, dia tidak pernah diperlakukan seperti anjing oleh sembarang orang!
Tidak lama kemudian, sebuah Rolls-Royce perlahan melaju ke gerbang.
Semua mata tertuju ke arah mobil itu, termasuk Baldie. Di Lexington, hanya ada segelintir orang yang memiliki mobil seperti itu.
Mobil berhenti, lalu Simon keluar.
Melihat kekacauan di tanah, Simon sempat terkejut. Namun, saat melihat Anderson berdiri dengan tenang sementara Baldie berantakan dan berdebu, keterkejutannya semakin besar.
Saat menelepon tadi, dia sempat menduga ada konflik antara Anderson dan Baldie sehingga dia datang sendiri.
Namun, dia tidak menyangka bahwa dugaannya benar di awal, tetapi tidak di akhir.
"Tuan Anderson, kamu baik-baik saja?" tanya Simon.
Anderson mengangguk dan langsung berkata, "Ayo pergi!"
Simon mengangguk, lalu bertanya dengan nada bermakna, "Perlukah aku membereskan situasi ini untukmu?"
"Tidak perlu!"
Baldie terperangah. Dia memang punya status dan dukungan, tetapi dibandingkan dengan Simon, orang terkaya di Lexington, dia tidak ada apa-apanya!
Meskipun Simon tidak bisa membunuhnya hanya dengan satu kalimat, dengan kekayaannya, dia bisa membuat hidupnya lebih sengsara daripada mati. Kekuatan uang bukanlah lelucon!
Kalau Simon begitu menghormati Anderson, siapa sebenarnya pria ini?
Baldie baru tersadar kembali setelah Rolls-Royce itu menjauh.
"Kak, orang seperti Anderson tidak boleh kita lawan!" ujar Marcus dengan wajah serius.
"Benar!" Baldie berpikir sejenak, lalu berkata, "Steven, kumpulkan orang-orang dari kejadian hari itu dan ikut aku ke Keluarga Timothy untuk meminta maaf!"
Saat dia berjalan menuju gerbang, tiba-tiba papan nama yang tergantung di atas pintu jatuh.
Papan itu hampir mengenai kepalanya, hanya meleset sedikit. Namun, luka di kepalanya mulai mengeluarkan darah yang membasahi wajahnya.
Kalau bukan karena Marcus yang cepat menendangnya ke dalam halaman, kemungkinan darahnya sudah memercik sejauh lima langkah!
Baldie terdiam, mengingat ucapan Anderson tadi. Itu bukan sekadar ancaman, melainkan sebuah ramalan!
"Sial! Steven, siapkan segalanya. Aku akan pergi ke Keluarga Timothy untuk meminta maaf sendiri."
....
Sementara itu, Simon mulai menilai kembali Anderson.
Setelah menyembuhkan Jovita, dia sempat menyelidiki latar belakang Anderson.
Bisa dibilang, dia mempertaruhkan segalanya demi kesembuhan Jovita.
Namun, saat ini, dia justru semakin penasaran dan merasa percaya pada Anderson. Orang cenderung memercayai mereka yang kuat!
Siapa Baldie? Dia adalah gangster dunia gelap yang telah lama berkuasa di Lexington.
Namun, Anderson berani mendatanginya tanpa senjata dan tetap menang.
Keahlian dan ketegasannya bukanlah sesuatu yang dimiliki orang biasa.
Pria muda ini benar-benar menyimpan rahasia besar!
Vila Keluarga Sinclair terletak di kompleks perumahan terbesar di Lexington.
Bangunan enam lantai itu memiliki dekorasi megah dengan tata letak elegan memancarkan kemewahan dalam kesederhanaannya.
Saat Simon masuk ke dalam, Jovita tidak terlihat di ruang tamu. Hanya ada seorang wanita berpakaian mewah.
Wanita itu menatap Anderson dari atas ke bawah dengan ekspresi ragu.
Dia terlalu muda. Mungkin saja dia belum menyelesaikan pendidikan kedokterannya. Seberapa hebat kemampuannya?
"Simon, apakah ini dokter yang kamu bawa?" tanyanya penuh keraguan.
Anderson hanya menaikkan alis tanpa berkata apa-apa.
Simon mengangguk dan berkata, "Jovita hampir salah diagnosis di rumah sakit. Tuan Anderson menemukan kejanggalannya dan menyelamatkannya tepat waktu."
Lalu, dia memperkenalkan, "Ini mantan istriku, Silvia Balmer."
Anderson hanya mengangguk ringan sebagai sapaan.
Silvia tampak tidak senang. Sebagai seseorang dari keluarga terpandang, bahkan setelah bercerai, dia tetap dihormati banyak orang.
Apakah sikap dingin Anderson ini karena meremehkannya?
"Depresi adalah penyakit psikologis. Kamu bilang dia dokter pengobatan tradisional, tapi aku belum pernah dengar kalau pengobatan tradisional bisa menyembuhkan depresi!"
Silvia langsung mengungkapkan keraguannya tanpa ragu.
Simon mengerutkan kening. "Jaga ucapanmu! Tuan Anderson punya keahlian sendiri, bahkan dokter ternama setingkat ahli nasional, James, pun mengakui kemampuan medisnya!"
"Keahlian? Seberapa hebat sih anak muda seperti dia?" Silvia tetap bersikeras meremehkan.
Simon tahu bahwa mantan istrinya memiliki sifat keras kepala dan sulit diyakinkan, jadi dia malas berdebat lebih jauh. "Tuan Anderson, Jovita ada di kamar lantai atas, aku akan mengantarmu ke sana!"
"Aku tidak mengizinkan dia menemui Jovita!" Silvia langsung mengadang mereka.
Melihat kedua orang tuanya hampir bertengkar lagi, tiba-tiba terdengar suara Jovita dari interkom di koridor. "Naiklah!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved