Bab 7
by Zaidaa
01:37,Dec 03,2024
"Baiklah-baiklah. Saya akan membayar kompensasinya. Namun, berikan saya waktu untuk mengumpulkan uangnya dan saya tidak mau diganti yang lain!" tegas Achlys.
Punggung Achlys sudah menempel di dinding pojok. Keringatnya banyak sekali dan badannya mulai bau sampai dia bisa mencium baunya. Sihir Duke Julian langsung menghilang.
Duke Julian menoleh ke Achlys. "Aku hanya sedang mengecek ruangan ini sudah bersih apa belum. Kenapa kamu begitu ketakutan nona Achlys?"
Achlys merasa bodoh. "Jadi bagaimana sudah bersih apa belum?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Masih belum. Tetapi tampaknya kamu sudah sangat kelelahan. Hari ini cukup sampai disini saja."
Duke Julian mengambil mantelnya kemudian mendekati Achlys yang hendak keluar dari ruangan itu. Dia menyelimuti punggung Achlys dengan mantelnya.
Achlys tertegun. Dia menoleh ke Duke Julian yang berada dibelakangnya sangat dekat. Dia pun menoleh ke pintu lagi.
"Apa maksudnya ini tuan duke?"
"Supaya kamu tidak masuk angin."
"Namun menurut saya ini berlebihan."
"Tentu saja tidak. Setelah kamu berpikir aku menganggapmu seperti sampah, menurutmu mantel ini apa?"
"Bahkan mantel tuan duke lebih berharga dari saya."
Achlys meraih mentel Duke Julian dan melemparnya ke sembarang arah. Jika dia tetap membawanya, maka dia akan bertemu Duke Julian lagi saat mengembalikan mantelnya. Dia bisa mengembalikannya melalui orang lain tetapi dia lebih memilih keputusan ini.
Achlys keluar dari ruangan itu sangat cepat mengabaikan Duke Julian.
"Hari ini seharusnya aku melamar kerja di tempat lain," kata Achlys di dalam hati.
Selesai mandi, Achlys langsung menyusun berkas untuk dibawa ke kantor Linwood. Linwood adalah perusahaan terbesar kedua setelah Kynleigh di negara ini. Namun, kabarnya perusahaan tersebut memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Duke Julian.
Achlys tidak yakin dirinya akan diterima karena mengkhawatirkan Duke Julian akan ikut campur.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Canna pada Achlys.
"Aku akan melamar ke Linwood," jawab Achlys.
"Padahal kamu bisa menjadi sekertaris Duke Julian kalau kamu mau," kata Canna. "Jangan terlalu memikirkan mimpimu, bagaimanapun seorang bangsawan tidak bisa menikah dengan rakyat biasa."
"Bukan hanya mimpi burukku yang menjadi alasan aku menjauhi Duke Julian," kata Achlys.
Achlys mengambil tasnya dan pamit pada orang tuanya.
"Kalau kamu berangkat sekarang, kamu akan menemui gelap di tengah perjalanan," kata Canna.
Achlys tidak peduli. Dia naik kereta kuda menuju kantor Linwood. Malam akhirnya tiba dan dia masih di tengah perjalanan seperti yang dikatakan ibunya terutama sekarang di pinggiran hutan.
"Perjalanan tampaknya masih lama tetapi kenapa keretanya tiba-tiba berhenti?" tanya Achlys di dalam hati.
"Nona kita akan dirampok! Larilah ke desa terdekat!" teriak kusir di depan.
"Apa?!"
Terdengar suara kaki berlari. Tampaknya itu para perampok. Lalu dari arah yang berlawanan dari mereka, terdengar suara yang sama. Lalu terdengar suara perkelahian.
Achlys mengambil pisau di dalam tasnya. Dia cukup percaya diri melawan para perampok itu karena dirinya pernah mempelajari berbagai macam teknik bertarung ketika di Akademi Nerine.
"Jangan meremehkanku sialan!"
Saat pintu kereta dibuka, Achlys langsung menusuk orang tersebut dengan pisaunya. Namun, dia langsung membeku layaknya es batu ketika melihat wajah orang tersebut.
"Kau...bukankah kau yang berada di Kantor Kynleigh?"
Orang itu memuntahkan darah. Achlys menatap ke tangannya yang masih memegang pisau itu.
"Kenapa?" bisik Achlys.
Achlys menarik tangannya dari pisau itu.
"Tuan Duke menyuruh kami untuk menyusul keretamu nona kemudian mengawasinya. Orang tuamu meminta tolong pada tuan Duke," kata orang itu terbata-bata karena rasa sakit.
Achlys mengambil kain yang telah diberi obat di dalam tasnya. Dia membantu orang yang ia tusuk itu masuk ke dalam kereta. Dia mencabut pisau di perut orang tersebut kemudian menutup lukanya dengan kain untuk menghentikan pendarahan.
"Maafkan aku tuan," kata Achlys. "Kupikir tuan adalah perampok jadi aku langsung menyerang."
"Tidak nona. Seharusnya saya yang meminta maaf karena membuka pintu kereta padahal jelas-jelas nona aman di dalam. Namun saya harus memberitahukan ini! Kaburlah nona! Mereka tidak sendirian. Bos mereka sedang dalam perjalanan kesini!"
"Bos?"
"Ridge. Perampok paling terkenal di wilayah ini. Dia pasti akan membunuh nona setelah sampai disini. Cepatlah kabur!"
Bohong jika Achlys tidak takut tetapi dia tidak ingin lari karena merasa sangat bersalah sudah melukai salah satu bawahan Duke Julian.
"Tidak mungkin aku kabur begitu saja. Aku akan mengalahkan mereka semua," kata Achlys penuh percaya diri. Dia mengambil pisaunya dan keluar dari kereta.
"Tolong! Ini perintah tuan duke! Jika nona sampai kenapa-napa, maka tuan duke pasti akan marah pada kami semua!"
Achlys berhenti melangkah mendengar kalimat itu. "Benarkah orang tuaku meminta tolong pada tuan duke? Sepertinya tidak mungkin. Mereka lebih memilih mencari orang lain daripada menemui tuan duke yang selalu ingin mereka hindari," batinnya.
Para perampok itu melihat ke arah Achlys dan mencari celah dari musuh mereka untuk menyerang gadis itu. Achlys akan menyerang mereka satu-persatu tetapi para suruhan Duke Julian berteriak padanya untuk lari dan tidak boleh ikut bertarung.
Achlys tidak mengindahkan permintaan mereka. Pada saat yang sama, terdengar suara kuda berlari mendekat. Semua orang menoleh ke asal suara.
"Itu bos! Serang!" teriak para perampok. Semangat mereka terlihat lebih membakar lagi.
"Bos? Apakah dia yang baru saja dibicarakan oleh orang itu?" batin Achlys.
Punggung Achlys sudah menempel di dinding pojok. Keringatnya banyak sekali dan badannya mulai bau sampai dia bisa mencium baunya. Sihir Duke Julian langsung menghilang.
Duke Julian menoleh ke Achlys. "Aku hanya sedang mengecek ruangan ini sudah bersih apa belum. Kenapa kamu begitu ketakutan nona Achlys?"
Achlys merasa bodoh. "Jadi bagaimana sudah bersih apa belum?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Masih belum. Tetapi tampaknya kamu sudah sangat kelelahan. Hari ini cukup sampai disini saja."
Duke Julian mengambil mantelnya kemudian mendekati Achlys yang hendak keluar dari ruangan itu. Dia menyelimuti punggung Achlys dengan mantelnya.
Achlys tertegun. Dia menoleh ke Duke Julian yang berada dibelakangnya sangat dekat. Dia pun menoleh ke pintu lagi.
"Apa maksudnya ini tuan duke?"
"Supaya kamu tidak masuk angin."
"Namun menurut saya ini berlebihan."
"Tentu saja tidak. Setelah kamu berpikir aku menganggapmu seperti sampah, menurutmu mantel ini apa?"
"Bahkan mantel tuan duke lebih berharga dari saya."
Achlys meraih mentel Duke Julian dan melemparnya ke sembarang arah. Jika dia tetap membawanya, maka dia akan bertemu Duke Julian lagi saat mengembalikan mantelnya. Dia bisa mengembalikannya melalui orang lain tetapi dia lebih memilih keputusan ini.
Achlys keluar dari ruangan itu sangat cepat mengabaikan Duke Julian.
"Hari ini seharusnya aku melamar kerja di tempat lain," kata Achlys di dalam hati.
Selesai mandi, Achlys langsung menyusun berkas untuk dibawa ke kantor Linwood. Linwood adalah perusahaan terbesar kedua setelah Kynleigh di negara ini. Namun, kabarnya perusahaan tersebut memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Duke Julian.
Achlys tidak yakin dirinya akan diterima karena mengkhawatirkan Duke Julian akan ikut campur.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Canna pada Achlys.
"Aku akan melamar ke Linwood," jawab Achlys.
"Padahal kamu bisa menjadi sekertaris Duke Julian kalau kamu mau," kata Canna. "Jangan terlalu memikirkan mimpimu, bagaimanapun seorang bangsawan tidak bisa menikah dengan rakyat biasa."
"Bukan hanya mimpi burukku yang menjadi alasan aku menjauhi Duke Julian," kata Achlys.
Achlys mengambil tasnya dan pamit pada orang tuanya.
"Kalau kamu berangkat sekarang, kamu akan menemui gelap di tengah perjalanan," kata Canna.
Achlys tidak peduli. Dia naik kereta kuda menuju kantor Linwood. Malam akhirnya tiba dan dia masih di tengah perjalanan seperti yang dikatakan ibunya terutama sekarang di pinggiran hutan.
"Perjalanan tampaknya masih lama tetapi kenapa keretanya tiba-tiba berhenti?" tanya Achlys di dalam hati.
"Nona kita akan dirampok! Larilah ke desa terdekat!" teriak kusir di depan.
"Apa?!"
Terdengar suara kaki berlari. Tampaknya itu para perampok. Lalu dari arah yang berlawanan dari mereka, terdengar suara yang sama. Lalu terdengar suara perkelahian.
Achlys mengambil pisau di dalam tasnya. Dia cukup percaya diri melawan para perampok itu karena dirinya pernah mempelajari berbagai macam teknik bertarung ketika di Akademi Nerine.
"Jangan meremehkanku sialan!"
Saat pintu kereta dibuka, Achlys langsung menusuk orang tersebut dengan pisaunya. Namun, dia langsung membeku layaknya es batu ketika melihat wajah orang tersebut.
"Kau...bukankah kau yang berada di Kantor Kynleigh?"
Orang itu memuntahkan darah. Achlys menatap ke tangannya yang masih memegang pisau itu.
"Kenapa?" bisik Achlys.
Achlys menarik tangannya dari pisau itu.
"Tuan Duke menyuruh kami untuk menyusul keretamu nona kemudian mengawasinya. Orang tuamu meminta tolong pada tuan Duke," kata orang itu terbata-bata karena rasa sakit.
Achlys mengambil kain yang telah diberi obat di dalam tasnya. Dia membantu orang yang ia tusuk itu masuk ke dalam kereta. Dia mencabut pisau di perut orang tersebut kemudian menutup lukanya dengan kain untuk menghentikan pendarahan.
"Maafkan aku tuan," kata Achlys. "Kupikir tuan adalah perampok jadi aku langsung menyerang."
"Tidak nona. Seharusnya saya yang meminta maaf karena membuka pintu kereta padahal jelas-jelas nona aman di dalam. Namun saya harus memberitahukan ini! Kaburlah nona! Mereka tidak sendirian. Bos mereka sedang dalam perjalanan kesini!"
"Bos?"
"Ridge. Perampok paling terkenal di wilayah ini. Dia pasti akan membunuh nona setelah sampai disini. Cepatlah kabur!"
Bohong jika Achlys tidak takut tetapi dia tidak ingin lari karena merasa sangat bersalah sudah melukai salah satu bawahan Duke Julian.
"Tidak mungkin aku kabur begitu saja. Aku akan mengalahkan mereka semua," kata Achlys penuh percaya diri. Dia mengambil pisaunya dan keluar dari kereta.
"Tolong! Ini perintah tuan duke! Jika nona sampai kenapa-napa, maka tuan duke pasti akan marah pada kami semua!"
Achlys berhenti melangkah mendengar kalimat itu. "Benarkah orang tuaku meminta tolong pada tuan duke? Sepertinya tidak mungkin. Mereka lebih memilih mencari orang lain daripada menemui tuan duke yang selalu ingin mereka hindari," batinnya.
Para perampok itu melihat ke arah Achlys dan mencari celah dari musuh mereka untuk menyerang gadis itu. Achlys akan menyerang mereka satu-persatu tetapi para suruhan Duke Julian berteriak padanya untuk lari dan tidak boleh ikut bertarung.
Achlys tidak mengindahkan permintaan mereka. Pada saat yang sama, terdengar suara kuda berlari mendekat. Semua orang menoleh ke asal suara.
"Itu bos! Serang!" teriak para perampok. Semangat mereka terlihat lebih membakar lagi.
"Bos? Apakah dia yang baru saja dibicarakan oleh orang itu?" batin Achlys.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved