Bab 8

by Zaidaa 01:37,Dec 03,2024
Orang-orang suruhan Duke Julian satu-persatu tumbang. Teman-temannya bilang, para ksatria bawahan Duke Julian sangat tangguh meskipun bukan yang terkuat di negara ini tetapi mereka masuk ke sepuluh besar. Jika mereka sampai dikalahkan begitu saja, itu artinya para perampok itu memang sesuai yang dikatakan oleh orang yang ia tusuk. Achlys langsung bersembunyi sebelum para perampok itu menangkapnya.



"Sialan! Tasku!"



Achlys tidak seharusnya meninggalkan tasnya di dalam kereta. Setidaknya dia juga harus menutup pintu kereta. Para perampok itu bisa masuk dan menghabisi orang di dalam kereta dan mengambil tasnya.



Achlys bersembunyi dibalik sebuah pohon raksasa. Dia menahan nafas beberapa kali. Sampai akhirnya dia tidak lagi mendengar suara pedang saling menari.



Nafas Achlys memburu.



"Apakah masih ada yang tersisa?"



Suara yang menawan itu menggema di tengah keheningan malam. Achlys pikir itu suara Ridge, pemimpin para perampok itu.



"Seorang gadis bos. Dia baru saja kabur kesana!"

"Cek di keretanya!"

"Baik bos!"

Salah satu perampok mengecek kereta kuda itu.

"Bos, kami hanya menemukan salah satu dari mereka yang terluka parah dan sebuah tas. Tampaknya tas ini adalah milik wanita itu!" tukas salah satu perampok.

"Cari di sekitar sini! Aku yakin dia belum pergi jauh!"

Achlys menoleh ke kegelapan malam di hutan. Di dalam hutan banyak sekali binatang buas dan monster yang berbahaya. Gurunya menasehatinya untuk tidak masuk ke dalam hutan sembarangan apalagi jika kamu tidak tahu apapun mengenai hutan tersebut.

Berbekal sebuah pisau, Achlys memberanikan diri memasuki hutan. Persetan dengan para monster, dia lebih tidak ingin berurusan dengan para perampok itu karena memikirkan kemungkinan akan disiksa oleh mereka.

"Tidak masalah jika satu lawan satu atau satu lawan dua atau tiga tetapi jumlah mereka terlalu banyak," batin Achlys.

Achlys lagi-lagi bersembunyi dibalik sebuah pohon di dalam hutan. Karena begitu gelap dia jadi kesulitan mencari jalan.



"Kelihatannya gadis itu tahu kita mencarinya sehingga dia masuk ke dalam hutan. Apakah kita harus masuk ke dalam sana bos?"



"Cari sampai ketemu!"



Achlys mulai ketakutan ketika para perampok itu memasuki hutan dengan kuda mereka. Mereka membawa penerangan jadi dia harus berhati-hati. Saat dia akan pindah lebih jauh ke dalam, dia mendengar suara burung.



"Oh tidak, aku harap burung-burung itu tidak memakanku," batin Achlys.



"Mundur! Itu burung beracun!" teriak bos perampok itu.



Achlys mencoba mengintip ke arah mereka.



Para perampok itu berbalik dan menjauh dari hutan. Burung-burung hitam itu menyerang mereka. Achlys menggunakan kesempatan ini untuk kabur. Namun, salah satu perampok melihatnya.

"Bos itu dia!"



Achlys bersembunyi lagi. Kakinya tidak sengaja terkena tanaman berduri.

"Hentikan! Tidak perlu dikejar! Lagipula dia pasti akan mati terkena racun dari burung-burung ini!"



Achlys memotong semak belukar di depannya. Dia merasakan darah mengalir di kakinya.

"Gelap, sakit, aku takut," bisik Achlys. "Bagaimana aku harus melawan burung-burung itu?" bisiknya lagi.



Burung-burung itu masuk ke dalam hutan dan terbang ke arah Achlys. Achlys meringkuk setelah keluar dari area tanaman berduri dan semak belukar.

Mata burung-burung itu berwarna merah dan memgingatkan Achlys pada mata Duke Julian yang juga berwarna merah seperti darah.

"Mereka tidak memakanku?" batin Achlys.



Dirasa aman, Achlys memutuskan ke tempat kereta kudanya. Burung-burung itu mengikutinya.

Di dekat kereta kuda dan diteringai oleh cahaya lampu di sudut kereta kuda, Duke Julian berdiri sembari melipat kedua tangannya sementara kedua matanya mengarah ke satu-persatu ksatrinya yang tergeletak tidak sadarkan diri.

Achlys berhenti berjalan.

"Bagaimana kamu akan mempertanggungjawabkan semua ini nona Achlys?" tanya Duke Julian tanpa menatap ke Achlys.

Burung-burung itu terbang ke arah Duke Julian.

"Tuan duke...kamu disin? Sejak kapan? Aku tidak mendengar suara kudamu?" tanya Achlys setengah berbisik.

Duke Julian menatap Achlys.



Duke Julian bersama para ksatrianya menyusul Achlys. Namun, dia menyuruh mereka untuk tidak memberitahukan pada siapapun kalau dirinya ikut termasuk pada Achlys. Lalu ketika para perampok itu menyerang, dia bersembunyi ke dalam hutan sebelum Achlys keluar dari kereta kemudian dia menyusuri jalan lain supaya tidak bertepatan dengan gadis itu.

"Kamu melihat sendiri tidak ada satupun kuda disini. Orang tuamu sangat mengkhawatirkanmu. Salah satu dari burung ini memberitahuku kalau para ksatriaku diserang oleh para perampok sehingga aku kesini bersama monster peliharaanku dan dia tidak bersuara sembarangan. Setelah melihat semua ini, aku menyuruhnya untuk ke kediamanku memanggil ksatria lainnya," kata Duke Julian.



Duke Julian juga dirumorkan berteman dengan salah satu monster.

Achlys mendekati Duke Julian pelan dan wajahnya menunduk. Lalu dia bersimpuh dibawah Duke Julian seraya memegang pakaian duke.

Achlys tidak dapat memikirkan apapun selain ksatria Duke Julian bertarung demi melindungi dirinya. Meskipun dia tidak meminta mereka untuk melakukannya, tetapi berkat mereka dia bisa melarikan diri dan selamat.

"Maafkan saya tuan duke. Tolong maafkan saya!" pinta Achlys meneteskan air matanya.


"...Bagaimana kamu akan menebusnya nona Achlys? Mereka semua sudah mati."



"Saya harus bagaimana? Saya tidak pernah terpikirkan hal ini akan terjadi."



"Tentu saja. Setidaknya dengarkanlah nasehat orang tuamu!"






"...Sekarang apa yang harus saya lakukan tuan duke?" bisik Achlys.



Duke Julian menjatuhkan sebuah kertas pada Achlys. Achlys mengambil kertas itu dan membaca tulisan yang tertera.



"Kontrak pekerjaan?"



"Aku bisa menyalahkanmu atas insiden ini. Jika kamu bersedia menandatanganinya aku akan memaafkanmu."







Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

53