Bab 10
by Zaidaa
01:38,Dec 03,2024
Karena para ksatria itu mati, Achlys merasa telah menjadi seorang pembunuh sehingga dengan terpaksa dia melakukan yang diperintahkan Duke Julian. Jika dia tidak mudah mempercayai ucapan Duke Julian, dia pasti tidak akan pernah menandatangani surat kontrak pekerjaan itu.
Dia diantarkan oleh Duke Julian dan para ksatrianya di depan hotel.
"Achlys! Kamu kembali!" teriak ibunya antusias.
Achlys hanya menunjukkan wajah dingin. Ibunya memeluknya. Ayahnya segera keluar dan langsung berterima kasih pada Duke Julian.
"Ibu, ayah, jangan pernah lagi meminta bantuan pada tuan duke! Kalian membuatku dalam masalah besar!" tukas Achlys.
Canna menarik diri dan saling pandang dengan suaminya.
"Apa yang kamu katakan? Kami tidak pernah minta bantuan pada Duke Julian!" jawab Canna.
Achlys terhenyak dan langsung menoleh ke Duke Julian. Duke Julian tersenyum kecil padanya.
"Duke Julian mencarimu dan kami memberitahunya kamu ke kota sebelah untuk melamar pekerjaan di sebuah perusahaan," kata Liam.
"Tuan duke, apa maksudnya ini?" tanya Achlys. "Tuan duke berbohong lagi."
"Tuan Liam dan nyonya Canna, bukankah kalian juga mengatakan sangat mengkhawatirkan putri kalian setelah aku memberitahu mengenai Ridge?" tanya Duke Julian.
"Benar tuan duke," jawab Liam dan Canna bersamaan.
"Katakan dimana letak kesalahanku nona Achlys ketika aku menyelamatkanmu dari para perampok itu?" tanya Duke Julian sembari menatap Achlys dingin.
"Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan tentangku nona Achlys tetapi aku tidak berniat ingin dekat denganmu. Bahkan jika itu wanita lain atau laki-laki, aku akan tetap menolongnya. Ada beberapa orang yang lebih pintar dan hebat daripada kamu. Mereka melamar pekerjaan di tempatku. Jika kamu memikirkan dirimu sendiri, bukankah kamu terlalu percaya diri dan sombong?"
Achlys mengabaikan pertanyaan Duke Julian dan masuk ke dalam hotel. "Saya pasti tidak akan jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya."
Duke Julian yang menyelamatkan seorang gadis segera menjadi perbincangan hangat di seluruh kota sampai terdengar oleh putri tunggal Grand duke, Laura. Laura langsung mengajukan pertemuan pribadi dengan Duke Julian. Namun, alih-alih mendapatkan persetujuan, malah penolakan secara halus.
"Cari tahu siapa wanita yang telah diselamatkan oleh Duke Julian!" titah Laura pada para bawahannya.
"Baik madam!"
Achlys seharusnya berangkat pagi tetapi karena sangat tidak ingin berurusan dengan Duke Julian, dia berangkat siang.
"Jika kamu tidak ingin berurusan dengannya lebih banyak maka jangan membuat masalah yang dapat mengundangnya untuk bertindak menyelesaikan masalah denganmu," tukas Liam.
Achlys diam saja. Dia mengenakan gaunnya yang biasa saja. Tak ingin terlihat menarik di mata orang-orang yang bekerja di perusahaan Kynleigh termasuk Duke Julian.
Achlys lagi-lagi menemukan Duke Julian duduk di taman. Dia menatap pria itu sekilas.
"Nona Achlys! Kemarilah!" titah Duke Julian.
Achlys berhenti berjalan sejenak. "Maafkan saya tuan duke tetapi saya harus masuk ke dalam dan mulai bekerja."
"Memangnya apa yang akan kamu kerjakan? Kamu sudah mengetahuinya? Kamu tahu dari siapa?" tanya Duke Julian. "Bukankah begitu kamu sampai disini orang yang harus kamu temui pertama kali adalah diriku karena aku bosnya? Aku sudah berada di hadapanmu sekarang!"
Achlys menghela nafas. Dia mendekati Duke Julian dengan langkah pelan. "Maafkan saya tuan duke. Tolong katakan apa yang harus saya kerjakan tuan duke!"
"Sebelum kamu mengajukan lamaran pekerjaan disini, kamu pasti sudah mengetahui jam kerja! Ini bukan pagi lagi nona Achlys tetapi siang! Hanya karena baru pertama kali bukan berarti kamu bisa seenaknya seperti itu!" tukas Duke Julian dingin.
Achlys hendak membantah tetapi Duke Julian berkata lagi dengan dingin.
"Apa kamu akan terus melakukan kesalahan bahkan yang sepele seperti ini? Aku tidak akan segan-segan padamu mulai sekarang!"
Achlys sedikit kaget mendengar nada kalimat terkahir Duke Julian yang terdengar mengerikan.
"Saya sudah minta maaf tuan duke!"
"Sudah berapa kali aku mendengar itu darimu! Membosankan!"
"Lantas saya harus bagaimana tuan duke?" tanya Achlys.
Julian menyipitkan kedua matanya ketika menemukan Achlys tersenyum tipis. Bukannya takut, gadis itu malah tampak bahagia.
Bagaimana tidak bahagia. Achlys memang menginginkan Duke Julian marah padanya.
"Ayo pecat aku sekarang juga!" batin Achlys.
Duke Julian berdiri kemudian menyentuh dagu Achlys. Achlys sangat kaget. Terutama ketika Duke Julian mengangkat dagunya sehingga mereka bertemu mata. Kedua mata Duke Julian yang berwarna merah seperti darah itu terlihat memesona.
"Tuan duke," panggil seseorang dibelakang mereka.
Achlys dan Duke Julian menoleh ke asal suara. Achlys langsung menyapa Laura dengan hormat.
"Selamat siang Lady Laura."
"Kau...yang waktu itu?" tanya Laura.
Laura memperhatikan Duke Julian yang terus menatap Achlys dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Waktu itu?"
"Di pinggir danau."
"Maafkan saya telah membuat banyak masalah lady," kata Achlys.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Mulai hari ini saya bekerja disini Lady."
"Apa? Tuan duke, kamu tidak memberitahuku apa-apa mengenai ini."
"Hanya karyawan baru. Apakah aku bahkan harus memberitahumu soal itu? Bukankah selama ini tidak?" tanya Duke Julian.
Laura tidak menyangka akan mendapatkan jawaban dengan nada sedikit ketus dari tunangannya. Lalu dia menyuruh Achlys untuk pergi karena dia ingin berbicara empat mata dengan Duke Julian.
"Nona Achlys, tunggulah di dalam! Aku akan bertemu denganmu nanti!" titah Duke Julian.
Saat itu ketika Achlys menempelkan pedang ke pergelangan tangannya, dia mengintip ekspresi Duke Julian. Duke Julian tampak ketakutan tetapi pada saat yang sama juga marah. Dia menyimpulkan sang duke tertarik padanya.
Achlys semakin yakin saat Duke Julian menyentuh dagunya.
Achlys tidak merespon apa-apa. Dia malah menatap sang duke sengit.
Meskipun tengah berbicara dengan tunangannya, Duke Julian kerap menatap Achlys. "Achlys Bambalina," batinnya.
Dia diantarkan oleh Duke Julian dan para ksatrianya di depan hotel.
"Achlys! Kamu kembali!" teriak ibunya antusias.
Achlys hanya menunjukkan wajah dingin. Ibunya memeluknya. Ayahnya segera keluar dan langsung berterima kasih pada Duke Julian.
"Ibu, ayah, jangan pernah lagi meminta bantuan pada tuan duke! Kalian membuatku dalam masalah besar!" tukas Achlys.
Canna menarik diri dan saling pandang dengan suaminya.
"Apa yang kamu katakan? Kami tidak pernah minta bantuan pada Duke Julian!" jawab Canna.
Achlys terhenyak dan langsung menoleh ke Duke Julian. Duke Julian tersenyum kecil padanya.
"Duke Julian mencarimu dan kami memberitahunya kamu ke kota sebelah untuk melamar pekerjaan di sebuah perusahaan," kata Liam.
"Tuan duke, apa maksudnya ini?" tanya Achlys. "Tuan duke berbohong lagi."
"Tuan Liam dan nyonya Canna, bukankah kalian juga mengatakan sangat mengkhawatirkan putri kalian setelah aku memberitahu mengenai Ridge?" tanya Duke Julian.
"Benar tuan duke," jawab Liam dan Canna bersamaan.
"Katakan dimana letak kesalahanku nona Achlys ketika aku menyelamatkanmu dari para perampok itu?" tanya Duke Julian sembari menatap Achlys dingin.
"Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan tentangku nona Achlys tetapi aku tidak berniat ingin dekat denganmu. Bahkan jika itu wanita lain atau laki-laki, aku akan tetap menolongnya. Ada beberapa orang yang lebih pintar dan hebat daripada kamu. Mereka melamar pekerjaan di tempatku. Jika kamu memikirkan dirimu sendiri, bukankah kamu terlalu percaya diri dan sombong?"
Achlys mengabaikan pertanyaan Duke Julian dan masuk ke dalam hotel. "Saya pasti tidak akan jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya."
Duke Julian yang menyelamatkan seorang gadis segera menjadi perbincangan hangat di seluruh kota sampai terdengar oleh putri tunggal Grand duke, Laura. Laura langsung mengajukan pertemuan pribadi dengan Duke Julian. Namun, alih-alih mendapatkan persetujuan, malah penolakan secara halus.
"Cari tahu siapa wanita yang telah diselamatkan oleh Duke Julian!" titah Laura pada para bawahannya.
"Baik madam!"
Achlys seharusnya berangkat pagi tetapi karena sangat tidak ingin berurusan dengan Duke Julian, dia berangkat siang.
"Jika kamu tidak ingin berurusan dengannya lebih banyak maka jangan membuat masalah yang dapat mengundangnya untuk bertindak menyelesaikan masalah denganmu," tukas Liam.
Achlys diam saja. Dia mengenakan gaunnya yang biasa saja. Tak ingin terlihat menarik di mata orang-orang yang bekerja di perusahaan Kynleigh termasuk Duke Julian.
Achlys lagi-lagi menemukan Duke Julian duduk di taman. Dia menatap pria itu sekilas.
"Nona Achlys! Kemarilah!" titah Duke Julian.
Achlys berhenti berjalan sejenak. "Maafkan saya tuan duke tetapi saya harus masuk ke dalam dan mulai bekerja."
"Memangnya apa yang akan kamu kerjakan? Kamu sudah mengetahuinya? Kamu tahu dari siapa?" tanya Duke Julian. "Bukankah begitu kamu sampai disini orang yang harus kamu temui pertama kali adalah diriku karena aku bosnya? Aku sudah berada di hadapanmu sekarang!"
Achlys menghela nafas. Dia mendekati Duke Julian dengan langkah pelan. "Maafkan saya tuan duke. Tolong katakan apa yang harus saya kerjakan tuan duke!"
"Sebelum kamu mengajukan lamaran pekerjaan disini, kamu pasti sudah mengetahui jam kerja! Ini bukan pagi lagi nona Achlys tetapi siang! Hanya karena baru pertama kali bukan berarti kamu bisa seenaknya seperti itu!" tukas Duke Julian dingin.
Achlys hendak membantah tetapi Duke Julian berkata lagi dengan dingin.
"Apa kamu akan terus melakukan kesalahan bahkan yang sepele seperti ini? Aku tidak akan segan-segan padamu mulai sekarang!"
Achlys sedikit kaget mendengar nada kalimat terkahir Duke Julian yang terdengar mengerikan.
"Saya sudah minta maaf tuan duke!"
"Sudah berapa kali aku mendengar itu darimu! Membosankan!"
"Lantas saya harus bagaimana tuan duke?" tanya Achlys.
Julian menyipitkan kedua matanya ketika menemukan Achlys tersenyum tipis. Bukannya takut, gadis itu malah tampak bahagia.
Bagaimana tidak bahagia. Achlys memang menginginkan Duke Julian marah padanya.
"Ayo pecat aku sekarang juga!" batin Achlys.
Duke Julian berdiri kemudian menyentuh dagu Achlys. Achlys sangat kaget. Terutama ketika Duke Julian mengangkat dagunya sehingga mereka bertemu mata. Kedua mata Duke Julian yang berwarna merah seperti darah itu terlihat memesona.
"Tuan duke," panggil seseorang dibelakang mereka.
Achlys dan Duke Julian menoleh ke asal suara. Achlys langsung menyapa Laura dengan hormat.
"Selamat siang Lady Laura."
"Kau...yang waktu itu?" tanya Laura.
Laura memperhatikan Duke Julian yang terus menatap Achlys dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Waktu itu?"
"Di pinggir danau."
"Maafkan saya telah membuat banyak masalah lady," kata Achlys.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Mulai hari ini saya bekerja disini Lady."
"Apa? Tuan duke, kamu tidak memberitahuku apa-apa mengenai ini."
"Hanya karyawan baru. Apakah aku bahkan harus memberitahumu soal itu? Bukankah selama ini tidak?" tanya Duke Julian.
Laura tidak menyangka akan mendapatkan jawaban dengan nada sedikit ketus dari tunangannya. Lalu dia menyuruh Achlys untuk pergi karena dia ingin berbicara empat mata dengan Duke Julian.
"Nona Achlys, tunggulah di dalam! Aku akan bertemu denganmu nanti!" titah Duke Julian.
Saat itu ketika Achlys menempelkan pedang ke pergelangan tangannya, dia mengintip ekspresi Duke Julian. Duke Julian tampak ketakutan tetapi pada saat yang sama juga marah. Dia menyimpulkan sang duke tertarik padanya.
Achlys semakin yakin saat Duke Julian menyentuh dagunya.
Achlys tidak merespon apa-apa. Dia malah menatap sang duke sengit.
Meskipun tengah berbicara dengan tunangannya, Duke Julian kerap menatap Achlys. "Achlys Bambalina," batinnya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved